Jumat, 03 Januari 2014

Journal: Ride for Life

Berpose dangdut
Assalamualaikum sahabat semuanya, gimana liburannya?. Alhamdulillah, segala kebaikan untuk Allah yang telah memberi kita nikmat waktu dan kesehatan. Kali ini saya kembali menyambung tulisan perjalanan yang terangkum dalam kegiatan Systematic Chaos Backpacking III bersama teman saya Sugi. Kalau yang kemarin saya bercerita tentang pengalaman kami mengunjungi Panyabungan dan keindahan alamnya yang natural, kali ini saya akan bercerita soal perjalanan pulang kami yang menggunakan sepeda motor dalam waktu 16 jam..! haha.

View laut Sibolga, tak jauh dari perbatasan kota
Tepatnya tanggal 26 Desember 2013, kami menutup perjalanan kami dan pulang dari Panyabungan menuju Rantauprapat dengan rute melalui Danau Toba. Tentunya itu bukan rute yang wajar, karena secara normal perjalanan tersebut seharusnya sama dengan rute perjalanan pergi yaitu via Padang Sidempuan. Tapi ya karena kami sedikit gila, kami memilih rute yang lebih panjang untuk tujuan menambah destinasi travel.

Pantai kota Pandan, dekat Sibolga
Dari kota Panyabungan, kami mulai bergerak jam 6 pagi, lalu sampai di kota Padang Sidempuan jam 8 pagi dan sarapan sampai jam 9. Kami mencari oleh-oleh khas yaitu buah Salak. Ya, kota Sidempuan memang identik dengan Salaknya yang manis, tapi karena perjalanan kami menggunakan sepeda motor, kami hanya mampu membawa 3 kg saja, yah cukuplah untuk sekedar oleh-oleh untuk keluarga. Kami lanjutkan perjalanan menuju pesisir barat Sumatera, kota yang kami tuju adalah Sibolga.

Cuacanya agak terik, jadi males mandi-mandi
Pantai Hotel Bumi Asih bisa dijadikan pilihan yang tepat saat berada di Pandan
Jam 11 kami sudah berada di kota Sibolga. Kota ini adalah salah satu kota pelabuhan di pesisir barat Sumatera yang terkenal dengan hasil lautnya berupa ikan asin dan ikan teri Sibolga. Waktu kecil saya dan keluarga pernah tinggal di Tarutung yang hanya berjarak 1,5 jam dari Sibolga. Jadi, beberapa kali liburan kami dulu sering dihabiskan dengan memancing di laut. Kota Sibolga ini cukup panas udaranya, maklum pinggir laut. Karena sebetulnya ini perjalanan pulang, jadi kami tak bisa terlalu lama bersantai di pinggir pantai. Walaupun cuaca sedang terik kami melanjutkan perjalanan menuju kota Tarutung.

Sopo Partungkoan, Tarutung
Mulai memasuki daerah Tarutung yang berada di dataran tinggi, udara mulai berubah, dari mulai sejuk, lalu dingin, dan kami kedinginan, hehe. Sampai di kota ini saya merasa seperi pulang kampung. Ya, saya pernah menghabiskan beberapa tahun yang bahagia di kota ini. Kota ini disebut juga Kota Wisata Rohani, karena terdapat banyak peninggalan para misionaris Kristen di era-era awal masuknya agama ke Tapanuli Utara. Contohnya adalah Salib Kasih, bangunan Salib besar yang berada di puncak gunung yang terlihat dari segala penjuru Tarutung.

Pose laknat Sugi
Kami tak sempat mengunjungi tempat wisata di Tarutung, karena sampai di sini saja sudah sekitar jam 2 siang. Kami harus makan siang terlebih dahulu, padahal kalau sempat kami rencananya ingin ke Air Soda, yang merupakan pemandian mata air yang mengandung semacam soda dan airnya terlihat selalu mengeluarkan gelembung-gelembung kecil, yah, seperti minuman bersodalah. Katanya sih cuma ada dua di dunia, padahal waktu SD saya sering banget mandi sama teman-teman sekolah di sana, sayang kami tak sempat berkunjung.

Bertengger di pinggir jurang demi pose
Kami makan siang di daerah Sipoholon, desa yang tak jauh dari Tarutung yang terkenal dengan pemandian Air Panasnya. Karena iklim di Tarutung itu cukup dingin, kami jadi cepet lapar (padahal memang rakus). Tapi yang perlu saya beritahu kepada teman-teman, agak sulit mencari makanan halal di kota ini, maklum mayoritas penduduknya adalah Kristen. Jadi perlu sedikit berhati- hati.

Setelah makan siang, perjalanan dilanjutkan lagi menuju Balige. Yah, kota indah di pinggir danau Toba ini juga sewaktu kecil sangat sering saya kunjungi bersama keluarga saya, karena jarakanya hanya memerlukan waktu sekitar 1,5 dari Tarutung.

Kamen Rider Ryuga sebelum Henshin (berubah)
Sahabat bisa membaca tulisan saya tentang Balige yang indah di sini.

Dari Tarutung menuju Balige kita akan disuguhi panorama hutan Pinus yang sejuk dan view danau toba setelah melewati desa Lintong Nihuta. Kami beristirahat sebentar di Balige, maklumlah, sejauh ini saja jami sudah 13 jam di atas sepeda motor, masih ada 3 jam lebih lagi untuk mencapai Rantauprapat. Kami berhenti sebentar di Siguragura, melepas lelah sejenak dan berfoto ria. Sampai di sini kelelahan kami sedikit berkurang, tapi hari sudah semakin gelap kami harus tetap lanjut. Ahirnya, jam 10 malam kami sampai dengan selamat di kota Rantauprapat, dengan kesenangan yang tak terbayarkan dan pastinya kelelahan yang tak terbayarkan juga. Ini adalah salah satu pengalaman terseru dalam hidup saya. Systematic Chaos Backpacking III: Ride for Life, Life for Ride.


The End

23 komentar:

  1. kereeeen Bang Yudi..
    Keren..pantainya mantap sekali Bang. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu gambar yang dibawah , jalan atau sungai seh kok berkelok kelok begitu ?

      Hapus
    2. itu jalan mas, karena di gunung ya kelok2 begitu..

      Hapus
  2. wah jadi muter pulangnya ya mas, btw view-nya bagus2, jadi pengin .. hehehe

    BalasHapus
  3. Pemandangannya keren mas ...ditunggu kunbalnya

    BalasHapus
  4. Bagusss,,,,, kerennn cadasss pemandangannya,,,,

    Hmm,,, bikin iri aja bro,, jadi pengen kesana juga, tapi mengingat libur kantor yang waktunya tidak ada yang panjang jadi,,,

    Yakin naik motor tuhh? apaa nggak jauh banget yahh?

    Eh, kapan ke Medan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. yakin dunk,
      asik kok,
      sering kok ke medan, Rin..

      Hapus
  5. Iiiih yud, jalan-jalan terus ya...
    *iri kelamaan nggak jalan-jalan

    BalasHapus
  6. wah, tentang penghasil ikan asinnya ga dibahas?

    kayanya asik dan asin tuh.hehe

    BalasHapus
  7. huah..nice view...
    kapan bisa maen ke sana :)

    BalasHapus
  8. narsis isdebes si om yang satu ini
    mbok bikin blog khusus foto,om
    sayang tuh fotonya keren keren gitu
    *apalagi yang pose mau bunuh diri itu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ada kok, namanya Photo365, kolaborasi saya sama mbak Syam..
      photos.syamatahari.com

      Hapus
  9. Pantatnya kayak apa rasanya ya , 16 jam gitu lo !
    Sayang atu tidak mandi, air lautnya bening begitu. Bilang saja tidak bawa baju serep untuk berenang ya ? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. pantatnya ya penyet mas,
      haha,
      sebetulnya iya sih, haha

      Hapus
  10. waaooowww, 16 jam pake sepeda motor yaa... keren keren... backpaker sejati :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kali ini lebih tepat dibilang rider mbak, hehe

      Hapus
  11. gila.. 16 jam naik motor. ngebayanginnya saja dah lelah banget. gimana ngejalaninnya. ngak sanggup.

    saya sering baca entry ttg sumatera utara. kayaknya di sumut ini terlalu banyak tempat yg menarik. Untung mas Yudi tinggal di Sumut.

    BalasHapus