Jumat, 06 Agustus 2010

Journal: Naik-Naik ke Puncak Gunung

Jam Gadang
Pekanbaru dan tempat-tempat sekitarnya yang ada dalam list kami sudah terceklis semua. Sungguh menyenangkan, hidup sebagai petualang, yang dulunya saya kira sangat tidak nyaman. Memang, keadaan tepat seperti yang saya bayangkan, awalnya kami akan tersesat, kesulitan mendapatkan penginapan atau tempat tinggal, keuangan menipis, dan merasa lelah. Kami sudah mengalami semua itu, tapi selalu saja ada pertolongan dariNya yang membuat kami makin tertantang menghadapi masalah itu satu persatu. Masalah-masalah tersebut membuat kami penasaran: apa yang terjadi kalau kami lanjutkan perjalanan ke kota lain, pastilah ada lebih banyak masalah disana. Oke, kalau begitu mari kita buat lebih banyak masalah. >:)

Satu kota telah ditandai dalam list perjalanan kami dengan tulisan: Mission Complete..!, list dibawahnya adalah Bukittinggi, kotamadya yang diapit oleh dua gunung yang masih aktif, Gunung Merapi dan Gunung Singgalang, keduanya sering mengeluarkan asap tebal yang kadang membuat kami merasa ngeri, bagaimana tidak, bayangkan kalau kedua gunung tersebut tiba-tiba meletus dan kami sedang duduk santai di taman kota. Bisa-bisa ini adalah backpackeran terakhir dalam hidup kami, hehe. Untung saja imajinasi lebay tersebut langsung hilang begitu melihat panorama kota tua yang dulunya dijadikan pusat pemerintahan dan perdagangan kaum elit Belanda tersebut. Kota ini adalah kota yang paling berkesan dalam perjalanan kami.

Oke, perjalanan kami mulai dari terminal bus Pekanbaru. Pertama kali yang harus dilakukan jika sudah sampai diterminal versi kami adalah:

1. Perhatikan keadaan sekitar.
2. Pastikan barang berharga seperti dompet dan handphone tersimpan aman, yang anda sendiripun sulit mengambilnya, hehe.
3. Berbaurlah dengan orang-orang sekitar, dan gunakan dialek mereka dalam berbicara.
4. Kumpulkan semua informasi tentang transportasi ke kota tujuan, seperti ongkos yang paling murah, berapa lama waktu yang ditempuh, dan dimana nanti kita akan turun jika sudah sampai.


Informasi berhasil kami dapatkan. Kami naik kedalam bus yang pada hari itu penumpangnya cukup sepi. Pemandangan sepanjang jalan Pekanbaru-Bukittinggi sangat indah, kita akan melihat sungai yang berada tepat disamping jalan lintas. Daerah pegunungan dan lembah-lembah yang dibawahnya terdapat telaga-telaga kecil. Jadi tidak akan bosan dan pasti tidak akan tertidur karena sepanjang jalan pemandangannya menawan. Sayangnya, saat itu selama dalam perjalanan saya membersihkan lens dan body dengan Cleaner Kit yang saya bawa, jadi hanya ada beberapa foto dalam perjalanan dalam bus yang diambil, itupun sudah masuk daerah perbatasan Sumatera Barat. Akhirnya kami melihat langsung juga kelok 9 yang terkenal itu, wah, cukup mngerikan, kiri dan kanan jurang, kemampuan pak sopir sangat diandalkan. Lalu, masuklah kita kedaerah kabupaten Payakumbuh, saat itu tiba-tiba saja Rudi meminta kamera dan memotret sesuatu. Rudi memotret pengantin yang sedang diarak yang kebetulan lewat disamping kami. Satu jam kemudian sampailah di Bukittinggi. Perjalanan ke Bukittingi memakan waktu 6 jam.

Bukittinggi, arsitektur gaya barat sangat dominan dalam tata kota ini. Mulai dari kantor pemerintahan yang masih memakai gedung peninggalan Belanda, rumah-rumah, avenue, taman, dan sebagainya. Wah, rasanya ingin berlama-lama apabila sampai dipusat kota dan ingin berjalan kaki mengelilinginya. Lalu lintas tertib dan masyrakatnya yang ramah dengan dialek Minangnya yang kental. Satu masalah saya terhadap kota ini adalah suhunya, disini dingin sekali, mungkin karena berada di dataran tinggi. Pernah satu pagi saat saya dan Rudi mencuci baju, sewaktu dijemurkan, pakaian kami mengeluarkan asap, dengan heran kami melihatnya, wah.. wah.. begini rupanya kalau suhu dingin ya. Karena dingin, sore itu kami memtuskan untuk ngopi di dekat taman disamping Jam Gadang. Jam Gadang dulunya juga mempunyai tiga bentuk yang berbeda, bentuk dijaman kolonialisme Belanda, penjajahan Jepang, dan jaman Kemerdekaan. Berjalan-jalan dikota sangat mengasikkan, melihat kebiasaan-kebiasaan orang dan mencoba makanannya. Makanan khas Bukittinggi yang kami coba adalah Nasi Kapau di Pasar Atas. Pasar Atas (Pasa Ateh, dialek minang) menjual berbagai macam souvenir dan kuliner khas Bukittinggi dengan harga yang terjangkau.

Hari kedua di Bukittinggi, kami berkeliling lagi. Sampailah kami di Panorama dan Lobang Jepang. Panorama adalah lembah yang terbentuk oleh proses alam, letaknya tidak jauh dari pusat kota. Lobang Jepang dulunya adalah markas yang digunakan Tentara Jepang sewaktu menjajah Indonesia. Kami mengumpulkan nyali dan mencoba masuk kedalamnya, saat hendak masuk, ada beberapa orang di mulut goa yang bekerja sebagai Guide menawarkan jasa. Yah, karena dari awal kami berprinsip: dimana ada nyali, disitu ada jalan, dengan sok jago kami menolak tawaran Guide tersebut. Mereka sempat mengingatkan hati-hati kalau sudah masuk, tandai hal-hal tempat kalian berbelok, jangan mudah panik didalam, abaikan suara-suara jika terdengar mencurigakan. Beberapa waktu yang lalu, memang ada orang yang masuk ke lobang ini, dan anehnya sampai sekarang dia belum pernah keluar dari sana. Dahaulu, seluruh kota Bukittinggi dibawahnya adalah lorong, tapi kebijakan pemerintah setempat sudah banyak yang ditutup untuk alasan keamanan. Jadi, lorong-lorong bawah tanah itu seperti labirin yang menghubungkan setiap tempat. Suhu dibawah lembab, gelap, dan agak mengerikan, karena terdapat ruang penjara Romusha, persenjataan, dan sebagainya.
Ngarai Sianok
Ngarai Sianok dari ujung Lobang Jepang
Hari ketiga, karena kami adalah penggemar peninggalan-peninggalan bersejarah, maka kami mendatangi Benteng Fort de Kock. Letaknya di bukit tengah kota, sangat strategis untuk sebuah benteng, dimana disekeliling bukit dipasangi oleh meriam-meriam yang besar. Saat itu kami sempat berhipotesis: terlihat sekali perbedaan strategi militer poros barat dan poros timur, lihat saja tempat pertahanan keduanya, Jepang memanfaatkan lorong-lorong bawah tanah yang sulit ditembus, sedangkan Belanda memanfaatkan dataran tinggi yang dipasangi meriam disekililingnya yang juga sulit ditembus. Letak benteng Fort de Kock dihubungkan dengan jembatan layang (jembatan Limpapeh) ke kebun binatang Bukittinggi. Keduanya sama-sama menakjubkan. Objek-objek wisata dikota ini sangat diperhatikan oleh pemerintah setempat. Tidak heran, kotanya begitu asri, tempat sampah dietiap sudut dan masih banyak burung merpati dijalanan.

wah, Bukittinggi begitu mengasikkan, seperti yang saya katakan sebelumya, kota ini adalah kota yang paling berkesan selama perjalaan kami. Selanjutnya, kami penasaran dengan sejarah suku Minangkabau yang konon berasal dari kerajaan Majapahit. Itulah yang akhirnya membuat kami sampai di Batusangkar. Next Post..! hehe, salam jepret..!

15 komentar:

  1. pertamax..!

    di blog sendiri, hehe..!

    BalasHapus
  2. Postingan yang menarik dan koleksi foto yang cantik. Selamat sore selamat beristirahat.

    BalasHapus
  3. eh
    ajak2 bro kalau jalan2
    pengen ikut
    hahahah

    BalasHapus
  4. Wah, jalan-jalannya seru ya? Nice posting.

    BalasHapus
  5. dijawab atu-atu, hue-hue..

    mas chugy: tengkyu atu mas..

    mas rezky: boleh juga brooo, hahah..

    mas slusman: seru dooonk..!

    mas بوويل: tengkyu mas..

    mas haranreymond: salam kenal juga :)

    BalasHapus
  6. hanya satu kata mas... keren... kereeennn... kereeeeennnnnnn....

    BalasHapus
  7. mas albert: wah.. wah.. mas, tengkyu yaaa..

    BalasHapus
  8. Sukse buat backpapernya bro :)
    Mission Complete di bukit tinggi inspiratif dan sruuu bnget.
    Salam sobat, Met Berpuasa Ramadhan maaf lahir bathin :)

    BalasHapus
  9. tengkyu ya mas gaelby,
    selamat menunaikan ibadah puasa,
    mohon maaf lahir bathin..

    BalasHapus
  10. ditunggu ajakannya bro
    eh gak ikut ACI bro??

    BalasHapus
  11. ridwan: ywd, ayok lah.. (ngajak sekarang)

    BalasHapus