Sabtu, 30 November 2013

Kereta kita segera tiba, di Jatinegara kita kan berpisah, berilah nama alamat serta, esok lusa boleh kita jumpa pula..

Malem-malem dengerin lantunan manis dari suara alm. om Kris Biantoro waktu muda judulnya Juwita Malam, bagi saya ini lagu sepanjang masa. Uhm, adem banget merdu suaranya, mirip suara Gackt pas nyanyi Love Letter kalo menurut saya.



posted from Bloggeroid

Senin, 25 November 2013

Are you happy as the human race?

Tuhan jangan biarkan aku jatuh jauh
kelembah nista yang semakin dalam
Jangan biarkan aku terkurung dalam
kehinaan dan kemunafikan
Aku hina dan kotor serta tak pantas masuk kedalam surga Mu
Ku juga lemah dan tak tahan akan panasnya api neraka Mu

God Help I'm drown
God Forgive me, God Forgive me

When the sun arise from west
When the sin out of the demon ass
We will pay what we have done before
Through the pain, or no limit pleasure

                            -Purgatory - Hypocrishit


Aku melihat ke kiri dan ke kanan, aku terbawa ke kiri dan ke kanan. Niscaya aku dan yang seperti aku lebih berbahaya dari kafir sekalipun, karena mungkin aku di golongan yang munafik. Sungguh kini rasa takut melandaku, dan nanti aku lupa akan rasa takut itu dengan indahnya kilau dunia. Nanti aku takut lagi, nanti aku tidak takut lagi, nanti aku takut lagi, nanti aku tidak takut lagi, nanti, lagi, nanti, lagi. Aku merasa benar disaat salah, dan kalian semua hanya sampah saat aku mengaku iman bersarang di hatiku. 

Jika hari ini saja sama dengan hari sebelumnya adalah kerugian, maka di hari yang lalu aku pernah berusaha jauh lebih baik dari hari ini, bukankah itu lebih parah dari hanya sebuah kerugian. Aku sudah terlalu muak.

Kumasukkan diriku sebagaimana semua orang memasukkan dirinya ke dunia yang menuntut untuk memakai topeng. Indah sekali, tak ada yang perlu dikhawatirkan, lakukan saja, yang penting kita bisa berdalil dan beralasan untuk membenarkannya. Dalam waktu yang lama, tak ada masalah, nikmat, yang penting jangan merasa bersalah, ingat: alasan membenarkan yang kita buat jauh lebih kuat dari apapun.

Tapi mengapa merasa tidak perlu khawatir membenarkan apa saja tidak bisa bertahan lama. Mengapa meyakinkan diri bahwa kebohongan-yang-dibangun-adalah-kebenaran saja tidak bisa bertahan lama. Makin memuakkan.

Aku muak.
Ingin sekali aku memiliki iman walau sedikit, karena yang selama ini kumiliki hanya topeng iman.

Rantauprapat, 25 November 2013
dan beberapa orang disini yang sedang muak
mari kita tidur, sudah malam..

Yang item manis, yang merah asem



Gak tau namanya apa, penasaran langsung tak cobain, eh ternyata gak mati keracunan, hehe.

posted from Bloggeroid

Jumat, 22 November 2013

Journal: King Of The Hill (Part.II)

Sebelumnya: King Of The Hill (Part. I)

View dari bukit Pamingke

Gitu nyampe langsung narsis

Memikirkan gajian yang masih lama

Salam dangdut..

Lokasi: Bukit Pamingke, Rantauprapat
Waktu: 18 November 2013, sekitar jam 05.30 sore
Camera360 Ultimate for Android

Rabu, 13 November 2013

Expedition Linggahara Waterfall


Assalamualikum sahabat semuanya, kali ini saya mau nyambung tulisan ekspedisi saya bersama teman saya Anwar yang kemarin saya ceritakan kenal dari blog juga, dan baru sekitar seminggu yang lalu kami melakukan ekspedisi ke Candi Bahal. Kali ini tujuannya tidak begitu jauh kok, hanya setengah jam jaraknya dari rumah saya. Ya, masih di kota Rantauprapat, sedikit ke arah barat tepatnya di desa Tebing Linggahara terdapat kawasan perbukitan hutan lindung Torpisang Mata, terdapat dua air terjun berukuran sedang yang dinamakan air terjun Linggahara.

Gerbang masuk kawasan hutan lindung Torpisang Mata
Sedikit yang ironis untuk saya adalah sejak dari kelas 2 SMP saya tinggal di kota Rantauprapat ini, saya malah baru sekali ini mengunjungi tempat ini. Kalau taunya sih udah lama, tapi selalu aja gak jadi kalau mau pergi ke sini. Sarana jalan cukup bagus, dan sepanjang jalan masih terdapat satu dua rumah warga yang jaraknya agak jarang.

Lokasi wisata air terjun Linggahara
Lokasi wisata nampak terawat dan cukup memadai fasilitas umumnya. Tersedia beberapa resto sederhana untuk menikmati kuliner di tengah deruan suara air terjun, jadi jangan takut bakal kelaparan, hehe. Untuk HTM hanya dipatok sekitar Rp.7.000/orang sudah termasuk biaya parkir kendaraan pribadi. Hmm, wajarlah.

Pose dangdut
Pada dasarnya air terjun Linggahara ini ada dua, letaknyapun cuma samping-sampingan. Yang pertama jauh lebih gede dan debit airnya lebih besar. Karena kita datengnya pas hari biasa, jadi lokasi gak ramai, karena kalo pas libur kata Anwar sih kita malah bisa gak dapet tempat untuk sekedar duduk-duduk isitrahat.

Air terjun Linggahara I





















Air Terjun Linggahara II


Yah seperti yang saya bilang sebelumnya, di lokasi ini terdapat dua air terjun yang saling bersampingan. Air terjun yang kedua ini lebih ramah untuk anak-anak atau keluarga yang ingin mandi merasakan dinginnya air yang datang dari mata air perbukitan. Di sekitarnya juga terdapat beberapa fasilitas permainan anak-anak seperti seluncuran, kolam renang, dan lain-lain. Berbeda dengan air terjun pertama yang ada peringatan kalau air nya dalam dan khusus orang dewasa. Jadi saran saya sih, bagi sahabat yang ingin berkunjung dan merasakan airnya sambil mandi, lebih baik di air terjun yang kedua ini, apalagi kalau membawa anak-anak kecil.

Si Anwar beraninya cuma di tempat anak-anak :p


Begitulah jurnal perjalanan kami kali ini. Mumpung masih dekat awal bulan jadi asik deh ngeblog nyantai di kantor. Saya masih aja heran, kenapa kalo kenal sama teman baru kok rasanya mereka hoby jalan juga kayak saya, lebih gila malah, hehe. Walaupun saya masih agak malu, karena ini memang kali pertama saya mengunjungi tempat ini yang sudah jelas-jelas masih dalam kota dan dekat dengan rumah saya. O iya, maaf kalau hasil jepret-jepret nya kurang bagus, cuma ngandalin kamera HP seperti biasa soalnya.





Yah, buat sahabat semua, jangan males menjelajahi sekitar kita karena negeri ini masih punya sejuta tempat yang mengagumkan. Salam blogger..!


Kamis, 07 November 2013

Fun Project

Sedang dalam alter ego project mengaransemen ulang lagu Batak dengan pengetahuan, kemampuan, dan peralatan yang cetek, hehe. Dikerjain kalo ada waktu santai aja dan gak tau kapan siapnya. Cuma buat seneng-seneng. :D

Senin, 04 November 2013

Expedition Bahal Temple


Assalamualaikum..! Bagaimana hari Minggunya sahabat-sahabat? kalau saya baru pulang dari serangkaian perjalanan atau lebih tepat disebut ekspedisi dadakan yang sangat menyenangkan bersama teman baru saya, Anwar. Dia ini baru berteman sih sama saya, yah kenalnya lewat blogging-an juga, ternyata kita memiliki beberapa kesamaan, yaitu suka hal-hal klasik, sedikit bersejarah dan jalan-jalan. Singkat cerita, kami sering ngobrol soal tempat-tempat yang belum kami kunjungi sambil ngopi asik malam-malam. Kami rasa Candi Bahal / Portibi adalah pilihan yang cocok untuk sekedar jalan-jalan sambil belajar, yang terletak di kota Gunung Tua, ibu kota kabupaten Padang Lawas Utara yang berjarak sekitar 3 jam dari kota kami Rantauprapat. Awalnya tau dari teman sih, terus googling, dan informasinya ternyata kurang banyak. Setelah atur-atur plan dikit, kami berangkat jam 7 pagi.

Candi Bahal I

Kami sampai di kota Gunung Tua sekitar jam 09:15, dari kota kecil tersebut kita masih harus menempuh perjalanan menuju Kecamatan Portibi, dari simpang Portibi sendiri ke lokasi candi perlu sekitar 20-menitan. Sepanjang jalan dari mulai Rantauprapat sampai di lokasi komplek candi, kondisi jalannya cukup bagus, tapi jangan tergiur buat balapan ya.

Candi Bahal I

Saya kutip penjelasan bebas dari Wikipedia ya: Candi Bahal, Biaro Bahal, atau Candi Portibi adalah kompleks candi Buddha aliran Vajrayana yang terletak di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Portibi, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, yaitu sekitar 3 jam perjalanan dari Padangsidempuan atau berjarak sekitar 400 km dari Kota Medan. Candi ini terbuat dari bahan bata merah dan diduga berasal dari sekitar abad ke-11 dan dikaitkan dengan Kerajaan Pannai, salah satu pelabuhan di pesisir Selat Malaka yang ditaklukan dan menjadi bagian dari mandala Sriwijaya. Candi ini diberi nama berdasarkan nama desa tempat bangunan ini berdiri. Selain itu nama Portibi dalam bahasa Batak berarti 'dunia' atau 'bumi' istilah serapan yang berasal dari bahasa sansekerta: Pertiwi (dewi Bumi). Arsitektur bangunan candi ini hampir serupa dengan Candi Jabung yang ada Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Hmm, kalo menurut kami sih, dari seni dan arsitekturnya candi ini masih kental sama pengaruh Hindu, bisa dilihat dari relief yang menggambarkan setengah manusia setengahnya lagi gajah, atau binatang lainnya. Tapi ngapain serius amat sih, yang penting kan kalo udah jauh-jauh itu harus narsis, hehe.


Saya kurang tau sih kapan tepatnya candi ini mulai dibangun, tapi sepertinya dahulu kala, jauh sebelum Islam mendominasi wilayah ini, sepertinya peradaban kepercayaan Budha ini sempat berjaya dan membangun peradabannya disini. Pastinya masih banyak situs bersejarah yang mungkin sudah tertimbun dan tidak dapat diidentifikasi lagi.


Candi Bahal II

Mungkin emang benar kali ya, jaman dulu itu status atau kasta berlaku di masyarakat. Menurut pandangan saya sih, tempat-tempat seperti ini pasti erat kaitannya dengan ritual religi dan sebagainya. Dan, Candi Bahal II atau candi selanjutnya ini terlihat lebih kecil dari yang pertama, apa ada kaitannya dengan status masyarakat kuno jaman dulu itu ya, yang pertama untuk kelas atas, yang ini untuk pejabat biasa, siapa tau? hehe (kok jadi sok tau saya).


Candi Bahal II ini terletak sekitar 300 meter lah dari Candi Bahal I, letaknya di tengah persawahan nan hijau dengan angin sepoi-sepoi, ahay. Disini terdapat beberapa ornamen yang tidak kita temukan di candi pertama, hmm, mungkin merujuk ke fungsi dan peruntukannya pada jaman itu kali ya.

Salah satu bangunan di samping Candi Bahal II
Candi Bahal II
Si Anwar yang kaku, hehe

Candi Bahal III

Nah, kalo yang kedua aja udah di tengah sawah, yang ketiga ini lebih ke tengah sawah lagi, hehe. Ya, kita perlu sedikit usaha menuju Candi Bahal III, selain sarana jalan yang masih tanah (maklum kok, capek nyalahin pemerintah terus), kalo udah abis ujan itu loh, buecek minta ampun, tapi sukurlah, walaupun tadi ada bechek, yang penting ada ojhek, eh, yang penting kita tetap bisa masuk.

Candi Bahal III

Tadi kan interpretasi konyol saya ada nyinggung soal kasta, nah ini semakin memperkuat hipotesis prematur saya. Yah, semakin ke dalam, terpencil, bentuknya semakin kecil dan sederhana. Jadi, kalo yang pertama dipake sama Raja dan bangsawan, yang kedua sama pejabat biasa, nah yang ketiga ini mungkin buat para babu, jongos, dan rakyat jelata lainnya, hehe. Hmm, tapi sahabat-sahabat jangan termakan ya sama pemikiran busuk saya itu, hehe.

Tetep aja kaku :p
I'm God of War..! haha..! (kebanyakan main PS)

Dari informasi-informasi yang kami coba ikutin, semua peninggalan sejarah ini sepertinya merujuk ke satu pola peradaban yang memiliki kemiripan dengan yang ada di tempat lain di Indonesia, yang jelas memang pengaruh Hindu-Budha memang pernah memiliki masa-masa keemasan yang tersebar hampir di semua pulau nusantara. Yah, kita sebagai penerus (nerusin apa?), kalau tidak bisa menjaga, ya jangan ngerusak donk, agak sebel kadang liat tingkah orang kampungan yang masih aja suka ngerusak situs bersejarah kayak mencoret lah, mencuri patung lah, gak manusia banget ya. O iya, semua foto-foto yang saya tampilin ini cuma sedanya dari kamera HP, dengan alasan sederhana: untuk narsis-narsisan kamera HP paling mobile dan efisien, hehe. So, tetep berkelana ya, jelajahi terus kekayaan tersembunyi negeri kita ini. Saatnya pulaaang..!

Salam Dangdut dari saya.. :)

Sabtu, 02 November 2013

Right..!



Bener, bener, dan bener banget. Harus berhenti dari segala sesuatu yang tidak baik, dan yang tidak mau menjadi baik. Adil pada diri sendiri, jangan mengalah kepada yang tidak mau kalah, tapi mengalahlah karena kau tidak pernah kalah.
posted from Bloggeroid