Akhirnya, kembali kerumah juga, huaaah. Capek, letih, tapi sangat memuaskan. Menjelajahi kota-kota yang sebelumnya tak pernah terfikirkan. Melihat orang-orang, kebiasaan-kebiasaan mereka, dan pelajaran yang sangat berharga pastinya. Bertualang dengan bermodalkan nyali dan rasa ingin tahu, itu cukup membuat kami berdua melakukan hal-hal gila. Setidaknya kami telah mematahkan pendapat orang-orang disekitar kami, bahwa uang bukanlah segalanya untuk melakukan hal-hal yang ingin kita lihat diliuar sana. Sepuluh hari jauh dari rumah membuat kami berdua belajar: perjuangan untuk mendapatkan sesuatu, mensyukuri nikmat tuhan atas tubuh yang diberikan hingga dapat dipergunakan bekerja lebih, bukan utntuk bermalas-malasan, merendahkan hati kami yang selama ini sudah kami tempatkan setinggi-tingginya dan bercap sombong, dan yang paling penting memahami dimana kami berdiri.
Rencana perjalanan sudah kami atur cukup lama, tepatnya saat saya memutuskan untuk bekerja part time. Hingga akhirnya bisa mengumpulkan, yah, bagi sebagian orang adalah jumlah yang kecil. Hasil kecil-kecilan tersebut sebagian besar sudah ditabung, sisanya saya sempat bingung buat apa. Datanglah tawaran aneh dari seorang teman yang juga aneh, mengatakan: badanmu itu lho, udah capek dibuat ngapain-ngapain, kan hak badanmu juga buat disegarkan ulang, backpacker yok? Sempat heran, tapi sangat menarik. Akhirnya, tanggal 19 Juli 2010 kami mulai berangkat.
Rantauprapat, semua bermula dikota ini, hingga akhirnya sampai pada kota: Pekanbaru, Kampar, Bukittinggi, Batusangkar, Padang. Recana awal, kami hanya ingin bertualng di Pekanbaru - Bukittinggi - Padang, yah, tapi karena naluri bertualang selalu menyenangkan, daerah jelajahan melebar ke beberapa kota lagi.
Dan sekarang, kami sudah kembali kekampung halaman, Rantauprapat. Saatnya beristirahat, mengembalikan kondisi tubuh. Nanti kami akan berbagi lagi tentang perjalanan saat berada ditempat-tempat itu. Pada setiap tempat kami menulis jurnal harian, dimana kami berada, apa saja yang kami lihat, dengar dan rasakan. Selamat tiduuur.
Suatu malam, saat berkumpul dengan teman-teman, bercerita panjang lebar, tertawa terbahak-bahak dan yang pasti hari itu adalah tadi malam. Seorang teman bertanya: Yud, kenapa coba Indonesia ini dipimpin sama orang-orang tolol yang hobinya nyusahin yang udah susah? lalu saya terdiam sejenak dan menjawab: mungkin dulunya mereka waktu muda ya kayak kita-kita ini, kritik sana-sini tapi gak buat apa-apa, hmm.. kenapa kita gak buat sesuatu? ya mungkin juga karena kita gak tau apa-apa jadi bisanya cuma kritik, sama dong kayak mreka yang bisanya cuma ngomong. Mendengar hal itu, teman saya tampak sedikit berfikir, lalu membalas: tapi kan, mereka digaji mahal untuk itu, huh.. kalau itu aku pasti gak ada lagi birokrasi tolol semacam ini. Saya agak geli mendengar perkataannya, lalu saya jawab saja: wah, buat apa berandai diri menjadi ini-itu, sementara hidup yang diberikan sekarang saja belum disyukuri, kenapa harus bicara banyak tentang perbuatan kebaikan? bukankah sebaik-baik perbuatan adalah taubat? cobalah menunjukkan sesuatu tidak dengan perkataan, tapi dengan perbuatan, karena, tanpa kita sadari banyak orang dapat berkata baik, tapi perbuatannya tidak, dan mungkin orang-orang itu adalah kita. Apalagi kita tahu, bahwa semua orang melihat langsung perilaku dan perbuatan kita sehari-hari, dan belum tentu mendengarkan perkataan kita. Setelah itu, kami sama-sama terdiam, lalu tiba-tiba tertawa keras, terbahak-bahak lagi, sesuatu tersadar dalam diri kami, kami menertawai diri kami sendiri.
Saat itu sekitar jam 20.30, tiba-tiba teman saya yang satunya lagi masuk ke dalam mobil yang diparkir di dekat kami duduk di rerumputan. Dia menyalakan cd audio kepunyaannya, DragonForce, album Ultra Beatdown (2008). Lagu pertama: Heroes of Our Time, band ini memang sangat kami sukai, DragonForce, berasal dari Inggris mengusung aliran Power/Speed Metal. Kalau saya sih menjulukinya band 100 km/jam, karena lagunya kencaaang sekali.
Single ini sangat mencirikan musik-musik NWOBHM (new wave of british heavy metal). Waktu kecil sih, dulu lumayan agak familiar sama musik-musik seperti ini. Maklum, abang saya dulu sering memutar radio dengan lagu-lagu keras. Yah, mungkin bagi penikmat musik jadul akan kembali teringat sama band Helloween. Cirikhas speed metal yang menggunakan double melody, solo gitar yang panjang serta drum double bass. Dulu juga sempat dipopulerkan oleh Metallica, Slayer, Panthera, dll, bedanya DragonForce menggunakan lirik-lirik yang tidak kotor. Kata-katanya puitis, bahkan untuk ukuran musik metal, liriknya seperti lagu ballad. Saya suka melihat aksi Herman Li (gitaris) saat solo, jari-jemarinya seperti kerasukan, hehe >:), teknik shredder nya luar biasa. Kalau di Jepang, orang-orang akan mengacu pada X-Japan, beraliran speed metal juga, sayangnya band ini bubar saat Hide (gitaris) meninggal.
Kembali ke cd player, saat single pertama habis. Saya teringat sesuatu dalam tas kecil yang saya bawa, didalamnya ada flashdisk, dan seingat saya beberapa bulan yang lalu saya mendownload sebuah lagu Nu-Metal, band Indonesia. Band yang satu ini sangat unik, vokalisnya: Thufail Al-Gifari, penyanyi nasyid dan rapper yang saya sukai. Pertama kali mendengar Thufail adalah tahun 2008 saat menjadi bintang tamu di kampus saya, sewaktu menjadi panitia seminar umat HTI. Thufail selalu menyanyikan lagu-lagu tentang penderitaan Palestina yang tak pernah tersorot publik. Sekarang dia tetap menyanyikan lagu nasyid, tapi juga membentuk sebuah band dengan aliran Death Metal, Islamic Death Metal tepatnya. Band itu bernama The Roots of Madinah, mereka sudah mengeluarkan satu EP album berjudul Konfrontasi Teror. Single yang saya putar adalah: Dari Jakarta Hingga Jalur Gaza, lagu ini dibuat dengan matang, dapat didengar dari riff gitar yang padat, distorsi sangat menggigit serta gebukan drum yang dinamis dan agak sedikit Rock 'n Roll. Gak nyangka, thufail bisa nge-Growl dan nge-Scream juga kaya Slipknot. Band Islamic Grindcore Indonseia yang gak kalah keren dan juga dedengkotnya band keras Indonesia adalah Tengkorak.
Wah, karena flashdisk saya sudah terlanjur memutar beberapa lagu di cd player tersebut, lagu selanjutnya adalah Downfall (The Battle of Uhud) atau bahasa Indonesianya Kekalahan (Perang Uhud). Lagu ini dibawakan oleh band yang sangat menginspirasi saya, Purgatory. Pertama sekali mengenal band ini adalah dari seorang teman, Rudi. Dulu, dia melihat saya sedang mendengarkan mp3 player lagu-lagu Slipknot yang penuh dengan kata maki-makian dan kotor yang tak layak didengar, lalu dia menyodorkan mp3 playernya dan menyuruh saya mendengarkan koleksinya, setelah didengar, saya sangat menyukainya dan langsung bertanya band apa ini, keren tarikan growlnya, distorsinya juga pedes. Lalu dia memberitahukan tentang Purgatory, dan saya pun sekarang sudah punya semua album Purgatory, hehe. Lagu Downfall (The Battle of Uhud) sendiri bercerita tentang pasukan Nabi Muhammad SAW yang kalah pada perang Uhud, Padahal saat itu Nabi sudah menasehati, dan memberitahu strategi perang, tapi mereka tak melaksanakannya. Akhirnya kekalahan yang pahit itu sungguh sangat membuat mereka menyesal.
terjemahan syairnya:
“Kami perangi kalian di saat kalian melanggar perjanjian yang sudah ada
Keyakinan kami, demi ALLAH kami tak akan mundur
Celaka, sirkulasi kekerasanmu tak pernah berhenti
Malapetaka, kalian menciptakan (sendiri) masa jahiliyah
Kalian merasa kalian telah menjadi penentu takdir sendiri
kalian percaya kalau kejayaan (di dunia) adalah keabadian yang pasti
Kesesatan, terjebak dalam kekuasaan, harga diri, status, uang dan kesombongan
Padang Mahsyar, adalah masa yang benar-benar paling pahit dan menyedihkan
Kita semua akan menghadapi persidangan Padang Mahsyar”
(Sementara kami sedang berada di tengah perang melawan jahiliyah)
Godaan membisikkan keserakahan dalam barisan kami
(lalu) yang tersisa dalam akal sehat hanyalah keinginan berperang demi harta
Tak bisakah kau tahan untuk tetap menyadari
bahwa (selama ini) keyakinanlah yang selalu mengalahkan rasa takut kita
Semua (hal) duniawi telah membutakanmu
Kami di sini bukan demi imbalan semurah itu, bukan untuk mengkhianati apa yang selama ini diperjuangkan
Keserakahan dalam berjuang adalah kekalahanmu
Seharusnya kalian taat pada kata-kata Rasulullah (Sholallahi 'Alaihi Wassalaam)
Tak bisakah kau tahan untuk tetap menyadari
bahwa (selama ini) keyakinanlah yang selalu mengalahkan rasa takut kita
Semua (hal) duniawi telah membutakanmu
Kami tak akan goyah demi imbalan semurah itu, tak akan mengkhianati apa yang selama ini diperjuangkan
Kami yakin kita akan dapatkan lebih (dari itu),
serakahmu akan menjadi kekalahan nyata bagi kita semua
Kesulitan yang kita rasakan ini tak akan lama,
tapi serakahmu akan menjadi kekalahan nyata bagi kita semua..
Lagu-lagu Purgatory sangat inspiratif bagi saya, mereka sangat menekankan untuk mengejar kebaikan hidup yang sebenarnya, yaitu kebaikan Akhirat. Dari lirik-lirik mereka juga mengingatkan agar tidak berputus asa pada ampunan Tuhan, walau di waktu yang dulu kita telah melakukan sangat banyak dosa.
Hmm.. mendengarkan musik sudah, review single juga sudah, karena semuanya sudah, jadi sudah dulu yaa..
Banyak hal yang kita lihat setiap harinya, banyak kejadian-kejadian yang menandai waktu tertentu. Biasanya kita akan mengingat suatu waktu dari apa yang terjadi saat itu, dan pastilah kejadian itu memiliki arti buat kita. Salah satu cara untuk tetap mengingat kejadian dan tempat adalah dengan gambar/foto. Apabila kita mengambil gambar saat berada di suatu tempat dan sedang meraskan sesuatu, misalnya persaan senang, lalu melihat kembali hasil foto tersebut di waktu lain, seakan perasaan tersebut dirasakan kembali. Untunglah manusia dianugrahi perasaan, maka dapat memaknai keindahan ciptaan Tuhan disekitar kita.
Seperti saat saya menulis post ini, saya sudah melihat beberapa kali gambar-bambar yang saya masukkan kedalam tulisan ini, dan betul saja, saya merasakan kembali perasaan saat saya mengambil gambar-gambar itu. Yah, tapi karena saya tidak pandai mengungkapkannya dengan kata-kata, saya coba dengan gambar, dan saya rasa itu cukup berhasil :). Gambar-gambar yang saya ambil berlokasi di kampung halaman saya, Rantauprapat, Sumatera Utara. Tidak banyak tempat menarik di kota ini, dan saya juga tidak mengekspose tempat-tempat yang menurut orang adalah tempat yang bagus. Beberapa gambar ini juga masih jauh dari kualitas professional, karena ya itu tadi, bukan bermaksud untuk tujuan tertentu, hanya ketertarikan saya merekam kejadian, tempat, dan persaan saya saat mengambil gambar tersebut. Ketertarikan dalam dunia fotografi, ya, itu lebih tepat bagi saya. Oke, sebaiknya langsung saja yah..
White Wind from Mr. Martin date: 07/07/2010
iso: 180 f: 2,8 tempat hunting saya kali ini adalah daerah Emplasmen, sekitar 4 kilometer dari pusat kota Rantauprapat, dilalui Jalan Lintas Sumatera, tipikal daratannya merupakan dataran rendah dan perbukitan kecil. Menurut saya, tempat ini sangat tenang, perasaan letih saya saat itu rasanya hilang saat beristirahat dipinggir telaga ini. Melihat bunga-bunga teratai putih dan ungu bermekaran, dan hembusan angin pelan, lumayan menyenangkan.
Sunset, let it be.. date: 06/07/2010
iso: 80 f: 3 masih disekitar daerah Emplasmen, foto ini diambil saat matahari mulai terbenam, sebenarnya landscape bagian bawah cukup indah, yaitu sebuah sungai yang memebentuk komposisi diagonal, tapi karena saya fokus pada moment senja, landscape bagian bawah diabaikan. Saat hendak pulang, eh malah ada matahari terbenam dengan gradasi warna yang cukup saya sukai. Jepret..! dan satu foto matahari yang letih pun terekam.
River, bring me to.. date: 06/07/2010 iso: 400
f: 3
Sebelum foto sunset diatas, saya mengambil beberapa gambar. Di Rantauprapat,terdapat beberapa sungai. Ini hanya salah satu anak sungai yang berada di daerah Emplasmen.Wah, ingin melompat langsung ke air jadinya.
yellow date: 05/07/2010
iso: 100 f: 2,8
Kali ini kita berpindah tempat, daerah berikutnya bernama Kampung Becek, dari namanya lucu sih, tapi saya menyukai tempat ini. Daerah ini letaknya agak jauh dari pusat kota, didominasi oleh persawahan. Pasokan beras untuk Rantauprapat dan beberapa daerah sekitar adalah dari tempat ini, tipikal daratan adalah dataran rendah, sebagian padang rumput dan rawa.
bro, look it..! date: 05/07/2010
iso: 800
f: 4
Wah, pertama kali sampai ditempat ini, saya langsung kepikiran Layangan, soalnya angin disini sangat mendukung untuk bermain layangan. Dan memang ada beberapa anak sedang bermain layangan. Tapi karena saya tidak punya layangan, kamera juga boleh, hehe. Anak-anak itu sedang mengusir burung-burung yang berdatangan. Tak apalah, yang penting yang diusir bukan saya.
Sky versus.. date: 05/07/2010
iso: 100
f: 2,6
Dari sebuah pondok, saya beristirahat, melihat sekitar. Hamparan sawah menguning, beberapa petani mulai pulang kerumahnya. Saya juga mesti pulang, kalau tidak, wah.. banyak nyamuk dong..!
Masjid Agung date: 03/07/2010
iso: 80
f: 2,8
Masjid ini merupakan masjid tertua di Rantauprapat, tapi saya tidak tahu kapan tepatnya masjid ini dibangun. Arsitektur bangunannya ciri khas Melayu, dengan kompisisi warna kuning dan hijau. Di masjid ini saya sering bertemu teman-teman lama, kami bercerita di pelataran teras. Sejuk, apalagi banyak buku yang bisa dibaca disini. Letaknya di pusat kota, dan dilintasi Jalan Lintas Sumatera.
Morning glory.. date: 03/07/2010
iso: 100
f: 2,3
Menunggu mentari yang sebentar lagi akan benderang. Sehabis kewajiban subuh di masjid, saya coba olahraga lari (tapi kok jadi ngambil gambar? hehe) . Yah, tapi karena momentya saya suka, tidak ada salahnya merekamnya dalam gambar. Sambil meneyelam, foto-foto, hehe.
Masjid Raya date: 03/07/2010
iso: 200
f: 3
Terletak tidak jauh dari pusat kota, masjid ini adalah masjid terbesar di Rantauprapat. Banyak aktifitas dilakukan disini. Lokasinya cukup megah, ciri khas arsitekturnya tidak mencolok, dan belum terlalu tua untuk ukuran masjid.
Hmm.. itulah tempat ini, dari sisi lain, yang dari kebanyakan orang biasa saja, tetapi bagi saya punya arti tersendiri. Seperti biasa, karena saya sudah terlalau banyak mengetik, jari-jemari jadi capek, sekian dulu. Salam Jepret..!
Salam jepret..! Pada posting sebelumnya saya udah berbagi sedikit tulisan yang menurut pandangan saya dalam melihat seni fotografi. Tapi perlu diingat, itu bukan sebuah pengajaran lho, cuma sebentuk uraian dari satu sisi buat para temen-temen blogger mania (mana berani saya ajarin temen-temen yang jelas lebih jago, hehe). O iya, hampir kelupaan, kenapa judulnya Prepare To Backpacking ya? hehe, simpel sih, kata prepare diapakai ya karena masih persiapan. Pada awal mula nya sih, saya emang udah punya rencana mau bertulalang jalur darat bersama teman masa dulu, Die dan Kaoru (maaf kalo pake nama samaran, permintaan yang bersangkutan sih, hehe), tapi karena jadwal kuliah kami bertiga yang gak pernah nemu waktu liburnya, akhirnya tahun ini kita gak ngumpul lagi deh :(. Yah, tapi sudahlah, mungkin memang begitu jalannya. Kemarin sih sempat kesal juga, tapi untung aja, satu orang penyelamat liburan (Baban) tiba-tiba mengajak: Yud, backpackeran ke Pekan Baru yuk, ntar habis aku ujian. Tanpa ragu dan dengan semangat 45 langsung saya jawab: Oke Ban..! sekalian aja tripnya Rantauprapat - Pekan Baru - Bukittinggi - Padang, hehe >:). Dia agak terkejut sih, tapi seperti biasa, orang yang satu ini selalu setuju. Oke, sekarang karena saya sedang bersemangat, saya perlu latihan agar siap dengan cara hidup petualang nanti, estimasi waktu berangkat paertengahan bulan Juli, antara 15-20.
30 Juni 2010, Rabu, hari itu gak ada kerjaan, paling juga bantuin ibu beresin rumah. Jadi, entah karena apa, pagi hari itu terasa begitu kosong. Langsung buat rencana main kerumah temen, tapi sebelumnya sarapan dulu, sambil nonton TransTV. Saat itu acar jalan-jalan yang berlokasi didaerah Sulawesi Utara (lupa dimana tepatnya) lokasinya padang rumput luas, ada juga rawa yang eksotis, wah, indah sekali. Sambil makan, tiba-tiba berubah pikiran: ah, gak jadi ah mainnya, enaknya bertulang nih. Jadi abis makan, buru-buru ngambil HP dan menelepon orang-orang aneh sebagai berikut:
Rudiansyah (Baban) Desember 30, '88 Rock, Hard Metal, Electric
Mahasiswa Universitas Labuhan Batu jurusan Manajemen
Pola fikirnya selalu berlawan arus, keras kepala, kribo, dan selalu berbeda pendapat dengan saya, biasanya kami selesaikan dengan cara caci maki seperti ibu-ibu dipasar yang berebut baju obralan. Orang yang mengajak bertualang ke Pekan Baru setelah selesai ujian, padahal, saya lihat sekarang saja dia tidak pernah belajar. Daerah jelajahan luas, teruama sekabupaten Labuhan Batu. Jadi, kami mengandalkan dia sebagai Guide untuk petualangan hari ini.
Sugiharto Tri Prasetyo (Item) Mei 29, '89
Pop, Dangdut, Kebangsaan
Mahasiswa Akademi Manajemen Informatika & Komputer Stiekom Sumatera Utara
Menurut saya dan Baban, Item adalah adalah subjek pengganti penderita, jadi kalau saya sedang kesal karena nilai buruk dan harus melampiaskannya dengan seseorang, Item lah orangnya. Begitu juga kalau Baban sedang stress karena pekerjaan yang menumpuk dan dia harus menzolimi seseorang, Item pula lah orangnya. Mengaku sebagai seorang Play Boy yang paling tersohor di Rantauprapat. Tapi biarlah, semoga dia berjaya, hehe.
Menelepon orang-orang aneh dipagi hari dan mengejutkan mereka dengan kata-kata: Bertualang yuk..! kemana aja, gak usah jauh-jauh, yang penting tempatnya tepencil. Akhirnya mereka berdua sampai dirumah saya, lalu meeting pun terjadi,keputusannya: kita pergi ke daerah Tolan, sekitar 2 jam dari Rantauprapat.
Tolan, masih di wilayah Labuhan Batu Selatan, seperti kebanyakan daerah sini adalah perkebunan Karet dan Sawit. Kami bertualang masuk kedalam daerah terpencil sampai ketemu sungai Barumun, dari situ kami naik sampan dan ke daerah seberang. Di perjalanan sempat bertemu beberapa kuda liar (mau dinaikin, tapi dideketin aja lari), lalu berhenti sebentar di kebun jeruk, memetik beberapa dan seperti biasa, foto-foto narsis, hehe. Nah, akhirnya saya capek juga ngetiknya, jadi udah dulu ya.. Salam Jepret..!