Senin, 16 September 2013

Kyo Daily Notes 09

Perjalanan setengah jam, sampailah seorang lelaki yang selalu menyimpan tanya di hatinya ke sebuah gubuk. "Bukankah kau seharusnya membawa paling tidak sepotong atau dua potong roti untuk kau bagi padaku, karena letihmu menuju gubukku ini pun kuganti dengan nira segar yang sangat manis yang baru kuambil tadi siang" kata lelaki tua itu kepada pemuda yang masih terlihat basah kuyup. "Maaf, tapi bisakah aku masuk terlebih dahulu untuk mengeringkan tubuhku yang basah ini?", jawab sang pemuda sedikit menggigil, terpancar sedikit kekecewaan dari raut wajah lelaki tua itu sambil berkata, "masuklah..".

Beberapa menit keduanya hanya saling duduk diam, tak berniat satupun diantara mereka untuk memulai bicara. Tak seperti yang diduga, kali ini si Pak Tua mulai bertanya, "kali ini kau akan menginap menunggu hujan atau pulang malam ini juga?", walaupun itu hanya pertanyaan basa-basi yang dia sudah mengetahui jawabannya, ya, itu tidak akan mungkin terjadi, walau saat pertama mereka bertemu saat si pemuda mencarinya untuk bertanya tentang ayahnya dulu. Si pemuda yang selalu datang dengan pertanyaan diamnya, yang selalu ingin bertanya tapi tak pernah mendapatkan pertanyaan untuk ditanyakan.

Sembari mengambil Dji Sam Soe dan pemantik api plastik warna merah tua, dinyalakannya, dihirupnya setiap tarikan yang sepertinya membawanya ke kondisi yang lebih rileks, pak tua itu menatap kosong ke arah bukit.

"Kau hanya perlu tetap percaya pada dirimu.." kata pak tua sambil menghembuskan asap dari mulutnya di cuaca yang sangat dingin itu. "Pernahkah kau mempercayai dirimu, lalu dengan sengaja kau memilih untuk membuat semuanya tidak berjalan baik?, itu tidak akan mungkin terjadi karena kau tidak punya imbalan yang bagus setelah kau memilih untuk tidak jujur pada dirimu sendiri", tambahnya. Si pemuda tampak ingin mengatakan sesuatu tapi masih penasaran dengan lanjutan perkataan si pak tua. "Belajarlah menerima dirimu, maka kau akan belajar untuk menerima semua yang ada di luar dirimu.." kata pak tua dengan lembut tapi penuh penekanan.

Si pemuda tampak tak bisa lagi menahan, "aku mempercayai diriku, aku juga menerima semua yang ada diluarku" katanya. "Apakah kau yakin selalu seperti itu?, bisakah kita kembali pada beberapa saat di waktu yang dulu saat kau lebih memilih lari dari banyak masalah, mengapa kau bohongi dirimu sendiri?", balas pak tua. Si pemuda terdiam, hening mengisi ruangan gubuk itu. "Benar, harus ada sesuatu yang pada akhirnya kudapatkan atas apapun yang kulakukan bukan?" tanya si pemuda. "Ya, hanya saat kau jujur kepada dirimu sendiri, semuanya juga akan begitu, jadi kau hanya akan ada di jalan melingkar yang di ujungnya kembali ke arahmu jika kau tak berhenti di jalan melingkar itu, yaitu saat kau menyalahkan di luar dirimu", tutup pak tua.

"Seperti dunia yang pada nyatanya tidaklah nyata, biarlah begitu.."

5 komentar:

  1. bahasanya bagus, teruskan bro.
    tak perlu panjang-panjang bertutur, yang penting memesona dan bermakna.

    BalasHapus
  2. bahasa novel (menurut pemahaman saya) dengan sudut pandang orang kedua.

    BalasHapus
  3. Ijin menyimak ya.... tulisannya gak kayak biasanya, tapi bagus sih. (y)

    BalasHapus
  4. aku malah gagal paham, om
    maaf...

    BalasHapus