Sabtu, 30 April 2011

Belajar dari Bagong

Pernah suatu ketika saya merasa bersalah padahal baru melihat suatu kebaikan. Kebaikan yang dilakukan seseorang teman saya yang saya sendiri tidak pernah mengerti jalan fikirannya, yang menginspirasi saya untuk meneladani perbuatannya. Dia merupakan teman yang selalu ingin bekerja "di belakang layar", anti kepopuleran , tak terkontaminasi dan selalu mengaku tak mengetahui apa-apa. Sebut saja namanya Bagong, agar lebih mudah memanggilnya daripada terus menggunakan kata ganti dia.

Apa yang saya katakan sebelumnya, bahwa saya merasa bersalah telah melihat suatu kebaikan, ya, itu karena Bagong. Kejadian bermula saat kami berempat pulang dari sebuah keperluan di sebuah pusat perbelanjaan di kota saya. Dari awal kami memang tidak menaiki kendaraan pribadi: saya karena ingin sekali-sekali menaiki angkutan umum, dua orang lainnya tidak memiliki kendaraan dan satu lagi karena merasa aneh kalau bawa kendaraan sendiri. Keluar dari pusat perbelnjaan itu, kami berjalan sekitar satu kilometer menuju sebuah persimpangan tempat menunggu angkot.

Saat kami berjalan berempat, kami melihat seorang lelaki yang sudah cukup tua dengan keadaan yang menyedihkan. Lelaki tua itu mempunyai cacat di tangan kirinya yang membuat tangan kirinya itu sangat kecil dan berukuran hanya setengah dari tangan kanannya dan hanya tergantung di badannya karena mungkin tidak bisa digunakan. Belum lagi kondisi kakinya yang sepertinya terkena kusta, yang mungkin sebagian dari kita akan merasa jijik karena lalat berhinggapan. Saat melewati jalan itu dan melintasi lelaki tua itu, kami tampak kasihan dan saling bertatapan satu sama lain, tapi ya hanya itu saja, hanya rasa kasihan dalam hati itu saja tapi tak memberikan apa-apa. Saat itu Bagong malah tidak melihat sedikitpun dan membuang tatapannya, seperti orang tidak peduli.

Kami terus berjalan sampai sekitar 50 meter dari lelaki tua yang menyedihkan itu, tiba-tiba Bagong berkata: waduh, ada yang ketinggalan nih aku, kalian duluan saja ya, nanti aku menyusul. Kami bertanya heran, apa sih yang ketinggalan, bukannya kita baru dari tempat perbelanjaan. Bagong tampak salah tingkah dengan menjawab: hmm, anu.. hmm.. itu, pokoknya aku kesana dulu, kalian duluan saja. Setelah itu Bagong berlari kecil dan kami melanjutkan perjalanan. Saat Bagong mulai menjauh, saya kehausan dan kami berhenti sejenak lalu saya mencari kedai tempat menjual air mineral ke arah belakang yang sudah kami lalui. Saya menemukan kedai dan langsung membeli air mineral gelas dan terduduk di bangku kecil kedai itu. Sambil menatap sekitar, tiba-tiba pandangan saya tertuju kearah lelaki tua tadi, dan yang sangat mengejutkan, Bagong sedang berjongkok disitu dan terlihat mengeluarkan sesuatu dari saku belakangnya. Saya terus perhatikan, Bagong terlihat seperti orang ketakutan, dia melihat ke kanan, ke kiri dan sekitarnya, sepertinya dia takut terlihat seseoang. Lalu saya lihat dia mengambil dengan cepat isi dompetnya, tak begitu jelas berapa banyaknya, tapi saya rasa itu banyak karena terlihat segenggam dan diselipkannya ke kantong baju lusuh itu. Dari jauh, lelaki tua itu tampak heran, lalu dia mengangkat kedua tangannya, mungkin dia berdoa lalu Bagong terlihat seperti orang ketakutan lagi sambil melihat sekitarnya dan seperti orang yang terburu-buru dia meninggalkan lelaki tua yang terus saja berdoa walau Bagong tak memperdulikannya yang sudah agak jauh.

Bagong berlari kecil, mungkin bermaksud menyusul kami, saya yang sedang duduk heran langsung berdiri dan menghampiri teman lain dan mengajak mereka pergi. Saya pura-pura tidak tahu, lalu dari jauh terdengar suara Bagong memanggil kami sambil berlari. Kami bertanya apa yang ketinggalan itu, lalu sedikit cengengesan dia menjawab: hehe, lupa, ternyata gak ada yang ketingalan. Saya menatapnya dengan penuh keheranan tapi dia masih saja cengengesan.

Pray..
Ya Allah, ampunilah hamba, karena hamba dengan tidak sengaja telah merusak niat baiknya agar tak terlihat siapapun dalam beramal. Di satu sisi, hamba berterima kasih padaMu karena hamba diperlihatkan kebesaranMu melalui teladan yang baik. Ya Allah, jauhkan lah hamba dari sifat riya dalam hal apapun, serta jauhkan juga hamba dari orang-orang yang riya dalam amal ibadah. Perbanyaklah teman hamba yang seperti Bagong dan mudahkanlah hamba dalam belajar dan meneladani kebaikan.

Kamis, 28 April 2011

The Missing Target

pict. source
pict. source
pict. source
pict. source
Tahun lalu saya pernah melakukan perjalanan bersama Kribo. Petualangan yang benar-benar menguji nyali kami, yang ingin sekali melihat dunia luar, dan bosan dengan kenyamanan. Pada awalnya kami tak merasa yakin akan bisa melakukannya, bayangkan, dengan budget yang sangat minim kami berencana mengelilingi dua provinsi. Beberapa buku yang menjadi inspirasi kami seperti The Naked Traveller dan Edensor benar-benar membuat imajinasi kami berontak dan ingin dibebaskan. Akhirnya, lebih dari enam kota dalam sepuluh hari menjadi tempat kami bertualang sambil mencari makan dengan bekerja secara darurat, tidur di beberapa tempat dari mulai emperan sampai guest house yang murah dan beberapa mesjid. Kami merasa belum menggunakan seluruh kemampuan tubuh kami, walau pada awalnya kami yakin tidak sanggup. Jika dalam buku The Backpackers Guide menyebutkan perjalanan kaki maksimal dalam satu hari adalah sekitar 10-20 mil dengan 5 liter air, maka kami hanya melakukan perjalanan kaki sekitar 5-8 mil itupun menghabiskan sekitar 10 liter air (padahal berdua) karena tak melakukan metode yang sesuai. Rasa tanggung itu ditambah lagi dengan tempat yang tidak dikunjungi karena salah mengatur jadwal. Padahal, tempat itu adalah salah satu high priority yang kami tetapkan sebelum pergi, tapi, yah karena itu tadi, penjadwalan yang salah dan buruknya pemahaman kami tentang teori graf, hehe. Tempat itu adalah Lembah Harau, sebuah panorama alam yang terletak di Payakumbuh, Sumatera Barat sekitar 2 jam dari Bukittinggi. The Cold Valley, begitu kata Dean, teman baru yang seorang backpacker senior asal Amerika memberi julukan pada tempat itu walau dia sudah beberapa kali kesana.
pict. source

Informasi yang saya dapatkan dari kakak saya yang sudah pernah kesana bahwa di Lembah Harau terdapat berbagai macam penginapan dari mulai guest house untuk para petualang dengan tarif dibawah 50 ribu per-malam sampai dengan penginapan yang lumayan mahal. Panorama perbukitan dengan lembah-lembah yang curam, air terjun, persawahan dan pedesaan, rasanya lengkap sekali. Di sekitar  lokasi juga terdapat desa adat, desa dimana warganya masih menggunakan pola hidup masyarakat adat dan kebiasaannya.

pict. source
Yah, mungkin kalau ada kesempatan (dan juga duit pastinya, hehe) saya ingin kesana. Menikmati suasana pedesaan yang natural, udara sejuk dan kuliner khasnya. Doakan saya yaa..!

Selasa, 26 April 2011

Donny's Noodle Crab with Fried Shrimp Chips


Akhir-akhir ini saya lagi hobi nulis, blogging sudah jadi kebiasaan baru buat saya, rasanya ingin share pengalaman (target bulan ini 9 posting, huehue). Dulu, waktu liburan akhir semester, saya pernah ikutan bantuin Donny, teman yang tinggal di kampung halaman yang memutuskan menjadi enterpreneur muda (ya iyalah, modal dari ortunya kuat banget, hehe). Bisnis cafe yang seratus persen dananya dari orang tuanya yang dikelola dengan konsep anak muda. Hmm, kalau aja kemarin saya diterima jadi chef, dijamin usahanya itu tidak akan bertahan sampai sekarang, haha. Yah, mungkin sambil menyelam minum air, resep yang saya buat ini (maksa pake bahasa Inggris) aslinya sih dari ayahnya Donny sewaktu jalan-jalan ke luar kota dan diajarkan sama anaknya, terus anaknya ngajarin ke saya, terus beberapa waktu yang lalu saya teringat masakan ini dan mencobanya, kebetulan kemarin ada waktu luang. Hmm, dan hasilnya, karena saya narsis, ya enak, hahaha.

Bahan-bahan Mie:
1 ekor kepiting
1 pcs mie instan
3 siung bawang merah
1 siung bawang putih
4 buah cabai merah
4 buah cabai rawit (atau sesuai selera)
2 sdm margarin
sedikit irisan jahe
1/2 sdt garam
1/2 sdt gula

Rebus kepitng sampai matang dengan sedikit air. Panaskan margarin, masukkan irisan bawang merah dan bawang putih, setelah agak mengering masukkan irisan cabai merah, cabai rawit dan jahe, lalu campurkan dengan air kaldu rebusan kepiting, tumiskan. Masak mi instan di tempat yang berbeda lalu tiriskan airnya lalu campurkan ke dalam tumisan tadi, tambahkan garam dan gula sesuai selera.

Bahan-bahan chips udang:
udang segar
4 sdm tepung terigu
daun seledri
1/2 sdt garam

Bersihkan udang lalu dicincang sampai halus, masukkan tepung terigu sedikit demi sedikit dan tambahkan air agar adonan menyatu. Iris halus daun seledri dan campurkan ke dalam adonan, aduk merata. Siapkan minyak dan penggorengan lalu bentuk adonan dengan sendok sampai tipis lalu digoreng.

Setelah selesai membuat Mie, hidangkan bersama chips udang. Dapat juga ditambah dengan taburan bawang goreng atau pelengkap lainnya sesuai selera. Hmm, masakannya udah jadi, ternyata begini rasanya nulis postingan resep makanan. Kalau gak enak jangan salahin saya ya, soalnya saya cuma hobi, jadi masih amatiran.

Minggu, 24 April 2011

Sunday Morning

Pagi hari di Minggu yang cerah, matahari masih terbit dengan setianya dari timur. Udara pagi yang sejuk, kopi hangat, dan koran pagi. Pagi ini sangat sempurna bagi saya. Pagi ini, seperti tak menginginkan saya untuk bersedih sedikitpun, dari mulai matahari, kicauan burung-burung, dan anak-anak yang bermain setelah pulang subuh dari surau yang berteriak-teriak sambil berlarian, semuanya menyiratkan pesan: "indah bukan? inilah hidup yang sesungguhnya, bukan waktu yang lalu atau waktu yang akan datang, tapi sekarang, ya sekarang..!, saat kedua matamu telah terbuka dari semua kepalsuan, saat kau telah yakin menjadi dirimu, berdiri dengan kedua kakimu karena Dia, dan kau bisa, kau telah bisa..! lalu Dia memberimu masa yang kau jalani sekarang, masa sekarang yang telah dipenuhinya semua yang kau butuhkan, syukurilah.. syukurilah.. Dia tak pernah meninggalkanmu bahkan disaat kau sendiri melupakanNya, dan pagi ini dipertunjukanNya keindahan semesta dan kau sebagai saksinya, indah, maha indah diriMu.."

bersama mentari ku bernyanyi
mewarnai hari-hari
bersama pelangi ku menari
menyambut bebasnya hati ini
tiada lagi yang mampu menghalangi
aku takkan berhenti melangkah
’cause i’m moving on..!

Indahnya suasana pagi itu saya sebut dengan makna alam. Alam yang mengajarkan banyak hal, sangat menghibur hati. Suasana itu terpecah oleh suara dari speaker tetangga yang juga mahasiswa kos-kosan dengan lagunya Mbak Andien. Pertamanya saya agak merasa terganggu sih, tapi kalau didengar-dengar, musiknya fun juga, rasanya saya banget, hehe. Cocok sekali didengar di Minggu pagi yang cerah ini. Lima menitan kemudian, lagunya habis, huh, padahal lagi suka dengar musik nih. Saya masuk ke kamar sambil nyetel sound agak pelan lalu muter lagu yang asik lagi:

Ingin kubuka lembar baru
Untuk meneruskan hidupku
Tak mau lagi kesedihan
Selimuti diriku

Berlari dan terus bernyanyi
Mengikuti irama sang mentari
Tertawa dan selalu ceria
Berikan ku arti hidup ini

Satu lagu yang berjudul Ceria kok rasanya nyambung banget ya sama lagunya Mbak Andien tadi, hehe. Kesenangan yang tak berlangsung lama, karena agak siang sudah janji sama Om Iril main ke rumahnya. Keindahan pagi ini akan terus berlangsung pada pagi-pagi seterusnya, jadi tak baiklah jika saya berlama-lama menikmati pagi ini, toh lebih rame kalau keceriaan ini dapat berbagi dengan keluarganya Om Iril yang heboh itu. Baiklah.. sarapan, mandi, siap-siap, berangkat deh.

Skip..

Rumah yang selalu hangat dan ceria, tapi kali ini salah satu penghuninya tidak bersemangat. Ai yang baru kemarin melaksanakan ujian akhir nasional duduk cemberut. Karena saya orangnya ramah -uwekh..!- saya hampiri Ai yang melamun bego itu. Kenapa Ai? contekannya gak keluar ya waktu ujian? Ai langsung melotot, lalu berkata enak aja ya..! siapa yang nyontek, orang Ai bisa kok. Lho, kalau marah gitu berarti emang nyontek dong, kalau gak kan ya biasa aja, jawab saya. Ih, kakak jahat, udah kemarin ngajarnya bolong-bolong, mana Ai gak ngerti lagi..!. Saya jadi malu dengar jawabannya, tidak tau mau bilang apa lagi lalu saya jawab, hmm, ntar kalau kakak ajarin bagus-bagus Ai nya jadi terlalu pinter, terus saking pinternya jadi sering ke belakang karena sakit perut. Ai tampak heran dan makin marah dengan ucapan saya. Karena sudah skak mat, saya langsung menuju dapur menyapa seisi rumah, hehe.

Sedikit bercerita dengan Om Iril, ternyata tadi malam mereka sedikit berselisih tentang pilihan jurusan Ai kelak. Sang ayah yang bersikeras ingin anaknya melanjutkan profesinya sebagai dokter (heran, kok kebanyakan gitu ya) terbentur oleh keinginan sang anak yang ingin sekolah hukum. Hmm, jadi saya mengerti permasalahannya, kenapa wajah si Ai itu ditekuk kusut seperti itu padahal masih pagi. Saya kembali menghampirinya di ruang nonton. Ih, pagi-pagi nonton gosip..! kata saya membuka percakapan. Biarin, jawabnya. Ai kenapa? kok sedih gitu? susah bab ya? Ai: huh, kakak ada-ada aja, lagi bingung ni. Saya: bingung kenapa? Ai: yang pernah Ai ceritain dulu, ayah gak setuju. Terdiam sejenak, lalu saya mulai bicara, Ai, tau gak gimana sakitnya menyesal? kalau kakak dulu udah pernah ngalamin gimana sakitnya rasa penyesalan itu, dan yang lebih gak enaknya lagi kakak gak bisa mengulang semuanya lagi karena takdirnya sudah begitu. Dulu, kakak orangnya bandel banget lho, bahkan orang tua sendiri dilawan. Sampai akhirnya umur kakak terus bertambah, dan rasanya gak pantas lagi dengan kenakalan-kenakalan itu, ingin merubah semua dan itu semua karena permintaan seseorang. Pastinya kakak kesulitan memenuhi permintaannya itu, tapi dia gak pernah menyerah mendukung kakak, lalu sampai di suatu titik dimana kakak memutuskan untuk memulai berubah, dan hal yang gak pernah kakak sangka sebelumnya, disaat yang sama itu juga kakak menerima kabar bahwa dia telah meninggal. Dalam hati, kakak merasa kenapa tidak memenuhi permintaannya itu saat dia masih hidup, semuanya jadi sia-sia. Tapi, setelah kakak fikir-fikir, tidak ada hal yang sia-sia, kalau sia-sia gak mungkinlah Allah memperlihatkannya untuk kita. Sekarang kakak jadi belajar bagaimana menghargai waktu, yang kita gak pernah tau apa yang akan terjadi selanjutnya, dan sampai sekarang, kakak masih berusaha memenuhi permintaannya itu.

Sesaat kami terdiam, dan saya lihat dia menangis kecil. Lho kok nangis? tanya saya. Iya kak, Ai ngerti, tapi kan kak Ai punya pilihan sendiri, jawabnya. Hmm, kakak gak bilang pilihan Ai itu salah, kakak hanya coba ajak Ai ingat-ingat, siapa sih sosok yang memaksakan untuk masuk jurusan itu, udah berapa lama sih dia hidup sama Ai, apa aja yang dilakukannya, apa sih peran dia dalam hidup Ai? Lalu dijawabnya dengan cepat: Ai gak mau kehilangan ayah..! Yah, kakak juga seperti itu Ai, kakak gak mau kehilangan orang itu, tapi kakak merasa seperti itu setelah kakak gagal memenuhi permintaannya disaat dia masih hidup, sampai sekarang pun kakak masih belum bisa. Tangisnya tampak semakin menjadi, lalu dia coba bertanya kepada saya dengan nada berat menahan tangisannya: siapa orang itu kak?

Ayah..

Rabu, 20 April 2011

Jibun no Hana


translated by: Rukayu

Setiap kali sebuah kelopak bunga terjatuh, aku menangis
Aku mendesah lagi, ketika tiba-tiba aku teringat masa lalu

Yang saat itu menarik tanganku adalah aku sendiri..

Aku terus memandang putihnya langit ketika aku masih mencari tempat tujuanku
Dorongan masa kecilku saat itu benar-benar indah, sebuah bunga dalam waktuku..

Aku menjauh dari kenangan-kenangan hangatku dulu

Ah, aku yakin, setiap titik partikel debu pun pasti memiliki sebuah arti
Lihatlah aku berdiam di sini dan mengenang itu semua dalam hatiku

Jiwa dan tubuhku saling terikat satu sama lain
Aku dapat merasakan sesuatu yang membantuku melewati waktu yang datang padaku
Kubuka pintu didepanku tanpa menoleh kebelakang lagi

Kabut yang selama ini mengelilingiku telah menghilang
Jalan yang harus kulalui kini jelas terlihat.. Sekarang langit yang putih itu nampak indah..
Entah bagaimana, aku merasa telah bisa memutuskan siapa diriku ini

Sebuah bunga yang sebenarnya, yang akan terus ada selamanya..


copied from: translate Jibun no Hana by Nightmare

Senin, 18 April 2011

Visual Kei

Kata seorang teman, akhir-akhir ini saya lagi mellow-mellownya. Nggak tau sih apa yang buat dia bilang gitu ke saya, tapi saya kan memang orangnya lembut -uwekh..!-. Dari permintaan seorang teman blogging yang meminta saya membuat review musik lagi, temanya adalah musik theme song yang kita banget, yang mengiringi aktivitas kita satu minggu ini. Kalau saya baca review dia sih, bagus sekali, beberapa album diantaranya dari genre classic orchestra yang sampai sekarang saya gak ngerti bagusnya dimana, konon hanya orang-orang yang mengerti komposisi yang menyukai genre ini. Hmm, karena kebetulan satu minggu ini saya lagi break dengerin musik metal terutama nu-metal (never die bro..!), maka saya mengambil alternatif dangdut. Hehe, Ya tidak mungkin lah, akhir-akhir ini saya suka teringat waktu pertama dulu mulai dengerin musik Jepang, mungkin kelas 3 smp, lagu pertama yang saya dengarkan dari Laruku judulnya Niji, saya rasa itu masterpiecenya mereka, aransemennya matang banget. Dari situ juga saya mulai mengenal Visual Kei yang musiknya membuat saya serasa dalam film kartun. Ya, satu minggu terkhir ini sangat menakjubkan, banyak hal yang aneh, serasa hidup dalam film kartun, untuk itu kali ini saya akan review beberapa album Visual Kei yang satu minggu ini rasanya saya banget dari juara satu sampai tiga, hehe.

Nightmare - Historical - The Highest Nightmare

Band yang pernah mengisi soundtracknya Death Note ini menurut saya band yang paling anime. Hmm, karena saya lagi mellow-mellownya, album mereka cocok sekali. Nuansa Japanese Rocknya kental sekali, dengan tempo lagu yang cepat diiringi distorsi tipis twin gitar (atau dengan efek harmonist), sedikit berasa heavy metal. Lirik-liriknya puitis ditambah dengan Chiba yang memiliki suara khas opera dengan range vokal yang bagus, naik turun secara drastis, kadang berat dan tiba-tiba tinggi dengan teknik falsetto yang manis. Bagi sebagian orang, musik mereka kadang terdengar datar dengan tempo cepat yang monoton, tapi menurut saya aransemen mereka bagus, setiap track mempunyai ciri khusus yang kuat, contohnya dalam lagu Jibun no Hana dan Akane. Penampilan mereka juga tidak kalah drastis. Ini adalah album kompilasi sekaligus the best of nya mereka (10th anniversary). 

Kagrra - Hyakki Kenran

Saya tidak setuju pendapat yang mengatakan Isshi memilliki suara seorang banci. Bagi saya, suaranya Isshi itu unik, memang agak halus sih. Menurut saya, Kagrra adalah pelopornya Neo-Japanese Music, lagunya punya nuansa timur sekali dengan iringan Koto (alat musik petik tradisional Jepang), yang lebih hebatnya dipadukan dengan instrumen moderen dengan ciri khas permainan drum ala disko. Band yang satu label dengan The Gazette ini tetap konsisten dengan idealisme mereka. Saya suka track2 dan track6 (soalnya judulnya pakai huruf kanji) dari album ini, yang saya rasa punya soul yang unik dan easy listening. Hmm, satu lagi, lagu Shiroi Uso yang saya persembahin buat Mbak Ratna, teman kerja waktu di Yara dulu yang saat ini sedang masa istirahat setelah usus buntunya dienyahkan, hehe. Cepat sembuh ya mbak.

The Gazette - DIM

Ini dia, band yang paling banyak fansnya, di Jepang dan negara-negara lain. Mereka sering tur internasional lho, bahkan katanya udah ngalahin Diru. The Gazette mengaku memiliki musik sendiri yang mereka namakan Gaze Rock. Band yang memiliki tampang cantik ini memiliki musik yang sedikit keras (lagi-lagi, hehe). Tapi ada juga lagu ballad jadul dari mereka yang saya tau cukup terkenal dengan judul Cassis. Dari album ini saya suka dengan lagu The Invisible Wall yang penuh semangat (tapi kok ada kata-kata sup babi nya ya, haha) dan Guren yang santai. The Gazette cocok untuk alternatif bagi yang ingin sesekali tidak mendengar distorsi yang merajalela dengan hentakan beat seperti petir oleh Dir en grey karena musik mereka lebih memiliki rhytm. Sang bassis Reita yang punya ciri khas penutup hidungnya sering melakukan solo action nya di lagu-lagu mereka. Aransemen Hip-Rock juga sedikit terdengar di beberapa lagu mereka yang membuat band ini tidak terlalu monoton.

Yah, itu tadi review tak seberapa saya, hehe. Sebetulnya saya juga ingin menampilkan dua album lagi dari Girugamesh dan Alice Nine. Album terbaru Girugamesh berjudul Go cukup asik juga, tapi karena ya itu tadi saya kan lagi mellow-mellownya jadi gak disertain deh. Jadi ingat pertama masuk kuliah dulu, sering muter Girugamesh - Glamorous Sky, santai tapi asik. Kalau Alice Nine dengan album Gemini, hmm, sebetulnya saya sudah agak bosan jadi gak disertain, tapi pada album ini konsep mereka bagus sekali lho. Yah, setelah merasa satu minggu seperti dalam film kartun, mungkin nanti jadi suka lagi sama death metal, bukan black metal yang sesat itu, tapi lantunan-lantunan indah berisi tentang kehidupan dunia yang sangat fana, kebesaran Tuhan, hanya saja disampaikan dengan cara yang berbeda. Salam Blogging..!

Rabu, 13 April 2011

A Chance

Adzan ashar, terdengar sayup-sayup saat saya yang setelah dzuhur langsung ternyenyak di tempat tidur, seperti tewas, tak sadarkan diri -tidur siang yang membutakan hati, hehe-. Rasa malas untuk bangkit dari tidur mulai merajalela dengan parameter pendukung seperti: hujan dan cuaca dingin, letih setelah pulang dari kampus, dan kerajaan setan yang makmur dengan hasutan-hasutannya yang telah hidup bertahun-tahun di dalam hati saya dan selalu berbisik mesra: sebentar lagi saja. Lalu, saya kalah terhadap hal-hal itu, kemudian melanjutkan tidur -innalillah-. Beberapa menit kemudian, saya tersentak tapi tidak tau apa yang membuat saya tersentak, hanya tersentak saja dan membuat rasa kantuk pergi. Saya bangkit, mengambil wudhu, dengan rasa malu sebagai orang yang telah kalah, pecundang, munafik yang menyedihkan.

Empat rakaat di pertengahan sore itu telah selesai saya laksanakan, entah kenapa sulit sekali untuk khusyu'. Saya tidak mengetahui apa yang membuat konsentrasi saat itu sangat sulit dikumpulkan. Semakin merasa hina. Seorang pendosa kelas kakap yang ingin meminta ampunan, yang sebentar saja ingin menghilangkan semua urusan duniawinya, hanya sebentar saja, itupun tak bisa.

Pray..
Ya Allah, bagaimana kalau tadi tidurku terus berlanjut? Dengan mudah Kau dapat mencabut nyawa itu dariku, tapi seperti biasa, jutaan kesempatan lagi yang tak pernah kusyukuri itu Kau berikan lagi. Bagaimana dengan keputusan yang kuambil untuk melanjutkan tidurku lalu Kau buat sebagai tidur terakhirku? Bagaimana aku yang telah dengan jelas mendengar panggilanmu, tapi hanya menganggap sebagai teriakan-teriakan yang mengganggu tidurku lalu menunda-nunda sesuka hatiku seolah-olah aku memiliki hak atas hatiku ini melebihi diriMu? Sesungguhnya hidupku telah berisi dengan kekufuran yang bahkan dengan sengaja kulakukan, kelalaian dan kebohongan yang besar. Kesempatan, kesempatan, kesempatan lagi.. tak pernah berhenti untukku padahal tak ada yang kulakukan untukMu. Hanya pertolonganMu, untukku..

Jumat, 08 April 2011

Know?

Di suatu pagi yang cerah, saat itu bagi saya sangat tepat untuk menyiapkan secangkir kopi hangat tanpa latte dan mengurangi jumlah gula dari biasanya (hidup sehat? hehe). Sambil menunggu air yang dipanaskan dalam dispenser, saya keluar rumah dan mulai merasakan sejuknya udara pagi serta berolah raga kecil. Setelah itu, kopi hangat siap menemani santai sejenak sambil menontnon 8.11 Show, acara berita yang akhir-akhir ini menjadi tontonan favorit saya yang walaupun tidak dapat setiap hari saya saksikan. Acara ini tidak saja menyuguhkan berita terkini dan gaya hidup, tapi juga kitchen session dimana chef-chef favorit saya memasak masakan yang terkadang aneh tapi juga sehat. Hal itu sering membuat saya -yang juga hobi masak- penasaran dan mencoba resep mereka, yah tapi kalau budgetnya memungkinkan dan bahan-bahannya mudah ditemukan. Karena pagi itu resep menu makanannya tidak menarik perhatian, saya mengganti channel dengan maksud hanya untuk menunggu acara memasak mereka selesai. Beberapa menit berlalu, saya kembali ke 8.11 Show, ternyata sedang ada dialog dengan seorang psikolog terkait masalah pengembangan diri melalui sikap yang kita ambil. Wah, pembahasan ini sangat membosankan bagi saya, tapi tidak ada salahnya lah melihatnya beberapa menit. Satu hal yang aneh adalah saat narasumber yang seorang psikolog mulai membuka pembicaraannya dengan berkata: Saya tau, masalah seperti ini terdengar membosankan, tapi mungkin sikap yang anda ambil dengan menyaksikan acara ini akan memberikan perubahan dalam diri anda. Saya terprovokasi dengan perkataannya, hehe, tidak banyak yang saya ingat, tapi beberapa materi bagian awal yang sempat menyangkut dalam kepala saya adalah tentang pengelompokan orang. Saya tidak terlalu ingat, jadi mohon maaf kalau penyampaian saya ini terdapat kesalahan (mohon koreksi para master blogger, hehe). Ini dia sedikit cuplikannya:

Dari sikap yang diambil seseorang, sebetulnya manusia dapat dgolongkan kedalam empat jenis:

1. Orang yang tidak tau, apa yang dia tidak tau. Orang ini hidup dalam kekosongan, dia tidak tau harus bagaimana, orang ini tidak tau membutuhkan apa dan juga dia tidak tau mengapa dia membutuhkan sesuatu.

2. Orang yang tidak tau, apa yang dia tau. Sebagian orang yang hanya mengikuti sesuatu tanpa tau mengapa mengikuti hal tersebut dan apa sebetulnya yang dia ikuti itu dapat digolongkan kepada orang yang kedua ini. Contoh gampangnya adalah orang-orang yang terdoktrin akan sesuatu, lalu melakukan hal yang tidak pantas.

3. Orang yang tau, apa yang dia tidak tau. Orang-orang seperti ini selalu mencari tau dan melakukan pembelajaran, dia tau apa yang dia butuhkan, tapi dia belum terlalu mengenal tentang sesuatu tersebut. Biasanya orang seperti ini adalah orang yang akan memasuki tahap selanjutnya, yaitu:

4. Orang yang tau, apa yang dia tau. Orang seperti ini sudah dapat mengambil sikap sesuai pembelajarannya, memikirkan resikonya serta memiliki visi kedepan. Contoh orang seperti ini adalah orang yang mengetahui apa yang disembahnya, dan mengapa dia menyembah itu. Orang-orang seperti ini adalah orang beriman serta memiliki daya fikir logis yang terus terasah karena sikap yang diambilnya.

Yah, hanya itu yang cukup saya ingat (padahal dialognya panjang, hehe). Saat itu dengan bangganya saya langsung merasa berada di posisi ke-4, tapi, sejenak saya terdiam lalu berfikir: benarkah?. Penasaran, saya mulai koreksi diri saya, mengaitkan masalah-masalah saya, meninjau ulang sikap yang saya ambil dan bertukar fikiran dengan mereka memahami masalah ini. Hasilnya, tidak ada dari mereka (yang bertukar fikiran dengan saya) memposisikan saya di posisi ke-4, bahkan beberapa menempatkan saya pada posisi ke-2, dan saya tau mereka semua sangat objektif. Dari hasil koreksi saya dan sebagian besar pendapat mereka saya harus puas berada di posisi ke-3 (salut buat mereka yang ada di posisi ke-4).



mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.." [Quran, 2:32]

Minggu, 03 April 2011

Kyo Daily Notes 02

Sebelumnya saya akan minta maaf kepada teman blogger semuanya kalau kali ini postingan saya tidak dapat dimengerti, aneh atau nggak jelas (memangnya selama ini pernah jelas? hehe). Beberapa postingan yang juga saya sendiri merasa aneh terhadapnya merupakan apresiasi terhadap hal yang saya minati. Saya tak begitu mengerti bagaimana menyampaikan perasaan melalui tulisan, berbeda dengan orang lain yang dapat dengan lancar -tepat tujuan- melalui ide-idenya dalam sebuah tulisan, saya lebih merasa cocok menyalurkannya pada musik dan gambar.

Dua hal tersebut adalah keajaiban bagi saya yang pada awalnya dikenalkan oleh dua orang sahabat SMA saya, Die dan Kaoru. Ketertarikan pada seni komposisi musik adalah saat dahulu mulai sering bermain di rumah Die si anak tunggal setiap sore. Di rumahnya terdapat sebuah piano tua tahun 1981 ukuran medium dengan warna mahogani tua bermerek Kawai, awalnya saya tidak begitu penasaran karena piano tersebut hanya dijadikan tempat meletakkan foto-foto keluarga Die. Pernah saya bertanya kepada Die: kau bisa mainin itu nggak? dia jawab: nggak. Suatu hari, pernah ada masalah dalam keluarga Die, mungkin kedua orang tuanya bertengkar, dan mereka berdua (orang tuanya) tidak ada di rumah -dan baru kali itu juga saya lihat dia menangis- saat itu saya lihat dia memindahkan foto-foto yang berada diatas piano dan penutup tutsnya, lalu dengan pelan dia memainkan sebuah lagu yang lembut. Nada yang saat itu saya rasa sangat familliar, dan ternyata adalah lagu milik X-Japan - White Wind From Mr. Martin dengan gitar akustik, yang dimainkan Die dengan piano lebih lambat. Entah kenapa saat itu saya merasa nada dalam lagu itu sangat menyayat hati, yang dapat saya lakukan hanya menahan air mata sekuat tenaga. Satu hal lagi, menurut saya Die adalah komposer yang hebat, karyanya tak pernah bertemakan cinta, lirik-liriknya sangat mendalam tentang kehidupan, kepalsuan dan hal-hal yang menginspirasinya. Ingin sekali saya menyebarkan hasil karyanya dalam sebuah file media sharing, tapi karena masalah izin darinya, jadi tak pernah dilakukan. Sejak mengenal Die, saya sangat menyukai musik.

Adalah Kaoru, anak yang ditakuti di kelasnya, berlagak seperti jagoan dan pada akhirnya membawanya kedalam sebuah perkelahian dengan Die. Saat itu mereka belum saling mengenal, hingga pada saat kelas dua SMA kami bertemu di kelas yang sama. Saat itu Kaoru yang keras kepala (apalagi Die) bersikeras tentang posisi duduk mereka di pojok kelas, kedua anak bodoh ini memperebutkan bangku paling belakang dekat jendela yang rusak. Perkelahian mereka cukup menghebohkan sekolah, karena masing-masing dari mereka mempunyai pendukung yang juga bebal. Hingga pada akhirnya para guru memisahkan mereka: kedua orang tua mereka dipanggil ke sekolah. Suatu hari, seorang ibu guru fisika yang bergelar Si Tendangan Maut menyatukan kami dalam sebuah kelompok praktek, tugas kelompoknya cukup sulit, kami yang saat itu tidak saling bicara harus menerima hukuman karena sedikitpun kami tidak mengerjakannya. Seperti biasa, kami dibariskan, lalu satu persatu tulang kering kaki kami mendapatkan tendangan dari ujung sepatu wanita lancipnya, sakit sekali. Tidak puas dengan siksaannya, ibu guru tersebut memberikan tugas pengganti, yang saat itu mau tak mau membuat kami bekerja sama, dari itulah dimulai kebersamaan persahabatan kami, hingga sangat erat. Saat itu, giliran tempat pengerjaan tugas adalah rumah Kaoru. Kaoru yang memiliki beberapa adik yang berprestasi ternyata sering membantu keuangan keluarganya. Sebuah usaha jual beli handphone dan gadget di kota kami adalah tempat bekerja Kaoru. Kaoru pernah membuat sebuah katalog yang berisi daftar dan gambar handphone yang dia foto sendiri. Menakjubkan, hasilnya terlihat seperti professional dengan kamera khusus, padahal saat SMA, Kaoru hanya memiliki kamera saku biasa. Hal itu membuat Kaoru mendapatkan orderan membuat katalog seperti itu lagi, bahkan dia pernah menjadi fotografer event resmi di kota kami. Sekarang saya rasa dia betul-betul menjadi seorang fotografer professional, karena dia sering mengirim hasil karyanya kepada saya dan Die, satu karyanya yang paling saya sukai adalah kartu pos yang pernah dikirimnya, fotonya memiliki judul Senyum di Pangandaran.

Between 5 and 7

Kyo tak mampu seperti Die yang dengan lancar dapat menuliskan notasi balok walau belum menemukan tempo. Kyo juga tidak mahir memainkan instrumen-instrumen seperti Die dengan improvisasi yang kompleks apalagi lirik-lirik yang mendalam. Kyo hanya dapat mengikuti seperempat bar dari simfoni no. 25 dalam G minor dan Die menguasai penuh empat karya Mozart. Sedikitpun Kyo tak mampu menyamai hasil foto Kaoru yang sudah pernah memenangi lomba. Kaoru memiliki koleksi lensa untuk setiap kondisi yang berbeda sedangkan Kyo hanya memiliki satu. Tapi, sekalipun Kyo tak pernah menyesal hanya memiliki setengah-setangah dari temannya. Justru hal itu membuat Kyo belajar bersyukur.

"The End.."


Drum Session

Key:
H   |x  = closed hi-hat
H   |X  = open hi-hat
R   |x  = ride
R   |b  = bell of ride
C   |x  = crash strike
C   |s  = splash cymbal
C   |c  = china cymbal
C   |1  = Max Stax Number 1
C   |2  = Max Stax Number 2
t2  |o  = octoban
T1  |o  = Tom 1
T2  |o  = Tom 2
T3  |o  = Tom 3
T4  |o  = Tom 4
S   |o  = snare drum
S   |d  = custom (kemarin saya coba pakai cangkir plastik, suaranya garing, hehe)
F   |o  = Floor tom 1
F2  |o  = Floor tom 2
B   |o  = Bass drum 1
B   |d  = two consecutive 32nd notes
B2  |o  = Bass drum 2
Hf  |x  = Hi-hat w/ foot

Play:
Intro
C|x----21x--|c----21x-x--|c----21x--|c----21xx------x|
C |--c-------|--c---------|--c-------|--c-------------|
T1|----------|------------|----------|---------oo-----|
T2|----------|-----------­-|----------|-----------oo---|
T3|----------|------------|----------|-------------o--|
S |----o----o|----o---g-gg|----o----o|----o---o-----o-|
B |odoo---o--|ddoo---o-o--|odoo---o--|ddoo---oo------o|
  (1 2 3 4 5 |1 2 3 4 5 6 |1 2 3 4 5 |1 + 2 + 3 + 4 + |

Bridge (4/4)
C |x-----------xxxx|xxxxxxxxxxxxxxx-|c---------------|--------x-------|
T1|----------------|----------------|----------------|---------d------|
T2|----------------|---------------­-|----------------|----------dd----|
T3|----------------|----------------|----------------|------------dd--|
S |----------------|----------------|o---------------|----------------|
F1|----------------|----------------|----------------|--------------d-|
F2|----------------|----------------|----------------|---------------d|
B |o---------------|---------------d|o---------------|--------o-------|
  (1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + )

Pre-Verse (4/4)
C |x---------------|---------------x|x-x-------------|--------x-------|
H |--X-X-X-X-X-X-X-|X-X-X-X-X-X-X-X-|----X-X-X-X-X-X-|X-X-X-X---X-----|
T3|----------------|----------------|----------------|--------------o-|
S |--o---o---o---o-|--o---o---o---o-|--o---o---o---o-|--o---o-o---o---|
F1|----------------|----------------|----------------|------------o---|
F2|----------------|----------------|----------------|--------------o-|
B |o---o---o---o--o|o---o---o---o--o|o---o---o---o--o|o---oo-doooo-o-o|
  (1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + )

Verse (4/4)
C |x---------------|--------------x-|x---------------|------------1---|
H |--x-x-x-x-x-x-x-|x-x-x-x-x-x-x---|--x-x-x-x-x-x-x-|x-x-x-x-x-x-----|
S |--o---o---o---o-|--o---o---o---o-|--o---o---o---o-|--o---o---o---dd|
B |do---d-o----do--|do---d-o----oo--|do---d-o----do--|do---d-o-o--dd--|
  (1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + )

Chorus (4/4)
C |x-x-x-x-x-x-x-x-|x-x-x-x-x-x-x-x-|x-x-x-x-x-x-x-x-|x-x-x-x-x-------|
T1|----------------|----------------|----------------|-------------d--|
T2|----------------|---------------­-|----------------|--------------d-|
T3|----------------|----------------|----------------|---------------d|
S |----o--o----o--o|----o--o----o-o-|----o--o----o--o|----o--o-dddd---|
B |odoo-oo-odoo-oo-|odoo-oo-odoo-o-o|odoo-oo-odoo-oo-|odoo-oo-o-------|
  (1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + )

C |x---------------|x---------------|x-x-x-x-x-x-x-x-|x-x-x-x-x-----xx|
H |--X-X-X-X-X-X-X-|--X-X-X-X-X-X---|----------------|----------------|
S |----o----o--o-oo|----o----o--o-oo|----o----o--o--o|----o----ooooo--|
B |o-oo--ooo-oo-o--|o-oo--ooo-oo-o--|o-oo--ooo-oo--o-|o-oo--o-o-----oo|
  (1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + )

C |x---------------|x---------------|x-x-x-x-x-x-x-x-|-cccc--cccc-----x|
H |--X-X-X-X-X-X-X-|--X-X-X-X-X-X---|----------------|-----------------|
S |----o----o--o-oo|----o----o--o-dd|----o----o--o---|-oooo--oooo-f--f-|
F1|----------------|----------------|----------------|-------------d---|
B |o-oo--ooo-oo-o--|o-oo--ooo-oo-d--|o-oo--ooo-oo--o-|o----------o--o-o|
  (1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4tl+ )

Guitar Solo (4/4)
C |s---------------|--------------11|s-s-------------|--------------11|
H |--X---x---x---xx|xxxx--xxxxx-----|------X---X---xx|xxxx----xxx-----|
T1|----------------|----------------|----------------|------oo--------|
S |----o-------o---|----o-------o---|----o-------o---|----o-------o---|
B |o-----o---o-----|--o-----o-o-----|o-o---o---o-----|--o-----o-o-----|
Hf|----x-----------|----------------|--------x---x---|----------------|
  (1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + )

C|x-------------ss|-ss------2----11|----------------|--------------x-|
R |--x---x---x-----|------x---x-----|--x---x---x-----|----------------|
H |-------x-x------|-------X--------|-------x-x------|----------------|
T1|----------------|----------------|--------------oo|----------------|
T2|----------------|---------------­-|----------------|oo----oo--------|
T3|----------------|----------------|----------------|--o-----oo------|
S |----o-------o---|----o-------o---|----o-------o---|----o-------o-o-|
F1|----------------|----------------|----------------|----------o-----|
B |o-o---o---o-----|o-o-----o-o-----|o-o---o---o-----|o-o-----o-o-----|
Hf|----------------|--------x-------|----------------|x-------x-------|
  (1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + )

C |x-2---2---2---2-|--2---2---2---2-|--2---2---2---2-|--2-------2---2-|
R |----------------|----x-----------|----------------|----------------|
H |-------x-x-----x|-x-------------X|---------------X|-x--------------|
T1|----------------|-------o--------|-------o--------|----------------|
T2|----------------|---------o-----­-|---------o------|------oo--------|
T3|----------------|----------------|----------------|--------oo------|
S |----o-------o---|----o-------o---|----o-------o---|----o-------o-o-|
B |o-o---o---o-----|o-o-----o-o-----|o-o---o---o-----|o-o-----o-o-----|
Hf|----------------|----------------|x---------------|x-------x-------|
  (1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + )

Keyboard Solo (4/4) Back To Normal tempo (t=95)
C |x---------------|----------------|----------------|----------------|
H |--X-X-X-X-X-X-X-|X-X-X-X-X-X-X-X-|X-X-X-X-X-X-X-X-|X-X-X-X---------|
S |--o---o---o---o-|--o---o---o---o-|--o---o---o---o-|--o---o-f---f-f-|
B |o---o---o---o--o|o---o---o---o--o|o---o---o---o--o|o---o--o-ooo-o-o|
  (1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + )

  Double Time (4/4) (t=190)
C |x---------------|----------------|----------------|----------------|
H |--x-x-x-x-x-x-x-|x-x-x-x-x-x-x-x-|x-x-x-x-x-x-x-x-|x-x-x-x-x-x-x-x-|
S |--o---o---o---o-|--o---o---o---o-|--o---o---o---o-|--o---o---o---o-|
B |o---oo--o---oo--|o---oo--o---oo--|o---oo--o---oo--|o---oo--o---oo--|
  (1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + )

C |----------------|----------------|----------------|----------------|
H |x-x-x-x-x-x-x-x-|x-x-x-x-x-x-x-x-|x-x-x-x-x-x-x-x-|x-x-x-x-x-x-x-x-|
S |--o---o---o---o-|--o---o---o---o-|--o---o---o---o-|--o---o---o---o-|
B |o---oo--o---oo--|oo--o---oo--o---|oo--o---oo--o---|oo--o---oo--o---|
  (1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + )

  Back To Normal Tempo (t=95)
C |x---c---c---c---|x---c---c---c-c-|c---c---c---c-c-|c---c---c-------|
H |----------------|----------------|----------------|----------X-----|
S |----o-------o---|----o-------o-o-|----o-------o-o-|----o---o---f-f-|
B |o------oo--d-ooo|o------oo--d-o-o|o------oo--o-o-o|o--o--oo-d-o-o-o|
  (1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + )

Outro (5/8, 6/8, 5/8, 15/16, 4/4)
C |c------c--|c------c-c--|c------c--|x------c-c--c--|
H |--X-X-----|--X-X-------|--X-X-----|--X-X----------|
S |--o---o--o|--o---o-g-go|--o---o--o|--o---o-g-gg-gg|
B |dd--oo-o--|dd--oo-o-o--|dd--oo-o--|dd--oo-o-o--o--|
  (1 2 3 4 5 |1 2 3 4 5 6 |1 2 3 4 5 |123456789012345)

C |x------x--|x------x-x--|x------x--|x------x-x--|
C |--c-c-----|--c-c-------|--c-c-----|--c-c-------|
S |--o---o--o|--o---o-g-go|--o---o--o|--o---o-g-gg|
B |dd--oo-o--|dd--dd-o-o--|dd--dd-o--|dd--oo-o-o--|
  (1 2 3 4 5 |1 2 3 4 5 6 |1 2 3 4 5 |1 2 3 4 5 6 )

C |x---x-----------|x---------------|
T2|------------o-o-|----------------|
S |--g---g-g-f-----|----------------|
B |o---o-----------|o---------------|
  (1 + 2 + 3 + 4 + |1 + 2 + 3 + 4 + )

Nih titipanmu, butuh tiga hari juga buat coba-cobanya. Die, akhirnya aku putuskan untuk ngedrum. Ada juga ternyata tools di MS Word buat tab, play midi nya di Sonar. Kau bilang tempoku payah, monoton. NB: kalau yang china cymbal ganti pakai yang biasa aja.