Rabu, 02 Mei 2012

Karena Hati Selalu Kalah

Ibu, aku merindukanmu, entah mengapa padahal setiap hari kita selalu bertemu di rumah. Sekarang bahkan setiap hari aku memakan masakanmu. Tapi aku mulai tak yakin, apakah ini memang aku?. Yang kutahu dari dulu aku selalu bercerita kepadamu tentang apa saja. Apa yang sedang kufikirkan, apa yang kubenci, apa yang kuinginkan, segala hal. Aku ingat sewaktu kecil dulu aku pernah mengganggu seekor induk kucing yang sedang menjaga beberapa anak-anaknya yang masih sangat kecil dengan memisah-misahkan mereka lalu kau datang dan sedikit memaharahiku: tidak boleh begitu! gimana kalau kamu dipisahin dari ibu?. Yang kuingat waktu itu aku menjawab spontan: Enggak mau! sambil menaruh kembali anak-anak kucing itu ke induknya. Jika kuingat masa-masa itu sekarang, kadang aku tersenyum sendiri dan kadang terasa menyedihkan. Betapa banyak pelajaran hidup yang kau berikan semenjak aku lahir, selalu mengawal perkembanganku: apabila aku melihat sesuatu maka kau beritahu aku apa yang kulihat itu dan mengapa bisa seperti itu, apabila aku mendengar sesuatu, kau beritahu aku bahwa yang kudengar itu baik atau tidak, apabila aku berbicara maka kau ajarkan aku untuk bertanggung jawab atas apa yang kukatakan. Kenyataannya, sampai sekarang kau tak pernah berubah, tapi aku yang mulai bertanya-tanya apakah aku masih aku?

Sampai sekarang sebetulnya aku belum mengerti bagaimana mengkuti kata hati. Aku adalah orang yang penuh dengan pertimbangan, selalu mempunyai perhitungan jelas atas sikap yang kuambil. Dan kesalahan fatal adalah absennya perasaan dari pertimbangan-pertimbangan tadi karena kuyakin akal dapat menjawab segala hal yang logis. Mungkin kesibukan telah menjauhkan kita yang sebenarnya dekat, sampai aku merasa hal itu sepele dan yang terpenting aku melakukan kewajibanku dengan benar. Untuk beberapa waktu aku memang suka dengan kebiasaan seperti ini, tapi lama-kelamaan rasanya yang melakukan kebiasaan-kebiasaan ini hanya badanku saja, hatiku tertinggal entah dimana. Beberapa waktu yang lalu memang kita sudah bicara banyak, dan kau selalu saja mendukungku dengan keputusan apapun yang akan kuambil, karena sudah percaya, mungkin. Kemarin kita berbicara tentang karir, dan kusampaikan kalau aku ingin mencoba lebih banyak pengalaman, bahkan jika sampai berhenti dari tempat yang sekarang. Lagi-lagi kau mendukungku, aku heran, mengapa kau yang lebih peduli pada hatiku daripada aku sendiri. Bagimu, yang terpenting adalah aku tidak memaksakan diri dan tetap memiliki hati dimanapun berada.

Bagaimanapun, aku akan selalu bercerita kepadamu, berbagi apapun yang kurasa, seperti dulu. Aku akan hidup dengan hati..

For you Mom, with love..

15 komentar:

  1. Balasan
    1. karena saya rasa hati sering salah, makanya selalu kalah..

      Hapus
  2. hmmm....
    jadi galau nih....
    aq jg kangen ni...
    namun jarak memisahkan...
    :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya aja yang gak dipisahin jarak bisa kangen..

      Hapus
  3. Ibu emang gak tergantikan ... bahkan bagi anak yg gak dekat dgnya pun, ibu punya tempat tersendiri di hati

    BalasHapus
    Balasan
    1. tempat yang gak bisa disamakan dengan tempat lain..

      Hapus
  4. Kenapa jadi speechless gini -_-

    BalasHapus
  5. aaaaa jadi kangen mama di rumah :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. tidak salah kok, daripada kangen sama orang lain yang bukan siapa2 kita..

      Hapus
  6. kasih ibu sepanjang masa gan :)

    BalasHapus
  7. Ikuti saja kata hatimu. Hati tidak pernah salah koq.

    BalasHapus
  8. jadi sedih baca ini
    chika juga lagi kangen ibu :)

    BalasHapus