Senin, 13 Desember 2010

Behind The Systematic Chaos

Candid pt. I
Hmm, langsung saja, beberapa waktu yang lalu saya mengadakan perjalanan dengan teman kribo saya, Baban. Tidak seperti perjalanan-perjalanan yang pernah saya lakukan sebelumnya, perjalanan saat itu benar-benar membekas dihati kami (bekasnya sampai berkarat). Sebuah aksi backpacking yang mengatasnamakan nyali dimulai oleh dua orang yang sebelumnya tak pernah tertarik dengan dunia luar, budget yang mustahil, dan pengalaman yang minim. Jika sebelumnya kami sudah bercerita tentang perjalan kami yang saya tulis dalam jurnal setiap menyinggahi tempat-tempat itu, maka sekarang adalah cerita lain dibalik layar kisah utama, tentang masalah-masalah yang saat itu benar-benar membuat kami pusing.

Siang itu, danau Singkarak, ba'da Dzuhur.. 
Mengitari daerah hutan yang indah di dekat danau, membawa kami sampai ke daerah aliran danau yang menjadi sungai. Saat itu saya sedang mengambil gambar dari berbagai sisi danau, karena sebelumnya kami bertemu dengan beberapa orang di desa dan berkata agar kami tidak usah pergi ke tempat yang ditunjuknya yang bernama Lubuk Larangan, tapi tetap saja, penasaran mengalahkan perintah itu. Lubuk Larangan adalah daerah aliran sungai yang sudah disepakati bersama sebagai daerah yang keramat dan tidak bloeh ada aktifitas mengambil ikan disana. Sampai di tempat itu, saya mulai beraksi, mengganti lens wide dengan standar agar objek-objek detil terlihat. Lalu pada sebuah puing bangunan yang sengaja dihancurkan saya melihat beberapa orang sedang asik memancing. Langsung saja, gambar-gambar orang jahil itu berhasil saya ambil. Masalah pertama muncul, ternyata kedatangan kami langsung ketahuan oleh mereka, dengan dialek daerah yang kental mereka meneriaki kami, kaget dan pucat, kami hanya terdiam. Mereka mendatangi kami dan mulai marah-marah, beberapa kata yang jelas saya dengar cuma: foto-foto! awas! selainnya saya kurang faham. Lalu dimulailah negosiasi yang alot, kesepakatan akhirnya ketemu. Didepan mereka saya hapus satu-persatu foto itu, tapi entah bagaimana, sampai di warnet saat melihat isi memory card ada beberapa yang tersisa foto itu. Huuuh, dasar orang-orang tidak tahu aturan, sudah dibuat kesepakatan, masih saja memancing ditempat itu, ketahuan malah marah-marah. Foto diatas adalah saat merak melakukan aksinya.

Dimana sih jatuhnya..?
Cerita yang agak memalukan, saat itu filter lens yang saya pinjam dari Die tak dapat saya temukan. Seluruh saku tas perlengkapan, celana, baju, sudah diperiksa. Ternyata filter saya kalungkan di leher :(. Saat benar-benar pusing dan mencari-cari dimana jatuhnya filter tersebut, Baban mengambil foto saya.
Depresi
Lho, bukan preman ya..?
Pekanbaru, sore hari dalam perjalanan menuju perpustakaan daerah. Seperti biasa, tersesat, letih dan yang pasti kebingungan. Baban memtuskan untuk bertanya pada seorang perempuan dimana lokasi perpustakaan tersebut. Saat datang menghampiri perempuan yang sedang menunggu bus trans itu, dia melihat Baban dan langsung memasang wajah panik, beranjak dari duduknya dan bersiap pergi, tapi Baban sudah terlanjur bertanya: Arah perpustakaan kemana ya Uni? Indak tau Da! lalu pergi setengah berlari dengan wajah ketakutan. Baban bertanya pada saya: apa salahku Yud?
Penghuni Terminal
Entah kapan kami dapat bertualang bersama lagi. Kemarin, Mr. Kribo mengajukan tantangannya lagi: Yud, 2011 bulan Desember ada Sea Games di Palembang, masih punya nyali gak? Saya terdiam, dan jujur saja tantangan itu belum berani saya jawab, hehe.
Jalan Kaki
Beberapa moment yang saya abadikan sudah lama ingin saya perlihatkan. Kebanyakan tidak disengaja, bahkan foto Baban dibawah ini saya ambil secara candid. Saat itu di Batusangkar kami sedang dilanda kelaparan, hehe. Mau beli makanan tidak ada uang, kalau ongkos bis dibelikan makanan ya gak pulang. Mungkin saat itu adalah saat-saat paling stress sampai dia melamun seperti itu, lalu, jepret..!
Candid pt. II
Hmm.. begitulah beberapa potongan cerita dibalik perjalan kami. Ya, dibalik semua hal menakjubkan yang sudah kami jalani, kami juga sudah pernah merasakan tidur di pinggiran toko, diusir saat tidur di ruang tunggu terminal, bermalam di mesjid-mesjid, penginapan murah dan beberapa kali di tempat famili. Bekerja membantu petani mengangkat hasil panen untuk dijemur demi ongkos, makan nasi bungkus dibagi dua, belajar bahasa daerah dan lain sebagainya. Dulu, kami pikir kami tak bisa, ternyata kami bisa.
Forbidden
Salam Jepret..!

8 komentar:

  1. aq minat loh ke jeprat jepret,,,
    bagus banget picnya yud, salam kenal.

    BalasHapus
  2. hidup backpaker!!!
    keren yuud, anak cowok emang musti punya nyali, dan itu yang saya iri-kan dari mereka. bisa kemana aja tanpa perbekalan apa2. hehe, salam kenal buat babanmu. persahabatan kalian ROCK abees!

    dan beranikah kalian berpetualang ke Makassar? yeaaah :D

    BalasHapus
  3. wahhh enak yach jadi anak co...bisa bertualang kemana2...bisa tidur dimana-mana....asyyiknya....

    BalasHapus
  4. flo: wew.. brarti kita bisa sharing soal jeprat-jepret dunk..

    salam kenal..!

    BalasHapus
  5. cyaam: lho, gak ada bedanya cowok atau cewek donk mbak, sama aja, Tuhan menciptakan kita semua secara adil, tidak ada yang lebih kuat atau lebih lemah, semuanya sama..

    hmm, bahkan dari beberapa (perempuan) yang saya kenal jauh lebih hebat, kreatif dan kuat dari saya lho..

    Makassar..? (menggeletar mendengarnya) j..j..ja..jauh ya? hehe..

    BalasHapus
  6. nia: iih, nia sama aja sama mbak cyaam ni..
    ayo smangat..!

    BalasHapus
  7. dari aku sih yud mau kemana saja bisalah, cuman kita kan gak hidup sendiri hidup dalam keluarga yah harus menjalani aturan keluarga...

    anak cewek jangan terlalu banyak berkelana, jalani kehidupan yang pasti... hahaha kaku banget dah keluargaku yud.

    BalasHapus
  8. wah,
    kalau alasannya sudah keluarga,
    gak ada kompromi deh..

    BalasHapus