Kemarin itu saya ketimpa sial lagi, padahal udah lama banget jaraknya dari "kesialan" yang seperti ini dulu. Kejadian dimulai sekitar jam 10 pagi, saat itu saya yang baru saja menyelesaikan beberapa kelengkapan survey dan list-list OTS di kantor ingin membeli koran yang letaknya tidak terlalu jauh dari kantor. Ya, akhir-akhir ini saya mulai sering membaca koran, karena di kantor gak ada tv dan saya punya waktu untuk membacanya. Saya menggunakan sepeda motor dan tidak menggunakan helm, karena jaraknya yang tidak terlalu jauh menurut saya. Setelah mulai bergerak sekitar 100 meter, tiba-tiba di depan saya ada seorang p*lisi yang sedang menyeberang. Awalnya dia tidak melihat kearah saya, tapi karena dia menyeberang di depan saya, saya refleks mengklakson, dan yah, ketahuan juga deh.
Siaaal..! akhirnya dia nyuruh saya minggir dari jalan dan seperti biasa: Selamat siang Pak, bisa tunjukkan kelengkapan surat-suratnya?. Huuuh, males banget liat ni oraaang (dalam hati saya). Iya pak sebentar, jawab saya sambil mengeluarkan dompet dan mengambil SIM dan STNK. Saya terus berikan itu ke dia, lalu dia memeriksanya sambil manggut-manggut, trus bilang ke saya: kenapa helmnya tidak dipakai pak?. Saya hawab: oh, saya lupa pak, lagian saya juga mau disekitar sini aja kok. Tapi dalam hati saya bergumam: memangnya kenapa hah? mau aku pakai helm atau gak yang kenapa-kenapa kan kepalaku, bukan kepalamu..!. Lalu dia mulai bicara panjang lebar soal lalu lintas, saya hanya manggut-manggut karena sudah hapal apa maunya, tapi saya juga gak bisa lama-lama diluar, karena masih ada pekerjaan. Lalu akhirnya dia berkata: terus gimana nih?. Saya jawab: ya sudah pak, tilang saja kalau perlu.
Dia tampak heran, mungkin dia baru kali ini menerima jawaban seperti ini, lalu tampak sedikit melunak, yasudah kamu selesaikan saja masalah ini, gak perlu repot-repot. Saya pura-pura bodoh, dan bilang, maksud bapak?. Sudah, ngapain repot-repot diperpanjang masalahnya, kamu selesaikan saja ini (sambil menunjukkan SIM dan STNK saya). Dari awal saya sudah ngerti maksdunya, dan saya memang sudah punya prinsip tidak akan melakukan perbuatan kotor (lagi) dengan suap, dan saya rasa dia memang lagi tidak bisa menilang saya karena tidak bawa surat-surat tilang kali ya. Saya jawab lagi, saya betul-betul tidak mengerti pak, yasudah kalau mau ditilang pak, tidak apa-apa, toh saya yang salah. Dia mulai bicara panjang lebar lagi, tapi saya tetap saja dengan keras kepala saya, hehe. Akhirnya dia tampak kesal, lalu bilang: yasudah, kamu ambil helmnya dan dipakai karena itu peraturan lalu lintas, kamu boleh pergi saya masih sibuk. Terima kasih pak, jawab saya sambil memasukkan SIM dan STNK saya kembali ke dompet lalu mulai mengendarai sepeda motor lagi. Lucunya saya gak kembali ambil helm, tapi melanjutkan ke toko untuk beli koran, karena jarak tokonya udah dekat. Selesai dari toko saya lihat dia masih di sekitar situ tapi sudah di seberang, dia lihat saya juga (pasti dongkol banget). Saya hanya tersenyum sok ramah sama dia, hehe.