Suatu pagi yang cukup cerah di hari Jumat. Setelah selesai persiapan, Kyo memanaskan sepeda motornya, bersiap untuk pergi ke kantornya yang berjarak cukup jauh. Saat itu, sudah agak telat, tidak seperti biasanya dia pergi sekitar jam 7.30 karena malam harinya dia ikut bersama teman-temannya nongkrong sambil main kartu seru-seruan sampai tengah malam hingga setelah shalat subuh pun dia kembali tertidur. Akibatnya, telat di pagi hari dan harus memacu sepeda motornya lebih cepat dari biasanya.
Tak sempat sarapan, bahkan untuk pamit mencium tangan ibunya dia lupa. Perjalanan dimulai dengan tergesa-gesa. Suasana jalanan yang ramai di pagi hari oleh orang-orang yang pergi bekerja dan anak-anak sekolah tak menjadi masalah baginya walaupun sempat hampir terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Hingga setelah 10km perjalanan, Kyo tiba-tiba harus memelankan laju motornya karena di tengah jalan terlihat kerumunan orang-orang. Sepertinya terjadi kecelakaan barusan. Tepat sekali, sekitar setengah jam yang lalu sebuah truk tanki pengangkut CPO (bahan baku minyak sawit) telah melindas dan menewaskan dua orang pengedara sepeda motor yang berboncengan. Timbul rasa penasaran dalam diri Kyo: jangan-jangan dia mengenal orang-orang yang bernasib malang tersebut. Dia berhenti, lalu menghampiri kerumunan itu dan berusaha melihat kedalam tempat kejadian, tiba-tiba, glek..!
Sangat terkejut, sangat, sangat, sangat terkejut. Kyo menyaksikan pemandangan yang sangat mengerikan. Tiba-tiba raut wajahnya berubah pucat, aliran darahnya seakan tak menentu. Di tempat itu, tergeletak dua orang laki-laki yang tewas mengenaskan: bagian perutnya hancur, terkoyak lebar, terlihat darah (mungkin juga beberapa organ) berserak memanjang kearah ban truk di sebelahnya. Ada sedikit perasaan lega dalam hati Kyo, setidaknya dia tidak mengenal mayat dua orang itu. Tetapi tak lama kemudian, serasa badan Kyo lemas tak bertenaga, konsentrasinya buyar dan pandangannya mulai gelap. Sadar akan kondisi itu, Kyo segera beranjak dari tempatnya berdiri lalu pergi kembali ke arah motornya. Dia lupa bahwa dia sudah telat masuk kantor, dia bahkan belum memikirkan alasan mengapa dia telat. Rasa lemas tadi tak juga hilang, perutnya bahkan sekarang mulai mual, ingin muntah. Semakin menyadari kondisinya dia mencari tempat untuk menenangkan dirinya dan melihat sebuah warung kecil. Dia menghampiri warung itu dan memesan segelas teh panas, ibu penjaga warung itu menawarkan sarapan, walaupun saat itu dia memang belum sarapan, bahkan dia tak bisa berfikir untuk sarapan hingga ia menolak tawaran ibu tadi. Perutnya masih sangat mual, mungkin dia tidak akan berselera makan untuk beberapa hari apalagi sarapan di pagi ini.
Hampir 30 menit berlalu, Kyo mulai merasa baikan. Dia tidak berfikir lagi omelan atasannya mengapa dia telat masuk hari ini walaupun pada awalnya dia berencana merancang suatu kebohongan. Hingga sampai di kantor dia memang tidak punya ide untuk mengarang alasan, dan dia menceritakan alasannya itu tanpa ditambahi atau dikurangi. Hasilnya Kyo bukannya mendapat omelan, dia bahkan mendapatkan tertawaan dari atasannya dan berkomentar: makanya, kalau gak sanggup jangan dilihat. Melihat kondisi Kyo, dia sedikit maklum dan membiarkan Kyo istirahat sebentar di pantry walaupun akhir minggu ini ada banyak dokumen tbo yang harus di forward ke unit lain.
Sampai saat ini pun Kyo masih terbayang bagaimana tragisnya pemandangan saat itu. Sangat banyak pelajaran di Jumat pagi yang sangat mengejutkan itu, semoga saja tak terulang lagi, harapnya.