|
Berpose dangdut |
Assalamualaikum sahabat semuanya, gimana liburannya?. Alhamdulillah, segala kebaikan untuk Allah yang telah memberi kita nikmat waktu dan kesehatan. Kali ini saya kembali menyambung tulisan perjalanan yang terangkum dalam kegiatan Systematic Chaos Backpacking III bersama teman saya Sugi. Kalau yang kemarin saya bercerita tentang pengalaman kami mengunjungi Panyabungan dan keindahan alamnya yang natural, kali ini saya akan bercerita soal perjalanan pulang kami yang menggunakan sepeda motor dalam waktu 16 jam..! haha.
|
View laut Sibolga, tak jauh dari perbatasan kota |
Tepatnya tanggal 26 Desember 2013, kami menutup perjalanan kami dan pulang dari Panyabungan menuju Rantauprapat dengan rute melalui Danau Toba. Tentunya itu bukan rute yang wajar, karena secara normal perjalanan tersebut seharusnya sama dengan rute perjalanan pergi yaitu via Padang Sidempuan. Tapi ya karena kami sedikit gila, kami memilih rute yang lebih panjang untuk tujuan menambah destinasi travel.
|
Pantai kota Pandan, dekat Sibolga |
Dari kota Panyabungan, kami mulai bergerak jam 6 pagi, lalu sampai di kota Padang Sidempuan jam 8 pagi dan sarapan sampai jam 9. Kami mencari oleh-oleh khas yaitu buah Salak. Ya, kota Sidempuan memang identik dengan Salaknya yang manis, tapi karena perjalanan kami menggunakan sepeda motor, kami hanya mampu membawa 3 kg saja, yah cukuplah untuk sekedar oleh-oleh untuk keluarga. Kami lanjutkan perjalanan menuju pesisir barat Sumatera, kota yang kami tuju adalah Sibolga.
|
Cuacanya agak terik, jadi males mandi-mandi |
|
Pantai Hotel Bumi Asih bisa dijadikan pilihan yang tepat saat berada di Pandan |
Jam 11 kami sudah berada di kota Sibolga. Kota ini adalah salah satu kota pelabuhan di pesisir barat Sumatera yang terkenal dengan hasil lautnya berupa ikan asin dan ikan teri Sibolga. Waktu kecil saya dan keluarga pernah tinggal di Tarutung yang hanya berjarak 1,5 jam dari Sibolga. Jadi, beberapa kali liburan kami dulu sering dihabiskan dengan memancing di laut. Kota Sibolga ini cukup panas udaranya, maklum pinggir laut. Karena sebetulnya ini perjalanan pulang, jadi kami tak bisa terlalu lama bersantai di pinggir pantai. Walaupun cuaca sedang terik kami melanjutkan perjalanan menuju kota Tarutung.
|
Sopo Partungkoan, Tarutung |
Mulai memasuki daerah Tarutung yang berada di dataran tinggi, udara mulai berubah, dari mulai sejuk, lalu dingin, dan kami kedinginan, hehe. Sampai di kota ini saya merasa seperi pulang kampung. Ya, saya pernah menghabiskan beberapa tahun yang bahagia di kota ini. Kota ini disebut juga Kota Wisata Rohani, karena terdapat banyak peninggalan para misionaris Kristen di era-era awal masuknya agama ke Tapanuli Utara. Contohnya adalah Salib Kasih, bangunan Salib besar yang berada di puncak gunung yang terlihat dari segala penjuru Tarutung.
|
Pose laknat Sugi |
Kami tak sempat mengunjungi tempat wisata di Tarutung, karena sampai di sini saja sudah sekitar jam 2 siang. Kami harus makan siang terlebih dahulu, padahal kalau sempat kami rencananya ingin ke Air Soda, yang merupakan pemandian mata air yang mengandung semacam soda dan airnya terlihat selalu mengeluarkan gelembung-gelembung kecil, yah, seperti minuman bersodalah. Katanya sih cuma ada dua di dunia, padahal waktu SD saya sering banget mandi sama teman-teman sekolah di sana, sayang kami tak sempat berkunjung.
|
Bertengger di pinggir jurang demi pose |
Kami makan siang di daerah Sipoholon, desa yang tak jauh dari Tarutung yang terkenal dengan pemandian Air Panasnya. Karena iklim di Tarutung itu cukup dingin, kami jadi cepet lapar (padahal memang rakus). Tapi yang perlu saya beritahu kepada teman-teman, agak sulit mencari makanan halal di kota ini, maklum mayoritas penduduknya adalah Kristen. Jadi perlu sedikit berhati- hati.
Setelah makan siang, perjalanan dilanjutkan lagi menuju Balige. Yah, kota indah di pinggir danau Toba ini juga sewaktu kecil sangat sering saya kunjungi bersama keluarga saya, karena jarakanya hanya memerlukan waktu sekitar 1,5 dari Tarutung.
|
Kamen Rider Ryuga sebelum Henshin (berubah) |
Sahabat bisa membaca tulisan saya tentang Balige yang indah di
sini.
Dari Tarutung menuju Balige kita akan disuguhi panorama hutan Pinus yang sejuk dan view danau toba setelah melewati desa Lintong Nihuta. Kami beristirahat sebentar di Balige, maklumlah, sejauh ini saja jami sudah 13 jam di atas sepeda motor, masih ada 3 jam lebih lagi untuk mencapai Rantauprapat. Kami berhenti sebentar di Siguragura, melepas lelah sejenak dan berfoto ria. Sampai di sini kelelahan kami sedikit berkurang, tapi hari sudah semakin gelap kami harus tetap lanjut. Ahirnya, jam 10 malam kami sampai dengan selamat di kota Rantauprapat, dengan kesenangan yang tak terbayarkan dan pastinya kelelahan yang tak terbayarkan juga. Ini adalah salah satu pengalaman terseru dalam hidup saya. Systematic Chaos Backpacking III: Ride for Life, Life for Ride.
The End