Kamis, 19 Mei 2011

Dapat Tiga

Akhir-akhir ini saya mulai sering nulis postingan, karena sambil dalam proses pengerjaan atau penyusunan skripsi yang bahan-bahannya banyak saya ambil dari dunia maya. Jujur saja, sumber yang disediakan kampus dan perpustakaan kurang mendukung dalam penyusunan tugas itu. Akhirnya saya jadi mengikuti beberapa diskusi ilmiah sebuah forum, jadinya ya sambil menyelam minum air. Kalau kepala saya mulai pusing karena kurang mengerti diskusi atau makalah yang saya baca, saya refreshing dengan mengnjungi blog-blog sahabat yang lain, sambil menulis postingan juga untuk blog saya. Dan gak nyangka, kemarin Aul yang baru lulus-lulusan (selamat ya dek) ngasi saya award, dan pesannya Aul agar awardnya juga saya nominasikan buat sepuluh sahabat blogger lain. Udah gitu, awardanya ada tiga, baiklah kalau begitu langsung saja, peringkat nominasi dan kesepuluh sahabat blogger itu (versi saya) adalah:




Bisa dibilang, ini teman pertama saya dalam dunia blogging. Fotografer yang handal, suka menulis dan hal menkjubkan lainnya di Rumah Matahari.

Wah, ini blogger yang paling suka travelling dan wisata kuliner yang pernah saya tahu.

Blogger asli Indonesia yang menetap di Amerika, cerita-ceritanya lucu.

Kalau datang kesini dan baca tulisan-tulisannya mas ini, hati saya jadi tenang.
 
Saya sering main ke blognya mbak Nia ini lho.

Mas Arief - http://flash-myflash.blogspot.com/
Saya banyak belajar dari tulisan-tulisannya mas Arief.

Mas Nufri - http://nufrilazuar.blogspot.com/
Tulisannya gokil-gokil, ada beberapa postingannya yang buat saya ketawa ngakak.

Blogger yang sedang berjuang untuk mengikuti ujian masuk PTN tujuannya, hobi fotografi dan senang menulis.

Mas Djangan Pakies - http://siswandoyo-muhammad.blogspot.com/
Tulisan-tulisan yang membuka fikiran, Islami dan rekomendasi dari saya untuk dikunjungi.

Mas Warsito - http://warsito-akbar.blogspot.com/
Blogger teladan yang rajin BW, hehe.

Buat sahabat yang lain, saya ucapkan terima kasih, karena saya rasa semuanya berhak mendapatkan nominasi ini, tapi sesuai instruksi blogger sebelumnya yang memberikan award ini ke saya, rekomendasi cuma sepuluh blogger. Jadi, bagi siapa aja yang mau, tinggal ambil aja awardnya, dan teruskan tradisi kita saling berbagi award. Hmm, udah saatnya makan siang, sudah dulu ya, happy blogging..!

Senin, 16 Mei 2011

Teroris di Antara Buah Apel

"Aku berteriak kepada tentara-tentara Israel itu
apakah mereka bangga atas perbuatan mereka, apakah ini namanya
perdamaian, apakah ini Israel yang mereka cita-citakan.
Seorang tentara meludah ke arahku, jadi aku langsung mendekatinya
dan mempersilakannya meludahiku. Dia menolak tawaranku.

Sebuah tank datang menderu ke hadapanku,
moncong raksasanya mengarah kepadaku.
Aku mengangkat kedua tanganku di udara, berdoa,
dan berteriak, 'Tembak, tembak! Baruch hashem Adonai!
(Terpujilah nama Tuhan!)' Tank itu berhenti beberapa inci di hadapanku.

Aku lantas berlutut di jalanan, berdoa dengan tangan terangkat di udara.
Aku merasa sendiri, lemah, tak berdaya.
Aku hanya bisa menjerit kepada Tuhan."

-Arthur G. Gish, dalam Hebron Journal

Hebron Journal merekam pengalaman seorang sukarelawan penjaga perdamaian di Palestina. Pada 1995 hingga 2001, Arthur Gish seorang Kristiani yang berkomitmen hidup bersama keluarga-keluarga Muslim dan melakukan aksi-aksi anti kekerasan menentang kekejaman Zionis Israel.

Pertama kali membaca buku ini adalah saran dari seorang teman di pengajian anak-anak Rantauprapat, Wulan. Saat itu tema pembahasan adalah toleransi beragama yang dicontohkan nabi Muhammad SAW semasa hidupnya, banyak dalil yang saya tidak mengerti. Akhirnya, setelah pengajian selesai dan kami semua pulang ke rumah masing-masing, saya langsung menghubungi dia, saya menanyakan tentang permasalahan yang tidak saya mengerti itu, tapi dia menjawab: kenapa tidak ditanyakan tadi, kan bisa diskusi, lalu saya jawab, saya segan karena waktunya sudah malam, takut akan terjadi perdebatan yang panjang. Akhirnya dengan sedikit memaksa dia mau memberi penjelasan sebanyak yang diketahuinya. Pada akhir pembicaraan, dia menyarankan saya membaca buku yang berjudul Hebron Journal, saya berkata saya tak mempunyai buku itu, dan ingin meminjam kepadanya, sayangnya dia juga tak memiliki buku itu, dia pernah membaca buku itu dari seorang temannya.

Hal itu membuat saya penasaran, lalu timbul niat ingin membeli buku, tapi yah, anda semua tahu lah saya kan anak kos dengan duit pas-pasan, hehe. Iseng, saya membuka lemari kakak saya, berharap kalau buku itu ada diantaranya. Kaget, ternyata buku itu terpampang rapi di dalam lemari kecil itu, saya hanya heran, bagaimana ini bisa sangat kebetulan, atau saya memang terlalu malas membaca sampai-sampai saya tak mengetahui apa saja koleksi bukunya. Saya memang tidak hobi membaca, dan jarang melihat koleksi buku-buku kakak saya yang menurut saya membosankan semuanya terlebih kemarin saya sudah mengirimkan koleksi-koleksinya ini ke Padang dalam dua kotak besar, dan dikarenakan biaya pengiriman yang cukup mahal, saya hanya sanggup mengirimkan itu. Kata kakak, sisanya biarkan saja, dan dia selalu mengingatkan kalau waktu luang membaca itu asik. Yah, mungkin menurut dia.

Kembali ke buku Hebron Journal, saya benar-benar takjub dengan perjuangan Art Gish dalam membela rakyat Palestina, dalam tulisan pembukanya yang berjudul Teroris di Antara Buah Apel, yang menceritakan tentara Israel yang secara tiba-tiba menyerang pasar tempat menjual kebutuhan sehari-hari rakyat Palestina yang tersisa. Mereka menghancurkan dengan membabi buta, sampai tak ada satupun bahan yang dijual itu dapat dikonsumsi, bangunan-bangunan di bombardir, mereka beralasan teroris Palestina bersembunyi di pasar ini, sampai akhirnya operasi pengahancuran itu berakhir, mereka pulang dengan tangan kosong. Itulah pemandangan sehari-hari di titik-titik kota Palestina yang semakin hari semakin mengecil wilayahnya. Art Gish sering mendapat perlakuan kasar dari tentara dan pihak Israel karena usahanya menyuarakan perdamaian, menyuarakan ketidak adilan yang terjadi di Palestina, yang sebetulnya sedang ditutup-tutupi oleh barat di mata dunia. Padahal, Gish adalah seorang Nasrani, yang notabene adalah agama yang memiliki hubungan baik dengan Israel, terlepas dari itu, Gish bergerak berdasarkan nuraninya, bukan alasan agama yang dipakai untuk kepentingan tertentu. Nyawanya sering terancam karena perbuatannya yang dianggap berbahya oleh pihak barat dan Israel.

Setelah membaca buku ini, hati saya semakin miris: saya seorang yang mengaku Muslim, hanya berdiam saja saat saudara-saudara seakidah di Plestina sedang diperkosa oleh tentara-tentara itu dengan keji, membunuh anak-anak, wanita, orang tua dan semua orang lainnya dengan alasan yang dibuat-buat. Menghancurkan sekolah-sekolah, rumah sakit, mesjid dan bangunan yang tidak mengerti apa-apa untuk kepentingan negara palsunya. Dari ini, saya juga belajar, bahwa kebaikan dapat menjadi teladan, bukan orangnya tapi sikapnya, apa yang dilakukannya bukan apa agamanya, juga pelajaran tentang keragu-raguan kita yang sering menjadi alasan dalam bertindak melakukan yang benar.

Rabu, 11 Mei 2011

The Old Lamp

 

The Old Lamp (HDR)
iso: 80
f: 3,5

"detik berganti detik, huh, semakin habis saja palsu itu dikikis waktu.." (Die, dalam: Euforia Bebatuan)

Lokasi pengambilan gambar di Jembatan Siti Nur Baya, sehabis ngopi dan bersantai. Saya benar-benar tidak mahir soal fotografi landscape atau apapun nama tekniknya, saya hanya menyukai momentnya. Framing mungkin agak ketat karena saya ingin expose objeknya lebih ke tiga lampu itu. O ya, sedikit tidak nyambung, waktu tadi baca postingan teman blogger lain, saya suka sekali dengan kutipan sederhananya:

"itulah mengapa kaca spion mobil dibuat jauh lebih kecil daripada kaca depan, agar kita tidak terpaku pada masa lalu, yang telah jauh dibelakang kita, melainkan lebih terfokus pada apa yang didepan kita.."

Kamis, 05 Mei 2011

Spring..!


Ini semua tentang bulan Mei, tentang musim semi, walau di negeri ini tidak ada musim semi, walau di negeri lain juga tidak sedang musim semi. Semoga matahari di bulan ini bersinar selalu cerah sehingga apapun yang terjadi; sedih, senang, tangis, tawa, jatuh, bangkit, berjalan, berlari dan keajaiban-keajaiban baru membuat semuanya semakin berwarna. Satu hal yang membuat semuanya indah adalah syukur, karena setiap detik dari semua waktu yang diberikan adalah nikmat. Hmm, i just wanna say my thanks, thanks to my God.