Jumat, 06 Juli 2012

Mengapa Harus Repot-Repot?

Kali ini saya cuma mau cerita gak jelas, yah cuma seputar pembicaraan saya dan beberapa teman kantor tadi pas makan siang. Awal cerita, tadi kita lagi bahas-bahas acara ngumpul gitu sih buat besok, ada rencana mau ngeramein warung bakso dan mie ayam adik teman saya yang baru buka. Kami semua diundang oleh dia dan dijanjiin gratis, hehe. Kebiasaan buruk apalagi sama kakak-kakak bagian teller kalau udah ngegosip, riuh banget, seolah-olah rumah makannya punya mereka. Kami yang laki-laki biasanya cuma nunduk-nunduk aja liat tingkah mereka, ketawa sesuka hati, gosipin orang, dan sebagainya. Entah kenapa niat gangguin saya tiba-tiba muncul di pembicaraan mereka dan langsung nanya ke saya: besol pergi sama siapa Yud?. Saya terdiam sebentar, lalu saya jawab, ya sama yang lain lah rame-rame, tu sama bang Erwin yang rakus, hehe. Maksudnya bukan yang itu, tapi yang "ituuu" loooh, masa udah lama gini gak pernah dikenalin ke kita?. Hah, siapa? emakku? jawab saya. Aah, pura-pura bego, gak mungkin belum ada, kalo gitu kakak ndaftar ya, haha, katanya. Buset..! ingat umur kak, haha..! iya bener, gak ada, jawab saya. Hmm, gak percaya, atau kamu gak suka sama cewe ya? tanyanya mengganggu. Suembarangan..! enak aja ngomong, bikin malu aku aja nih kakak, rame nih..! balas saya. Trus kenapa gak dicari, tanya lagi. Karena gak mau, jawab saya. Tuuuh kaaan, beneeer, balasnya menggoda. Bukan ituuu, huuuh..!

Gosipin orang memang udah jadi makanan sehari-hari mereka, walaupun kadang saya juga ikutan nimbrung, tapi kalau udah ngarah ke mojok-mojokin saya biasanya saya diam aja lah, mereka gak ada ampun kalau udah urusan gangguin orang. Akhir-akhir ini mereka memang selalu penasaran dan ingin tau, tapi saya nanggepinnya cuek aja. Saya memang tidak memikirkan tentang ini, karena menurut saya masih sangat banyak urusan yang lebih penting daripada hal-hal begitu. Saya tidak mau munafik dengan ngomong tentang hukum-hukum atau apalah, soalnya masa lalu saya juga tidak terlalu bersih. Saya hanya berusaha sebisa mungkin tidak melakukan sesuatu karena yang pada awalnya saya tidak tau menjadi tau. Lagian, kalau difikir-fikir lebih jauh lagi sih, kan itu semua memang merepotkan, bayangkan kita tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri tetapi juga memikirkan kepentingan orang itu, belum tentu kita betul-betul dengan baik memberikan yang terbaik untuk diri kita, ini malah harus membaginya dengan orang lain. Bagaimanapun mungkin ini juga menyangkut masalah prioritas, tentang siapa yang diutamakan, diri kita sendiri atau orang lain. Kalau saya sih lebih berfikir, saya harus memberikan yang terbaik untuk diri saya dengan cara meraih cita-cita dan berusaha sebaik mungkin, untuk itu hal-hal seperti itu bisa menghambat apa yang kita tuju. Bukankah dengan membagi-bagi atensi dapat membuyarkan fokus kita terhadap satu hal?. Lebih jauh lagi, tidak hanya tentang hal-hal serius, tapi dengan banyak hal, misalnya bagi yang seneng liburan, kalau kita sendirikan tentu kita tidak direpotkan dengan hal-hal yang harus disesuaikan dengan orang lain, misalnya contohnya ke saya nih, kalau liburan ke suatu tempat itu sengengnya ngasal aja, gak mikirin penampilan, jalan kaki jauh-jauh kesana-kemari, jaga image dan segala macam bahkan tidurnya pernah cuma di SPBU, haha. Bayangkan hal-hal bebas semacam itu tidak ada, tentu tidak seru lagi.

Balik lagi ke masalah prioritas, setelah mengutamakan diri saya, saya juga lebih memilih keluarga sebagai teman dan sahabat terdekat. Kalau ditinjau logisnya sih, ngapain coba harus dengan orang lain yang jelas kita baru bertemu dengannya di usia tertentu, sementara itu masih ada ibu di rumah yang sering melamun gak ada kerjaan, saat itu kita mungkin sedang asyik bakar-bakar ayam  di rumah temen, main kartu, ke mall, karaokean, main Chicken Trial Game (hiks, sorry Mom, suka lupa waktu), macam-macam lah. Padahal sebelum kita punya teman atau sahabat yang kita anggap terbaik itu, masih ada dia, sahabat pertama kita, sahabat yang berani berkorban nyawa untuk kita yang tidak pandai berterima kasih ini, bayangkan kemana semua perginya nutrisi makanan yang dimakannya selama mengandung, betapa susahnya hari-hari harus membawa beban berat di perut, berapa banyak darah dan kesakitan yang hampir merebut nyawanya saat melahirkan kita. Bukankah dia adalah sahabat pertama kita? mengapa harus jadi orang yang "punya teman baru, teman yang lama ditinggalkan"?. Saya juga melihat banyak hal ironis, orang-orang yang rela melawan orang tuanya demi yang katanya kekasihnya itu, lebih terbuka dan dekat daripada dengan keluarganya sendiri, padahal kalau ada apa-apa baliknya ke keluarga lagi, ini juga pelajaran buat saya. Mungkin yang lain merasa agak aneh, tapi memang benar menurut saya yang paling cantik di dunia ini cuma ibu saya, hehe, dia sangat cantik karena sabarnya menghadapi anak bebal seperti saya, dia sangat cantik saat menghadapi masalah-masalah saya yang saya hadapi dan ceritakan kepadanya ataupun masalah-masalah di keluarga, dia cantik karena telah memberikan hidupnya untuk saya.

Yah, begitulah, pasti sangat beramacam-macam pandangan tentang ini, bagaimanapun orang menilai saya toh saya tidak pernah peduli, karena saya juga berusaha tidak mencampuri urusan orang lain. Intinya, jalani saja hidup ini dengan usaha terbaik yang bisa kita lakukan, ingat keluarga dan orang-orang terdekat yang ada bersama kita dari lahir sampai sekarang, susah atau senang bersama, insyaAllah, hidup akan lebih indah.

15 komentar:

  1. semacam mirip hadits ini:

    "Alangkah baiknya orang-orang yang sibuk meneliti aib diri mereka sendiri dengan tidak mengurusi (membicarakan) aib orang lain." (HR. Ad Dailami)

    :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah,
      hadisnya super keren mbak,
      (emang ada yang gak keren yang keluar dari mulut "The Messenger", hehe, shalawat atas dirinya)

      cocok banget buat saya, walaupun yang cocoknya itu tidak meniliti aib orang lain, karena saya juga jarang liat kesalahan sendiri, hehe..

      terima kasih mbak..

      Hapus
  2. wah mbak diniehz menjadi ustazah nih.. :)

    BalasHapus
  3. Bukan hal yang mudah untuk menjadi diri sendiri, dan itu adalah tantanga. Tidak ada gunanya mengurus orang lain karena urusan diri kita sendiri saja sudah banyak. Berbuat yang terbaik untuk diri sendiri, keluarga, orang tua, tetangga dan Agama adalah pilihan mulia. Salam. Keep posting ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya betul mas,
      seharusnya waktu yang cukup digunakan untuk mengurus diri sendiri dan memberikan yang terbaik untuk kita sendiri, tidak ada waktu untuk mencampuri urusan orang lain..

      Hapus
  4. setuju! hehe nice posting kak.. ibu itu memang seorang makhluk yg diciptakan tuhan paling luar biasa. ngomong-ngomong ngurus masalah org lain. betul! urus diri sendri aja belum bener apalagi ngurus orang lain. jyah, ya begitulah kalau cewek udah ngumpul apa aja di omongin. hihii.. salam kenal kak.. saya follow blognya, dtunggu kunjungannya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah terima kasih ya Nina,
      saya udah kunjungin dan follow balik,
      blog kamu keren..

      Hapus
  5. Hem.....aku juga sering dipojokkan dengan pembicaraan seperti itu. Dan, yah, berhubung di lingkungan kerjaku lumayan sering berhubungan dg komunitas nyeleneh, jadilah mereka semakin curiga. Wkwkwk.....Tapi, ya sudahlah. Pokoknya aku ga kayak gt.


    Ehm.... *jadi merenung soal ibu.bener juga ya....*
    Sepertinya memang harus memperbaiki hubungan yah??I hope i can, one day :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener mbak, yang penting kita enggak,
      dan gak perlu berkoar2 banyak2,
      ntar termakan perkataan sendiri di masa datang jadi bikin malu, munafik banget kan..
      ya, saya juga akan memperbaiki hubungan saya dengan ibu saya..

      Hapus
  6. Hehe, bersyukurlah pernah melakukan kesalahan sehingga kamu benar2 bisa dibuat segitu mencintai Ibumu. Umurmu skr adalah umur dimana pada umumnya pria mulai memilih, bahkan mengutamakan cintanya kepada wanita yang kalau pakai bahasa kamu "baru dia temui dalam hidupnya"

    Hihi, kamu yang saya kenal yah ini, kamu yg begitu bersemangat, reaktif dan begitu mencintai Ibumu dan keluargamu. Kadang sedikit menyebalkan juga sih :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe, iya my sist,
      kesalahan yang membuat saya ingin melupakan apapun yang berhubungan dengan itu, semuanya..
      yah, godaan tentu banyak mbak, tapi paling tidak beberapa hari lagi tidak akan ada lagi paha-paha sexy frontliner dan beberapa yang menyalah artikan kebaikan saya, haha. Ibu memang segalanya buat saya..
      hiks, menyebalkan dibuang napa mbak..

      Hapus
  7. sebel yah kalau dituduh blm punya pacar/istri krn kita suka sesama jenis :hoeks:

    BalasHapus
    Balasan
    1. lagian kalo istri malah belum kepikiran sama sekali mas, hehe.. ngapain sebel, cuekin aja, haha..

      Hapus