Senin, 16 Mei 2011

Teroris di Antara Buah Apel

"Aku berteriak kepada tentara-tentara Israel itu
apakah mereka bangga atas perbuatan mereka, apakah ini namanya
perdamaian, apakah ini Israel yang mereka cita-citakan.
Seorang tentara meludah ke arahku, jadi aku langsung mendekatinya
dan mempersilakannya meludahiku. Dia menolak tawaranku.

Sebuah tank datang menderu ke hadapanku,
moncong raksasanya mengarah kepadaku.
Aku mengangkat kedua tanganku di udara, berdoa,
dan berteriak, 'Tembak, tembak! Baruch hashem Adonai!
(Terpujilah nama Tuhan!)' Tank itu berhenti beberapa inci di hadapanku.

Aku lantas berlutut di jalanan, berdoa dengan tangan terangkat di udara.
Aku merasa sendiri, lemah, tak berdaya.
Aku hanya bisa menjerit kepada Tuhan."

-Arthur G. Gish, dalam Hebron Journal

Hebron Journal merekam pengalaman seorang sukarelawan penjaga perdamaian di Palestina. Pada 1995 hingga 2001, Arthur Gish seorang Kristiani yang berkomitmen hidup bersama keluarga-keluarga Muslim dan melakukan aksi-aksi anti kekerasan menentang kekejaman Zionis Israel.

Pertama kali membaca buku ini adalah saran dari seorang teman di pengajian anak-anak Rantauprapat, Wulan. Saat itu tema pembahasan adalah toleransi beragama yang dicontohkan nabi Muhammad SAW semasa hidupnya, banyak dalil yang saya tidak mengerti. Akhirnya, setelah pengajian selesai dan kami semua pulang ke rumah masing-masing, saya langsung menghubungi dia, saya menanyakan tentang permasalahan yang tidak saya mengerti itu, tapi dia menjawab: kenapa tidak ditanyakan tadi, kan bisa diskusi, lalu saya jawab, saya segan karena waktunya sudah malam, takut akan terjadi perdebatan yang panjang. Akhirnya dengan sedikit memaksa dia mau memberi penjelasan sebanyak yang diketahuinya. Pada akhir pembicaraan, dia menyarankan saya membaca buku yang berjudul Hebron Journal, saya berkata saya tak mempunyai buku itu, dan ingin meminjam kepadanya, sayangnya dia juga tak memiliki buku itu, dia pernah membaca buku itu dari seorang temannya.

Hal itu membuat saya penasaran, lalu timbul niat ingin membeli buku, tapi yah, anda semua tahu lah saya kan anak kos dengan duit pas-pasan, hehe. Iseng, saya membuka lemari kakak saya, berharap kalau buku itu ada diantaranya. Kaget, ternyata buku itu terpampang rapi di dalam lemari kecil itu, saya hanya heran, bagaimana ini bisa sangat kebetulan, atau saya memang terlalu malas membaca sampai-sampai saya tak mengetahui apa saja koleksi bukunya. Saya memang tidak hobi membaca, dan jarang melihat koleksi buku-buku kakak saya yang menurut saya membosankan semuanya terlebih kemarin saya sudah mengirimkan koleksi-koleksinya ini ke Padang dalam dua kotak besar, dan dikarenakan biaya pengiriman yang cukup mahal, saya hanya sanggup mengirimkan itu. Kata kakak, sisanya biarkan saja, dan dia selalu mengingatkan kalau waktu luang membaca itu asik. Yah, mungkin menurut dia.

Kembali ke buku Hebron Journal, saya benar-benar takjub dengan perjuangan Art Gish dalam membela rakyat Palestina, dalam tulisan pembukanya yang berjudul Teroris di Antara Buah Apel, yang menceritakan tentara Israel yang secara tiba-tiba menyerang pasar tempat menjual kebutuhan sehari-hari rakyat Palestina yang tersisa. Mereka menghancurkan dengan membabi buta, sampai tak ada satupun bahan yang dijual itu dapat dikonsumsi, bangunan-bangunan di bombardir, mereka beralasan teroris Palestina bersembunyi di pasar ini, sampai akhirnya operasi pengahancuran itu berakhir, mereka pulang dengan tangan kosong. Itulah pemandangan sehari-hari di titik-titik kota Palestina yang semakin hari semakin mengecil wilayahnya. Art Gish sering mendapat perlakuan kasar dari tentara dan pihak Israel karena usahanya menyuarakan perdamaian, menyuarakan ketidak adilan yang terjadi di Palestina, yang sebetulnya sedang ditutup-tutupi oleh barat di mata dunia. Padahal, Gish adalah seorang Nasrani, yang notabene adalah agama yang memiliki hubungan baik dengan Israel, terlepas dari itu, Gish bergerak berdasarkan nuraninya, bukan alasan agama yang dipakai untuk kepentingan tertentu. Nyawanya sering terancam karena perbuatannya yang dianggap berbahya oleh pihak barat dan Israel.

Setelah membaca buku ini, hati saya semakin miris: saya seorang yang mengaku Muslim, hanya berdiam saja saat saudara-saudara seakidah di Plestina sedang diperkosa oleh tentara-tentara itu dengan keji, membunuh anak-anak, wanita, orang tua dan semua orang lainnya dengan alasan yang dibuat-buat. Menghancurkan sekolah-sekolah, rumah sakit, mesjid dan bangunan yang tidak mengerti apa-apa untuk kepentingan negara palsunya. Dari ini, saya juga belajar, bahwa kebaikan dapat menjadi teladan, bukan orangnya tapi sikapnya, apa yang dilakukannya bukan apa agamanya, juga pelajaran tentang keragu-raguan kita yang sering menjadi alasan dalam bertindak melakukan yang benar.

30 komentar:

  1. iya broo. buku gitu bagus sebagai pecutan kita bisa membela sahabat disana. kita berjuang di cakupan kita sekarang dulu aja. jadi bisa dengan cara kita sendiri dulu. mungkin dengan cara kasi donation buat palestine. ato perjuangan agama mulai keluarga sendiri dulu

    BalasHapus
  2. Salut,gue juga miris ama kelakukan israel ini.Udah ngambil orang,gak tahu sopan santun lagi.Ya,saya hanya bisa nitip doa buat saudara kita dipalestina.

    BalasHapus
  3. meski saya belum baca buku,
    tapi saya bisa membayangkan bagaimana keadaan disana,,
    perang2
    tidak akan berakhir jika tidak ada yang tertindas dan kalah,,,
    ingin membantu tapi hati tak sampai tuk dapat membantu,,
    bantu doa saja yang menyertai,,,,

    BalasHapus
  4. Setuju sekali bahwa kebaikan dapat menjadi teladan, bukan orangnya tapi sikapnya, apa yang dilakukannya bukan apa agamanya. Semoga mereka yang telah berbuat kebaikan, diberikan hidayah hingga kebaikan mereka tak sia-sia di akhirat kelak. Amin.

    BalasHapus
  5. assalamualaikum sahabat-sahabat setia saya :)
    maaf ya, agak telat balasnya, tadi ada panggilan futsal mendadak, hehe..

    >mas john: ironi memang mas, (sedikit heran, kok expresinya malah senyum?)

    >mas bayu: iya mas, yang seperti itu rasanya memang harus, tanpa lupa menjauhi sifat riya agar sedekah kita hanya Allah dan kita saja yang tahu..

    >mas i-one: kasihan mereka memang, itu sama saja seperti orang asing yang datang ke rumah kita, lalu menyiksa kita, mengambil harta benda kita hanya karena dia memiliki senjata, satu hal, kedamaian tak bisa ditegakkan dengan senjata..!

    >mas rezky: selalu ada cara mas, sekarang ini, sudah banyak dari saudara kira yang rela menyumbangkan waktu, tenaga dan hartanya untuk keperluan bantuan Palestina, Mer-C misalnya, di kota saya ada kok..

    >mas abi: iya mas, sayang sekali, baiknya perbuatan mereka tidak didasari oleh tauhid yang fitrah, semoga kita juga orang-orang seperti mereka senantiasa diberi limpahan hidayah dari Allah yang maha membolak-balikkan hati..

    BalasHapus
  6. Soal Palestina, kota suci yang tadinya jadi kiblat sholat orang muslim sebelum akhirnya berpindah ke Ka'bah Mekah, memang sudah tertulis di Al Qur'an. Orang yang tinggal di Palestina yang muslim adalah orang dengan keimanan kuat siap mati demi masjidil Aqsa. Merekalah jadi contoh tentang keimanan, sekarang ini di Indonesia lebih bangga bisa masuk kaum sosialita, uang banyak, baju bagus, pesta.

    BalasHapus
  7. assalamu'alaikum Kang,
    mungkin saya juga termasuk yang sampean gelisahkan yaitu hanya bisa melihat dan mendenngar penderitaan kaum muslim Palestina. Sudah nyata penjajahan, penjarahan, penangkapan dan segala bentuk kekejian lainnya.
    Saya sering berpikir seandainya aku bisa ke sana mengibarkan bendera Islam diantara teriakan Allohu Akbar

    BalasHapus
  8. yahh.. Pelajaran dapat kita ambil dari bumi allah ini. Karena allah menciptakan sesuatu pasti ada manfaat untuk kita, mungkin hanya sedikit.

    BalasHapus
  9. sungguh ironi dunia ini kenapa tidak ada yang berani dengan israel yang jelas-jelas melanggar HAM akan tetapi berbeda dengan negara timur tengah lainnya NATO, AMERICA DAN SEKUTUNYA langsung ambil tindakan

    BalasHapus
  10. >mbak ami: betul mbak, ironis, mnegaku saudara tapi kita hanya bermewah-mewah dengan kehidupan kita, saya juga jadi instropeksi: saya sering pergi bertualang yang ternyata tidak ada gunanya, hanya menghasilkan kesenangan semu, dan hal itu tak pernah dicontohkan Muhammad dan para sahabatnya dulu..

    >mas pakies: walaikumsalam mas, saya juga ingin tidak berkata seandainya lagi mas, tapi memikirkan hal kecil apa yang dapat dimulai saat ini juga, Allahuakbar..!

    >mas ardian: semua hal yang ada di bumi dan di langit mempunyai manfaat walau hanya molekul yang sangat kecil mas, dan semuanya sudah di manage dengan sistem super sempurna milikNya..

    >mas warsito: hmm, saya punya pandangan berbeda mas, tindakan yang mas maksudkan itu memang cepat dilakukan tapi selalu saja disertai kepentingan lain yang dibuat seolah-olah menolong rakyat palestina sendiri, padahal itu adalah kebijakan palsu yang jelas2 merugikan palestina, faktanya wilayah palestina sekarang tak lebih dari 10% dari luas semula, itu yang disebut tindakan? bagi saya itu lebih tepat dikatakan suksesi dan dukungan terhadap zionis, jujur saya tak mempercayai liga arab atau negara arab sekitarnya..

    BalasHapus
  11. lucu liat orang2 yang merayakan kemerdekaan israel, sebenarnya mereka manusia pa buka?.

    BalasHapus
  12. dengan membaca buku saja kadang juga bisa tersadar yah, bahwa ternyata banyak saudara-saudara kita yang membutuhkan di Palestina sana.. mungkin cuman doa yang bisa kita panjatkan untuk mereka, dan mungkin juga kotribusi yang bisa kita lakukan adalah seputar menyokong materi dan support seperti memberitakan hal seperti ini..


    bukunya bagus, walaupun minjem dari kakak ya? ^_^

    BalasHapus
  13. terima kasih aja mungkin gak cukup buat bang yudi.

    makasih banyak udah membuka pikiran banyak blogger...
    two thumbs for you!

    :)

    BalasHapus
  14. palestina adalah yang jauh namun seharusnya dekat dengan kita. . .

    kita mesti malu apabila melihat bangsa diluar sana yang rela berjuang demi negaranya, , ,sementara kita umat muslim melihat saudara kita sendiri diberangus. . hati kita tidak tergerak sedikitpun. .

    kita berganseng tangan untuk melindungi saudara kita yang jauh itu. . .

    BalasHapus
  15. Selama Umat Muslim tidak bersatu..sampe kapan pun palestina akan selalu di jajah........selama Umat Muslim masih Mengisi perut mereka dari hasil Israel yg notbane di pake buat membantai umat muslim palestina, tak akan ada yg nama nya kemerdekaan buat palestina

    BalasHapus
  16. rapatkan barisan, jalin ukhuwwah demi menolong saudara2 kita... :D

    BalasHapus
  17. >mas ude: memprihatinkan mas, mereka menjujunjung negeri para penjajah, semoga Allah membukakan mata hati kita dan mereka..

    >mas gaphe: hehe, iya mas, kalo saya mah ndak hobi beli2 buku.. :p

    >dek aul: yang saya lakukan sama sekali gak ada apa2nya dek dibanding para mujahidin yang berkorban dengan fisik dan hartanya..

    >mas eko: sebaiknya memang kita mulai dari diri kita masing-masing mas..

    >mas eel: innalillah, sungguh ironis sekali mas, kita bahkan menggunakan produk mereka untuk membunuh saudara kita disana..

    >mas fajar: iya mas, semoga ummat dapat bersatu..

    BalasHapus
  18. setidaknya karena kita tidak punya daya untuk membela mereka, tapi kita turut berdoa semoga mereka diberi kekuatan

    BalasHapus
  19. Aku sering baca buku,, tapi kagak buku2 berat kayak bgt,, dikasih hadiah aja biasanya jarang2 banget dibaca >.<

    *ah mudah2an ada tergerak hati membaca buku begituan*

    BalasHapus
  20. Dan dunia membutuhkan orang2 semacam Arthur Gish yang rela menanggung beda demi kasih dalam perdamaian...saya pun tentu harus membaca buku itu :)
    Ulasan yg menarik Sob. Selamat pagi

    BalasHapus
  21. >mas joe: semoga doa kita tersampaikan, dan kebenaran dapat ditegakkan..

    >mbak nie: iya, saya malah gak hobi membaca mbak, cuma waktu membaca 1-2 halaman pertama saya jadi makin penasaran..

    >mas insan: betul mas, disamping berharap munculnya orang2 seperti dia, mungkin kita juga bisa meniru apa yang dilakukannya..

    BalasHapus
  22. ada award nih, bang yudi!
    selamat yaa :)

    BalasHapus
  23. hmm.. jadi sadar, selama ini aku belum berbuat apa2 buat saudara2 di sana, mungkin kita harus mulai dari yg kecil, seperti kata mas wahyu hidayat...

    BalasHapus
  24. Bang yudi Aul mau nanya nih, (penasaran)maksud kalimat ini:

    "tapi ingat dek, ini bukan sebuah akhir, ini bahkan sebuah awal untuk sesuatu yang lebih menakjubkan (diluar kepala Aul, *emang pancasaila?).. :p"

    bingung plus pengen tahu tentang "menakjubkan" itu.

    hehe.
    ditunggu :)

    BalasHapus
  25. keragu-raguan kita yang sering menjadi alasan dalam bertindak melakukan yang benar << pernah saya lakukan...malah saya dibilang jahat...tapi saya gak nyesel...akan saya lakukan lagi...tapi lebih hati2...karena banyak orang gila disekitar kita yang jadi pemenang... :) *cuhat heheee

    BalasHapus
  26. wahh bukunya bagus sekali.....beruntung yach ternyata kakak punya koleksi buku ini...jadi uang jajannya tetap utuh dong ehhehe....

    BalasHapus
  27. >dek aul: wah, makasih awardnya ya dek, nih lagi dalam proses pemajangan, udah abg jawab tuh, hehe..

    >mas affie: iya, dan lebih keren kalau kita mulai dari sekarang.. :)

    >mas nufri: yah, mungkin itulah perbedaan kita..

    >mbak Nia: iya mbak, beruntung banget, jadinya saya sekarang mulai ngisi waktu kosong dengan baca.. :)

    BalasHapus
  28. terkadang memang membaca sesuatu membuat kita tersadar dengan apa yang kita lakukan selama ini, seperti yang kamu tulis di blog ini,. sebelumnya aku juga smpet berpikir seperti ini, tapi apa daya, saat ini tidak ada yang bs aku lakukan selain berdoa.. berdoa yang terbaik untuk Palestina. =')

    BalasHapus
  29. >mbak mahasiswi: subhanallah, betul mbak, doa adalah hal pertama yang bisa saya lakukan untuk mereka..

    BalasHapus