Sebelum menjelaskan apa arti kalimat tersebut, ada baiknya memeperkenalkan seseorang yang menjadi biang kerok dalam cerita ini: Mahmud Zaenal Panggabean. Homo sapiens yang sudah memiliki volume otak sama seperti kita, berjalan tegak dan sudah mengenal konsep sosialisasi dengan sesamanya (terkadang masih memiliki perilaku Neanderthal, manusia gua sepupu jauhnya, yang berteriak-teriak apabila mengamuk). Mahmud Zaenal Panggabean, atau seterusnya akan digunakan singkatan MZP (karena terlalu panajang) berbadan gempal dan yang paling menjadi ciri khasnya adalah tutur bahasanya yang retrois (sebutan dari anggota The Mahmuders lain karena MZP berbicara dan sering menulis puisi dengan kata-kata yang lazim digunakan orang zaman dulu). MZP terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Teknik Mesin angkatan 2005 di sebuah universitas negeri di Medan. MZP sendiri berasal dari sebuah kota kecil yang cukup jauh dari Medan, yaitu Rantauprapat. Beberapa mahasiswa lain dari universitas berbeda yang berasal dari Rantauprapat adalah teman-teman dekat MZP, dan mereka saling berkenalan dari sebuah pengajian. Dari pengajian ini juga terbentuklah "The Mahmuders", tim sukses yang awalnya prihatin dengan usaha Mahmud sehingga akhirnya mereka kompak dalam membantu Mahmud, atau bisa jadi The Mahmuders mempunyai maksud tersembunyi. Adapun personil The Mahmuders antara lain:
1. The King Marco
Sosok yang paling pendiam diantara The Mahmuders lain.
2. Kyo
Anggota yang paling keren daripada semua anggota The Mahmuders lain. Hehe..
3. Satoshi-chan
Sebenarnya, Sato adalah junior Kyo disaat SMA. Sato selalu menganggap Kyo adalah gurunya dan selalu memanggil Kyo dengan panggilan Senior. Pemuda berumur 19 tahun, paling muda diantara anggota lainnya, memiliki wajah yang manis (padahal laki-laki), terkadang bahkan membuat perempuan iri melihatnya.
4. Reno The Spy
Reno adalah lelaki yang lihai mengumpulkan informasi. Keahliannya itu membuat dirinya menjadi sumber informasi untuk tugas-tugas The Mahmuders dalam membantu MZP.
Juwita Malam
Nama The Mahmuders sendiri diambil dari tweet status seseorang yang berhasil diketahui oleh Reno. Orang tersebut adalah sosok yang sangat dikagumi oleh MZP. Salah satu anggota pengajian perempuan yang memiliki nama mirip seperti benda bulat di langit yang mucul di malam hari, hingga pada suatu hari MZP memberikan julukan kepadanya: Juwita Malam. Anggota lain mengaggap julukan jadul MZP ini hanya karena pengajian diadakan di malam hari, sehingga hanya pada saat itu MZP sedikit dapat melihat orang yang dijulukinya Juwita Malam tersebut. Sebenarnya, anggota lain juga mengaguminya, hanya saja tak berlebihan seperti Mahmud yang suka menuliskan sastra-sastra jadul. Satu hal yang sangat disayangkan, sang Juwita Malam tak menghiraukan sedikitpun apa yang dirasakan oleh MZP, bahkan dengan jelas menunjukkan sikap tidak sukanya terhadap usaha yang dilakukan anggota The Mahmuders lain, hingga suatu hari Reno melacak informasi tentangnya dan berhasil mem-follow jejaring sosial milik Juwita Malam tersebut, lalu menemukan kalimat status yang diatas tadi. Sejak saat itulah, mereka memiliki nama The Mahmuders, nama yang secara tidak sengaja diketahui oleh mereka.
Sungguh Naif
Suatu hari, Kyo yang sedang berkumpul dengan Marco dan Reno melihat Sato-chan yang kelihatannya tampak sedih dan memikirkan sesuatu.
Kyo: Hey, Sato-chan, ada apa denganmu? mengapa wajahmu daritadi sedih begitu?
Sato-chan: Hmm, tidak senior, aku tidak apa-apa.
Kyo: Huh, kalau begitu mengapa wajahmu sedih begitu, ya sudah, sekarang belikan aku pulsa agar besok aku mudah menghubungimu dan mengajarkan jurus baru. (Kyo memang sering memanfaatkan Sato-chan dengan alasan yang tidak jelas)
Sato-chan: Hmm, baik senior. (Sato bergegas walau tampak lesu)
Marco: Aku heran, ada apa ya dengan Sato?
Reno: Tadi aku melihat dia sedang berbicara dengan Mahmud, tak banyak yang bisa kudengar, tetapi sepertinya mereka membicarakan nomor telepon.
Kyo: Ya sudah, sebentar lagi dia kembali, kita tanyakan semua itu.
Tak lama, pulsa di handphone Kyo pun tersisi, lalu Sato datang lagi.
Reno: Sato, apakah tadi kau bertengkar dengan MZP?
Kyo: Ya, benarkah itu, Sato-chan?
Sato-chan: Hmm, tidak, tadi kami hanya berbicara sedikit.
Marco: Ah, jujur sajalah, lalu mengapa setelah berbicara dengannya kau tampak sedih?
Sato-chan: Hmm, sebenarnya tadi MZP marah kepadaku karena aku memiliki nomor handphone Juwita Malam.
Kyo: memangnya MZP tidak mengetahui nomornya? kalau aku tahu, karena kadang aku sering bertanya kepadanya soal pengajian, dan memang dia sendiri yang memberitahukannya kepadaku, apa kalian juga mengetahuinya?
Marco: Ya, aku juga tahu.
Reno: Aku juga.
Kyo: Huh, kalau begitu, kita berempat memang diberi tahunya, tapi kenapa justru MZP yang tidak tahu?
Reno: Aku tahu masalah ini, kemarin aku bertanya kepada teman Juwita Malam, dan dia menceritakan bahwa MZP pernah meminta langsung nomor handphonenya tetapi dia tidak mau memberitahukannya dengan alasan yang tidak jelas.
Setelah itu, mereka saling bertatapan, lalu tiba-tiba tertawa terbahak-bahak, menertawakan kenaifan MZP. Mengapa nasibnya bisa semalang itu.
The End of The Mahmuders
Akhirnya, anggota The Mahmuders sepakat memberitahukan nomor tersebut kepada MZP. Tapi yah, mungkin itulah Mahmud, bukan dia namanya kalau tidak melakukan hal yang memuakkan. Entah kata-kata apa yang barusan dikirimkan oleh Mahmud kepada Juwita Malam sehingga pada akhirnya Reno berhasil mengetahui isi pesan balasan dari Juwita Malam tersebut yang berbunyi:
"banyak manusia hanya melihat keindahan, lalu keindahan itu diselimuti nafsu, lalu mereka sebut itu cinta, rugi lah aku jika termasuk diantara mereka, karena jelas Allah maha indah..". Saat itu, Mahmud tampak lesu, dia tidak mau lagi berbagi dengan para The Mahmuders, atau karena sejak saat itu para anggota lain sering kali berkata: Kasiaaan deh Mahmud, hahaha..!. Para anggota lain hanya bisa tersenyum-senyum lucu saja melihatnya, apalagi Reno dan Kyo yang sering terang-terangan menertawakan Mahmud Zaenal Panggabean.
(NB: tulisan ini bahkan sudah dibaca oleh MZP dan walau dengan berat hati akhirnya diizinkan untuk dipublikasikan, hehe)
Chapter 2, Augustus 08th '12
Di Jatinegara kita kan berjumpa, berilah nama, alamat serta..
Satu tahun bukanlah hal yang sebentar bagi persahabatan mereka. Ya, mungkin memang The Mahmuders sudah tidak seperti dulu lagi, tapi yang namanya persahabatan tak bisa selesai begitu saja. Satu tahun adalah waktu yang memisahkan mereka, dengan kesibukan mereka masing-masing sekarang. Jarak juga menambah dinding pemisah diantara mereka, lihat saja
Marco yang sekarang bekerja di sebuah perusahaan Otomotif di Pekanbaru, Reno di perusahaan forwarding di daerah pelabuhan yang sebetulnya cukup jauh juga dari Medan, Sato yang sedang berjuang dengan tugas akhirnya (kasihannya dia pas giliran nyusun tugas akhir, senior-seniornya di The Mahmuders justru udah berpencar kemana-mana, hehe), dan
Juwita Malam, ah, orang ini memang selalu menimbulkan pertanyaan. Terakhir kali Kyo berkomunikasi lewat telepon dengan Juwita sekitar dua bulan yang lalu, dan Kyo cukup terkejut saat mendengar bahwa dia sedang sibuk karena mengajar secara suka rela di rumah belajar bentukan temannya. Yah, memang agak sulit diterima oleh akal Kyo, mengapa sudah zaman begini masih ada orang yang berbuat suka rela, walaupun itu untuk mereka yang kurang mampu. Begitulah, mungkin beberapa hal yang tidak masuk akal seperti itu yang membuat semua anggota The Mahmuders menaruh kekaguman pada Juwita Malam. Lalu, bagaimana dengan The Chosen One alias si Dinosaurus alias si Tahi Lalat Ultraman (inget tanda item gede di pipinya MZP) alias si Ayam Jago, Mahmud, hehe. Si abang jadul itu akhirnya memfokuskan diri untuk melanjutkan usahanya dengan abangnya yang semenjak dari kuliah sudah dilakukannya.
The Mahmuders yang memang pada awalnya terbentuk secara tidak sengaja, dengan berbagai kesamaan, satu kampung halaman, mahasiswa bokek, dan obsesinya Mahmud. Ya, obsesi Mahmud tersebut (baca: The End Of The Mahmuders) tak dapat dipungkiri menjadi pemersatu mereka yang memiliki karakter yang sangat berbeda, hingga akhirnya saling membantu Mahmud (atau membantu diri masing-masing) untuk mendapatkan Juwita walaupun berakhir tragis, haha. Satu kampung halaman, ya,
itu kesamaan mutlak diantara mereka semua. The Mahmuders sudah mempersiapkan pertemuan mereka, dengan menyesuaikan ke jadwal libur (jatah libur semua, gak ada yang dapet cuti, haha). Pasti akan seru, dengan pemikiran baru dan pengalaman baru, kita lihat saja, apakah masih ada Mahmud dengan kata mendayu-dayunya jika berbicara tentang Juwita kepada yang lain, tapi terlihat gugup setengah mati kalau Juwita di depannya, haha.
Persahabatan memang kadang terjadi dengan cara yang bodoh, tapi bisa jadi persahabatan seperti itu yang bertahan kan, hehe. Salam