Rabu, 19 Januari 2011

Hanya Beberapa

special thanks to:
Jean Baptiste Joseph Fourier
with the science dedication for human being



Kembali ingin rasanya melihat kembali beberapa hasil bidikan diwaktu senggang. Beberapa diantaranya sudah pernah saya posting sebagai gambar pendukung tulisan saya. Gambar-gambar yang cukup mewakilkan sedikit perasaan beberapa waktu belakangan ini. Apa artinya? ya cuma saya dan Tuhan saja yang tahu, hehe.

The Old Man and His Mind
Kakek diatas adalah temen ngobrol santai saya setiap ba'da ashar di masjid Raya Rantauprapat, dia sering bercerita atau lebih tepatnya menasehati saya: kalau ibadah itu jangan ada yang tau, cukup kamu dan Allah saja urusannya, gak  perlu bilang-bilang, nanti jatuhnya bisa ria. Begitu sepenggal nasehatnya yang betul-betul saya ingat.

Aku dan Rumahku
Udah lama gak foto-foto serangga, kalau biasanya hijau-hijau, kali ini agak sedikit menonjolkan warna-warna klasik.

Tree

Foto pohon yang sudah pernah saya masukkan dalam tulisan: Prepare To Backpacking. Pohon yang berdiri tegak ini sangat menyita perhatian saya dulu saat melakukan petualangan kecil dengan beberapa teman, dan bagi saya punya arti tersendiri. Karena kebetulan lewat jadi ya langsung jepret, padahal kalau lebih sore lagi, mungkin akan menjadi gambar siluet.

Kecil

Terkadang tumbuhan-tumbuhan kecil memiliki bentuk yang unik, seperti gambar di atas adalah sebuah bunga yang ukurannya cuma sebesar korek api. Saya yang kurang pandai mengatur pencahayaan harus menunggu hari agak cerah karena disesuaikan dangan iso kamera saku yang tak seberapa.

Hmm, begitulah beberapa gambar yang dari kemaren ingin saya posting, buat teman-teman blogger, Salam Jepret..!

Minggu, 09 Januari 2011

tertegun..

26 atau 27 Desember 2010(?) "Sipisopiso Undercover"
Salah satu perjalanan yang cukup melelahkan dengan partner petualang saya Baban: Semua keindahan yang memukau yang saat itu kali pertama saya melakukan perjalanan ke sana (padahal orang lain sudah ratusan kali). Sepulangnya saya coba menutupi kelelahan pada ibu saya yang dari awal kurang setuju saya melakukan perjalanan dengan sepeda motor. Berhari-hari meyakinkan sang bunda dengan kerjasama tuan kribo semuanya berjalan lancar. Keesokan harinya di Medan, saat tidur pulas berhasil menghapus semua letih tadi. Siang hari yang panas, Baban mendapat telepon dari keluarganya di Rantauprapat. Intinya, sebelum pulang baban disuruh menyampaikan sesuatu kepada keluarganya yang tidak jauh dari Medan.

Yud, temenin aku ketempat pak lek ku ya, yang dulu kau ikut waktu ada acara khitanan, katanya. Kapan? jawab saya. Lebaran kadal Yud! ya sekarang lah! sambung Baban. Ooh, ya sudah, habis zuhur kita berangkat. Terlintas sesuatu di fikiran saya..

Siang itu begitu terik, tak terlihat banyak keramaian selama perjalanan ke rumah pak lek nya Baban. Di tengah perjalan, Baban yang hobi lihat kiri-kanan berkata: wah, jalanannya udah bagus semua ya Yud, kemaren kan kalau gak salah yang diaspal masih setengah, ya nggak? Saya:... Baban: Woy! kau dengar nggak! Saya: Hah? apa sih? kau ribut ya! Baban: Hah! aku ribut, aku kan baru ini ngomong selama kita dari tadi? Saya:...

Terlintas:
Jalan ini dan semua yang terlintas, membuatku tertegun. Sebuah lamunan yang tersadar, tapi apa yang sedang kufikirkan? Aku merasa menjadi aku, menjadi aku yang pernah melintasi jalan ini, lalu aku? Ternyata aku adalah aku yang pernah melintasi jalanan ini dengan sebuah cerita. Sekarang semuanya berbeda, lalu aku? Aku mungkin berbeda, tapi tak peduli seberapa bedanya aku di waktu dulu dan aku di waktu sekarang atau di waktu nanti, aku tetaplah aku yang pernah melintasi jalan ini dengan sebuah cerita. Tuhan, apakah kebetulan memang ada, kalau ya kenapa sebuah cerita yang begitu lengkap alurnya dengan susunan kejadian yang saling berkaitan begitu sempurna Kau cipta. Untuk itu jelaslah bahwa Kau tak pernah menjadikan sesuatu secara kebetulan.

 Satu pelajaran lagi Kau berikan dari jalanan ini Tuhan: Aku pernah melintasi jalanan ini dengan sebuah cerita, lalu waktu berjalan hingga semua menjadi berbeda. Semua yang terjadi di awal hingga sekarang pastilah memiliki makna: begitulah cara Allah mengajarkanku, tentang apa yang telah terjadi, kualami saat ini dan yang akan kurasakan nanti cukup membuatku bersyukur dan aku sangat ingin menjadi "sebenar-benar orang yang bersyukur dengan ikhlas, sebagaimana aku ikhlas saat diberi nikmat". Maka aku akan berusaha untuk mensykuri semua ini.