Senin, 27 Desember 2010

Monster Bandit Vs. Pendekar Kribo

Memang baru itu lihat pemandangan seperti lukisan, wah..wah..wah.. Jadi bangga sebagai warga Indonesia, hehe. Udara sejuk, pepohonan, langit cerah, mantep pisan euy. Keesokan harinya, dengan nyali yang tersisa, dua mahluk bergegas pulkam setelah subuh. Perjalanan 5 jam ditempuh dengan motor (dasar gila!).

Karena itu, sekarang badan saya terasa seperti dikucek-kucek, pegal abeees..! Hmm, kalo gitu mending masak pancake, karena kemarin sesisi rumah berkata: hmm, enak, kamu hebat ya! (gila pujian). Apakah hari ini akan sama karena saya kehabisan pasta mocca? hehe..

Rabu, 22 Desember 2010

Dua Hal Terindah Hidupku


beberapa bertanya kepadaku,
hey, apa yang membuatmu tetap kuat disaat keadaan melemahkanmu?
kujawab: ada dua wanita yang menggantungkan cita-citanya padaku..
lalu, kenapa kau harus menggapai cita-cita mereka? 
kujawab lagi: awalnya itu adalah cita-citaku, lalu mereka merasa sebagai aku, bagian dari diriku, dan aku adalah bagian dari mereka..

maka..

ibu, aku telah menuysahakanmu..
tak terperikan lagi durhaka yang kusombongkan didepan matamu,
padahal, tanpa pengorbanan hidup dan matimu itu,
tak kan ada mahluk pendosa sepertiku ini,
Tuhan, ampuni segala dosanya, indahkan hari-harinya dan mudahkan aku mengikuti inginnya, karena aku juga ingin ke surga yang berada dibawah telapak kakinya..

kak, kau mahluk tertangguh yang pernah kukenal,
kupikir, aku lebih unggul, lalu kau buktikan semua itu salah..
satu kata untukmu: hebat..!

selamat hari ibu untuk kalian, dan biarkan aku menganggap setiap hari adalah hari kalian.. 

Jumat, 17 Desember 2010

Terimakasih Tuhan

karena aku manusia,
maka aku hanya perlu menjalani hidup di dua tempat:
dunia yang penuh dengan kebohongan,
akhirat, tempat terakhir dimana aku diperlakukan sesuai dengan perbuatanku di dunia yang fana..

karena aku manusia,
banyak yang sudah kujalani,
sebuah kenyataan, kepalsuan
yang jelas semua ini sudah berakhir..!

terimakasih Tuhan,
kau beri petunjuk bagiku yang sudah jauh tersesat,
terimakasih, bahkan untuk kenyataan yang tak kusukai, tapi ini yang kubutuhkan,
hanya Kau sebagai cinta, sebagai satu yang tak pernah palsu..




                         -subhanallah, alhamdulillah, Allahuakbar..!

Senin, 13 Desember 2010

Behind The Systematic Chaos

Candid pt. I
Hmm, langsung saja, beberapa waktu yang lalu saya mengadakan perjalanan dengan teman kribo saya, Baban. Tidak seperti perjalanan-perjalanan yang pernah saya lakukan sebelumnya, perjalanan saat itu benar-benar membekas dihati kami (bekasnya sampai berkarat). Sebuah aksi backpacking yang mengatasnamakan nyali dimulai oleh dua orang yang sebelumnya tak pernah tertarik dengan dunia luar, budget yang mustahil, dan pengalaman yang minim. Jika sebelumnya kami sudah bercerita tentang perjalan kami yang saya tulis dalam jurnal setiap menyinggahi tempat-tempat itu, maka sekarang adalah cerita lain dibalik layar kisah utama, tentang masalah-masalah yang saat itu benar-benar membuat kami pusing.

Siang itu, danau Singkarak, ba'da Dzuhur.. 
Mengitari daerah hutan yang indah di dekat danau, membawa kami sampai ke daerah aliran danau yang menjadi sungai. Saat itu saya sedang mengambil gambar dari berbagai sisi danau, karena sebelumnya kami bertemu dengan beberapa orang di desa dan berkata agar kami tidak usah pergi ke tempat yang ditunjuknya yang bernama Lubuk Larangan, tapi tetap saja, penasaran mengalahkan perintah itu. Lubuk Larangan adalah daerah aliran sungai yang sudah disepakati bersama sebagai daerah yang keramat dan tidak bloeh ada aktifitas mengambil ikan disana. Sampai di tempat itu, saya mulai beraksi, mengganti lens wide dengan standar agar objek-objek detil terlihat. Lalu pada sebuah puing bangunan yang sengaja dihancurkan saya melihat beberapa orang sedang asik memancing. Langsung saja, gambar-gambar orang jahil itu berhasil saya ambil. Masalah pertama muncul, ternyata kedatangan kami langsung ketahuan oleh mereka, dengan dialek daerah yang kental mereka meneriaki kami, kaget dan pucat, kami hanya terdiam. Mereka mendatangi kami dan mulai marah-marah, beberapa kata yang jelas saya dengar cuma: foto-foto! awas! selainnya saya kurang faham. Lalu dimulailah negosiasi yang alot, kesepakatan akhirnya ketemu. Didepan mereka saya hapus satu-persatu foto itu, tapi entah bagaimana, sampai di warnet saat melihat isi memory card ada beberapa yang tersisa foto itu. Huuuh, dasar orang-orang tidak tahu aturan, sudah dibuat kesepakatan, masih saja memancing ditempat itu, ketahuan malah marah-marah. Foto diatas adalah saat merak melakukan aksinya.

Dimana sih jatuhnya..?
Cerita yang agak memalukan, saat itu filter lens yang saya pinjam dari Die tak dapat saya temukan. Seluruh saku tas perlengkapan, celana, baju, sudah diperiksa. Ternyata filter saya kalungkan di leher :(. Saat benar-benar pusing dan mencari-cari dimana jatuhnya filter tersebut, Baban mengambil foto saya.
Depresi
Lho, bukan preman ya..?
Pekanbaru, sore hari dalam perjalanan menuju perpustakaan daerah. Seperti biasa, tersesat, letih dan yang pasti kebingungan. Baban memtuskan untuk bertanya pada seorang perempuan dimana lokasi perpustakaan tersebut. Saat datang menghampiri perempuan yang sedang menunggu bus trans itu, dia melihat Baban dan langsung memasang wajah panik, beranjak dari duduknya dan bersiap pergi, tapi Baban sudah terlanjur bertanya: Arah perpustakaan kemana ya Uni? Indak tau Da! lalu pergi setengah berlari dengan wajah ketakutan. Baban bertanya pada saya: apa salahku Yud?
Penghuni Terminal
Entah kapan kami dapat bertualang bersama lagi. Kemarin, Mr. Kribo mengajukan tantangannya lagi: Yud, 2011 bulan Desember ada Sea Games di Palembang, masih punya nyali gak? Saya terdiam, dan jujur saja tantangan itu belum berani saya jawab, hehe.
Jalan Kaki
Beberapa moment yang saya abadikan sudah lama ingin saya perlihatkan. Kebanyakan tidak disengaja, bahkan foto Baban dibawah ini saya ambil secara candid. Saat itu di Batusangkar kami sedang dilanda kelaparan, hehe. Mau beli makanan tidak ada uang, kalau ongkos bis dibelikan makanan ya gak pulang. Mungkin saat itu adalah saat-saat paling stress sampai dia melamun seperti itu, lalu, jepret..!
Candid pt. II
Hmm.. begitulah beberapa potongan cerita dibalik perjalan kami. Ya, dibalik semua hal menakjubkan yang sudah kami jalani, kami juga sudah pernah merasakan tidur di pinggiran toko, diusir saat tidur di ruang tunggu terminal, bermalam di mesjid-mesjid, penginapan murah dan beberapa kali di tempat famili. Bekerja membantu petani mengangkat hasil panen untuk dijemur demi ongkos, makan nasi bungkus dibagi dua, belajar bahasa daerah dan lain sebagainya. Dulu, kami pikir kami tak bisa, ternyata kami bisa.
Forbidden
Salam Jepret..!

Senin, 06 Desember 2010

Ubuntu Studio 10.10

Desktop Ubuntu Studio 10.10
Ada seekor Penguin yang sudah banyak sekali membantu saya, dalam pekerjaan, kuliah, maupun sehari-hari. Burung yang tidak bisa terbang ini nggak dibeli lho, kita bisa mendpatkannya dengan harga yang gratis, bahkan kita dapat memodifikasinya dari awal hingga menjadi sangat powerful, hehe. Sudah ah, cukup dongengnya..! Penguin yang satu ini bernama Linux, sebuah Operating System yang saat ini punya reputasi Best of Security yang tulang-tulang pesendiannya (kernel) saat ini sudah mencapai 2.6.x.x. Hebatnya, produk ini dapat dipakai oleh siapa saja tanpa perlu mengeluarkan biaya sepeserpun serta diberi hak lisensi publik untuk pengembangan yang populer dengan singkatan GNU OSS(General Public License Open Source Software). Perkenalan saya dengan Linux berawal ditahun 2004, saat itu kakak lelaki saya yang seorang programmer menggunakan Red Hat 7.

Tahun berganti tahun, saya mengikuti terus perkembangan Linux dan sering sekali saya mencoba Distro (Dstribution OS) yang macam-macam, mulai dari Mandriva 2007 dengan desktop KDE yang indah, Open Suse yang stabil saat menjalankan fitur-fitur 3d, Ubuntu 8.0.4 yang powerful dan distro yang sempat agak lama bercokol di PC saya adalah Slackware 12.1 yang super stabil, sangat powerful, minim dependencies dan satu hal: sangat tidak manusiawi, hehe. Kenapa? karena dibalik kinerja Slackware itu, setiap pengaturan langsung mengacu ke deep control system, pernah suatu kali system saya crash dan windowing nya nggak respon, eh tau-tau Terminal langsung terbuka dan menjalankan perintah exit X-Server (library X adalah library graphic) lalu muncul editor sedrhana yang menampilkan Source program yang crash agar saya Debug di tempat! Hah, mana ngerti..!

Kino
Stop Motion
Kecocokan dengan distro Slackware itu akhirnya mulai menipis saat saya membutuhkan kinerja sistem yang biasa-biasa saja (mungkin karena semester awal-awal kuliah dulu banyak pelajaran programming kali ya, hehe). Hingga saat saya menekuni hobi Fotografi dan Musik, akhirnya saya mulai mencari-cari distro yang mengkhususkan pengembangannya dalam teknik Multimedia. Hmm, alhamdulillah, selalu ada solusi, selalu ada langit diatas langit. Ya, yang dulunya saya fikir distro yang saya gunakan sudah mencukupi kebutuhan saya secara optimal ternyata ada yang lebih fokus terhadap satu hal. Dari hasil pencarian itu akhirnya saya menggunakan Ubuntu Studio 10.10 yang saya insatal akhir bulan Oktober 2010. Desktopnya indah, begitu juga dengan themes defaultnya tapi yang terpenting adalah software bulit-in yang ada didalamnya. Hebat sekali, dari bagian Audio Production ada puluhan software untuk kebutuhan audio recording/producer, MIDI Interface, jack, shyntesizer complete rack, sound effect untuk gitar, bass, dll, analyzer kit dan wah, ampun deh, yang jelas cukup untuk membangun sebuah home studio recording. Begitu juga dari bagian Video Production, aplikasi-aplikasi professional sudah tertanam apik didalamnya, contohnya Kino dan dari bagian Graphics, Blender yang terkenal dalam urusan development 3d juga sudah terinstal. Berikut beberapa review singkat saya tentang aplikasi yang sedikit dari puluhan itu mulai saya gunakan dalam urusan Audio Production.

Ardour
Wah, ini dia program yang membuat saya penasaran, kabarnya Ardour telah banyak dipakai oleh studio-studio rekaman profesinal di luar negeri dan dimodifikasi sesuai kebutuhan mereka. Pertama sekali menggunakannya saya sangat kebingungan, karena terbiasa menggunakan tampilan yang modular seperti Cakewalk Sonar 8, tapi opsi mixing dan keleluasaan mengedit resonansi secara grafikal betul-betul handal. Hmm, i like it!


Hydrogen Drum Machine
Kalau di OS Windows ada aplkasi handal EZDrummer yang terkenal itu dengan template dari berbagai merk drum yang terkenal (terakhir yang saya pakai samapi 3 dvd), di Linux kita punya Hydrogen, masih kalah sih, tapi  lumayan lah. Kita dapat dengan mudah create sample beat dengan fasilitas metronome. Mixing Rack nya juga komplit, kalau masih kurang, masih ada puluhan aplikasi Shyntesizer dan Mixing yang powerful dan pastinya cukup membuat saya sakit kepala, hehe.
Zynaddsub Shyntesizer
Jadi malu sih, saat OS ini menyediakan begitu banyak aplikasi Sound Producing tapi hanya beberapa saja yang dapat saya operasikan. Lanjut ke Zynaddsub Shynth, dengan modal kemampuan piano yang sangat pas-pasan, saya coba create satu sample MIDI, dan seperti yang saya duga sebelumnya, permainan saya sangat jelek (itulah gunanya komputer) simsalabim, beberapa nada yang out pitch pun bisa dikembalikan kejalan yang benar dan lurus (memangnya sinetron?). Saat membuatnya saya menggunakan keyboard Roland GX tahun 1992 versi berapa saya lupa, kepunyaan Uwak saya yang hobi musik.

Hmm, itu tadi review dari super newbie, mungkin nanti saya akan menulis lagi tentang perkembangan pembelajaran saya. Kepada para Blogger, mohon bimbingannya..! Hehe..

Download Ubuntu Studio 10.10 (Intel X86)
Download Ubuntu Studio 10.10 (AMD 64)

Minggu, 21 November 2010

The Rising Force..!

Kartu Pos
Bermula saat Kaoru yang tinggal di negeri antah-berantah, mengirimkan foto-foto huntingnya di pantai Parangtritis di tahun 2008. Satu hal yang saya suka dari Kaoru adalah ide-ide kreatif, gila, menembus batas dan beberapa hal yang dilebih-lebihkan lainnya, hehe. Foto-foto yang dikirim berupa Kartu Pos yang sudah 4 lembar saya terima. Kartu-kartu tersebut dikirimkan secara berkala perminggunya. Kartu pos yang sangat indah, bagian depannya bergambar keindahan alam panorama pantai Parangtritis yang diambil dari kamera Kaoru. Katanya, dulu dia cuma ingin melakukan hobi korespondensi dengan temannya di Singapura melalui surat-menyurat, karena mereka ingin mengumpulkan perangko-perangko khas negara masing-masing, hingga suatu saat alatnya berubah menjadi kartu pos yang dijual dipasaran. Karena bosan dengan gambar-gambar yang sudah umum tersebut, Kaoru mencoba mendesain sendiri kartu pos dengan hasil jepretannya, dan hasilnya: saya sampai terkagum-kagum, tidak percaya kalau itu hasil fotonya. Dia juga mengirimkan kartu-kartu pos itu kepada Die yang berada di Pekan Baru, dengan versi dan gambar yang berbeda. Setelah beberapa lembar yang dikirimnya, akhirnya malah Die yang mengirimi saya kartu pos, hanya saja bukan hasil foto tetapi hasil desain dengan komputer, gambar kartu pos diatas adalah gambar yang dikirimkan Die kepada saya, tetapi sudah beda dari versi aslinya yang berwarna putih dan tulisannya yang hitam, hingga saya mengedit dan jadilah gambar diatas, lalu kartu pos tersebut sudah saya teruskan kepada kedua teman kental saya tersebut dan jadilah kami anak muda yang hidup jaman sekarang tapi masih hobi korespondensi dengan jasa pak pos.


~Requiem et Reminiscence~
(alhamdulillah, ape kate Kyo gak pake Die ame Kaoru?)

Senin, 01 November 2010

Menwa Side

Markas
Tujuannya sih mengumpulkan data untuk tugas, eh, tapi teman-teman kena syndrome narsis. Teman narsis saya Ridwan dan Polin Kepiting minta biar hasil narsis-narsis nya diupload, hehe. Padahal guru besar fotografi saya Kaoru, dulu sudah pernah marah-marah agar saya meninggalkan fotografi sebagai hobi menjadi Commercial Photography. Sudah sih, semenjak freelance, tapi mumpung Kaoru jauh diseberang pulau sana, jadi ya masuk kanan keluar kiri, haha..!
PeDe I
PeDe II








































name: M. Ridwan Fachni
date of birth: 01-01-2099 on Mars
blood type: Z+
HERBIVORE

Dialogue







PeDe III
tidak ada yang tahan melihat gaya kalian
Guardian of Hell

name: M. Romy Elmaco
date of birth: 31-12-2099 on Kitchen
blood type: Unknown
CANNIBAL
Menunggu Bakso






















Akhirnya, foto terakhir, merupakan jenis face portrait, tetapi sampai sekarang saya tak mengerti ekspresi apa yang terekam. Beberapa pangamat mengatakan: POI nya sangat kurang, bokeh tipis dan cahaya pas (lalu mereka menambahkan: setelah melihat itu, kami benar-benar kehilangan nafsu makan). >:)
Cute

Jumat, 15 Oktober 2010

Kill Them All..!

I know you hated me, there's that's not scared me 
Arrogant pump ass, too much magic dust 
Built the casino, created club disco 
Singing at karaoke, gambling inside VIP 
Bullshit works 24 hours a day 
Selfish fuck just stay away 
Sold out alotta coke, generation broke 


Make my patience gone 


Words all lies Deeper inside 
Shoot and die Better than alive 


Fuck a deejay, it's all I got to say 
Crackwhore act, drugs dealer back 
Spread the disease, share the junkies 
Underlink evil spirit, and sick with all your shit 
Money, prestige, power, sex 
Everything is okay with your cheque 
Liberal jerk off, depressed idiot 


Sex garage, club asshole 
Words all lies Deeper inside Shoot you die If greed still in your mind 
Words all lies Deeper inside Shoot and die Better than alive 


What are you looking from all of this ? 
Who did you want (it) to be ? 
Can you feel all of this shit ? 
Or is it make you happy ? 
That pushes you to do what you do 
So fuck you and your point of view 


I know you hated me, there's that's not scared me 3x 
Corruptor syndrome, e.t. type shit 
Aren't you ashamed of your self 
You don't have to bite my head

a great song by: Purgatory - Ground Zero
download



Jangan pernah menyerah saudaraku. Janji Allah adalah surga bagi para Mujahid. Tidak ada nilai tengah diantara yang benar dan yang salah, kebenaran tetaplah kebenaran, kesalahan tetaplah kesalahan. Mereka pikir kita gila, padahal merekalah yang telah buta. Dengan seragam, pangkat, dan kekuasaan, mengaku sebagai pihak yang berwajib menegakkan keadilan, sesungguhnya tak lebih dari sekedar sampah. Menangkap paksa perkumpulan-perkumpulan dan majelis, dan disaat yang sama bekerja sama dengan bos-bos penjual nikmat dunia yang hina: mengizinkan tempat perzinahan, membuka tempat-tempat perjudian. Dengan kekuasaan yang didapatkan dari hasil pemilihan yang mengaku sebagai pemerintah dan mengemban amanah rakyat, membentuk pemerintahan yang jelas-jelas didasari ideologi kafir. Innalillah.. Ya Allah, ampunilah kami yang sangat hina, kami yang sudah mendengarkan tentang suatu kebenaran dariMu tetapi masih terdiam dan tak berbuat apa-apa. Kami yang terlena dan membiarkan diri kami terlena.. Subhanallah, mungkin waktu yang tersisa takkan cukup untuk menebus kekufuran kami dengan amal ibadah. Sadarkan kami, bahwa dunia hanyalah mimpi yang menunggu untuk terbangunkan hingga kami benar-benar dibangkitkan di Akhirat. Hanya padaMu, Zat yang mampu memberikan kematian, matikan lah kami hanya dalam keadaan bertaqwa kepadaMu.

Sabtu, 09 Oktober 2010

Almahyra Kahisa Hafi

Almahyra Kahisa Hafi
sampai saat inipun, aku belum pernah menyentuhmu,
bermain manja denganmu, atau sekedar mendengar tangis kecilmu..


tumbuhlah, jadilah dirimu..
aku selalu berdoa untukmu: jadilah permata disaat sekitarmu bersinar, dan tetaplah seperti itu walau disekeliling telah gulita,
tawa kecilmu, sungguh.. serasa semua beban yang ada pergi begitu saja,
aku lupa akan letih, saat senyum ikhlas, tanpa terdorong apa-apa kau berikan untukku, tepatnya pada semua orang..


sampai saat inipun, aku belum pernah menyentuhmu,
tapi, aku merindukanmu..














cantik..
sama seperti ibumu, wanita yang sangat kukagumi,
yang telah membantuku melihat, mendengar, dan merasakan..
walau selalu aku merendahkannya: menganggapnya hanya wanita, dan pastilah aku lebih hebat darinya,
tapi sesungguhnya, aku bahkan tak pantas dibandingkan dengannya, dia jauh lebih hebat..
walau hanya dapat melihatmu dari gambar,
memang serasa tak lepas rindu ini,
tapi, kami semua bersyukur, seorang bidadari kecil telah ditipkan pada kami,
Almahyra Kahisa Hafi..
jadilah anak yang saleh, pada Allah, agamamu serta ibu dan ayahmu..


titip rindu..

Kamis, 30 September 2010

Journal: Day 9, 10..

View dari atas Jembatan Sitinurbaya

Menutup perjalanan backpackeran kami, Padang adalah kota terakhir yang kami kunjungi. Ini adalah kali kedua saya datag ke Padang. Sangat banyak perubahan terjadi pada kota ini, padahal jaraknya hanya satu tahun dari saat pertama saya kesini. Maklum, hal itu disebabkan gempa bumi yang cukup dahsyat yang terjadi beberapa waktu lalu, gempa bumi tersebut cukup membuat kota yang dulu sangat saya senangi karena kebersihannya, keindahan bangunan-bangunan peninggalannya serta tempat-tempat jajanan yang bertaburan menjadi sangat berubah. Masih banyak sisa bangunan yang rubuh, bahkan terlihat dari beberapa gedung-gedung pemerintahan dan perkantoran yang belum diperbaiki dan beberapa ruas jalan yang rusak akibat gempa. Tapi hal itu sungguh tak membuat kami berdua tak berselera melanjutkan perjalan gila kami, hehe. Beberapa tempat di Padang sangat saya sukai, karena keindahannya dan cerita yang ada antara saya dan tempat itu :).

Siti Nurbaya Bridge

Jembatan Sitinurbaya


"sesungguhnya apapun yang ada pada kami saat ini adalah yang terbaik dariMu untuk kami ya Allah, ampunilah kekufuran kami, ampunilah kami yang tak pernah bersyukur.." -Die

Sebuah pesan singkat (SMS) masuk ke HP saya dari teman yang beberapa waktu lalu kami kunjungi di Pekanbaru, Die. Anak bodoh ini sering mengingatkan saya agar tidak macam-macam hidup di dunia fana ini, karena yang nyata itu adalah akhirat. Saya memaknai isi SMS Die tersebut sambil berjalan kaki melintasi pusat kota Padang. Melihat bangunan-bangunan yang hancur, dalam hati saya berfikir: wah, padahal kehancuran ini sangatlah gampang membutanya di tangan Tuhan, hal begini merupakan hal yang sangat kecil, semua bangunan-bangunan kokoh ini adalah hasil kerja keras manusia, yang mereka bangun setinggi-tingginya dan mereka banggakan seolah-olah tak ada yang dapat menghancurkannya, padahal hanya dengan berapa menit  banyak yang rusak, innalillah. Siapa yang tahu, kejadian ini memang dibutuhkan, kita hanya perlu berfikir positif kepadaNya. "Kehancuran adalah sebuah pelajaran, mungkin diwaktu yang dulu, kita adalah orang-orang yang sudah diberi kesempatan oleh Tuhan untuk hidup tapi tak pernah bersyukur, berbuat sesuka hati tanpa sadar bahwa dahsyatnya kekufuran hanya memuluskan jalan menuju Neraka Jahannam.." (Hellacious Infidel). Wah, dari perjalanan ini pun saya mendapatkan pelajaran, apapun yang diberikan adalah yang terbaik, walau itu sebuah kehancuran, karena hanya dengan itulah saya bisa belajar. Tanpa sadar, berjalan kaki santai sambil melihat-lihat, sampailah kami di tujuan kami: Jembatan Siti Nurbaya.
The Old Lamp

Saya berkata kepada Rudi: Kau lihat Ban? Jembatanku gak dihancurin Allah..!. Saya sangat menyukai jembatan ini, dari mulai arsitekturnya, letaknya di dekat muara yang apabila kita menghadap kearah barat disore hari saat matahari tenggelam, kita akan menyaksikan pemandangan sunset yang indah, juga cafe yang ada di pinggiran sungai dibawah jembatan. Sore itu akhirnya kami memtuskan untuk ngopi di The Fourth Avenue Cafe, dulunya waktu pertama kesini, cafe ini menyuguhkan live musik yang terletak agak ketengah air, maklum, stage nya dibangun ditengah air, tapi sekarang sudah tidak ada lagi, mungkin karena gempa itu juga. Hmm, tak apalah, toh sekarang ngopinya juga masih diiringi live musik kok, bedanya, sekarang hanya live piano yang dibawakan seorang laki-laki tua, lagu-lagunya blues dan beberapa jazz, hehe. Coffee Latte + Live Music dipinggiran pelabuhan, wah, itu baru namanya komplit. Sambil melihat jembatan itu lagi dari bawah, saya dalam hati berucap, akhirnya dapat kembali lagi ke tempat ini, ke jembatan ini, terima kasih ya Allah.
Bersandar PadaMu

Air Manis

Batu Si Malin Kundang

Bisa dibilang, tempat ini adalah obsesi teman kribo saya, Rudi. Katanya dia ingin melihat gimana sih akibatnya kalau melawan orang tua itu, katanya jadi batu ya? Berkali-kali juga saya bilang, huh, itu cuma cerita rakyat, kalau melawan orang tua hukumannya jauh lebih berat dari itu. Contohnya ya kita, coba kita lihat balik, dulunya kita berada dalam perutnya selama 9 bulan, kalau difikir-fikir, hal itu pasti sangat merepotkan sekali, bayangkan semua aktivitas yang dilakukannya sambil membawa beban juga makanan yang dimakannya yang juga tak sepenuhnya untuk dirinya, dan apabila saat melahirkan, walaupun kita takkan pernah tahu bagaimana rasa sakitnya, tapi yang kita dengar dari mereka itu sangat menyakitkan dan kita semua tahu bahwa dia sedang mengambil resiko antar hidup dan mati untuk melahirkan bayinya, nah sekarang coba lihat diri kita sendiri, apa pernah kita membahagiakannya sampai mengambil resiko hidup dan mati? Padahal dia sudah melakukannya untuk kita, dan tak seorang pun didunia ini selain ibu kita sendiri yang mampu melakukan hal hebat seperti itu. Yang jelas, kita belum pernah membahagiakan mereka, apa kau mengerti Kribo? Lantas Rudi balik bertanya: trus kenapa kita gak jadi batu? saya jawab: ya iyalah, itu artinya masih ada kesempatan didunia ini untuk membuat emak kita tersenyum..!
Pulau Pisang
Di Balik Awan
Pantai air manis, tampat legenda Si Malin Kundang terjadi, entah itu sebuah kebenaran atau hanya omong kosong, semoga kita percaya akan kehebatan Tuhan. Daerah ini berjarak sekitar 15 kilometer dari kota Padang. Panoramnya indah, dikelilingi pohon-pohon cemara pantai. Angin pantai yang berhembus membuat kami tak sabar ingin berenang. Yang menambah keindahan pantai Air Manis ini adalah objek wisata batu Si Malin Kundang, batu yang diyakini warga sebagai wujud Malin yang dikutuk ibunya. Sekarang kondisinya mulai rusak. Ada juga dua pulau kecil yang bisa diseberangi dengan berjalan kaki, karena apabila air sedang surut airnya hanya sampai lutut. Pulau Pisang yang disebelahnya agak jauh, harus menyewa sampan. Tempat ini sangat cocok untuk melepas penat, karena keindahan alamnya yang tak tersentuh serta airnya yang jernih.

Baban

Wah, tak terasa sudah sore, saatnya pulang, berkemas, atau besok pagi kami akan ketinggalan Bus tujuan Rantauprapat, ya, akhirnya perjalanan kami akhiri, tak sekedar liburan pelepas penat, tapi sungguh kami banyak mendapat pelajaran dari perjalanan ini, terimakasih ya Allah.

Journal: The End

Minggu, 29 Agustus 2010

Journal: Fresh..! part.I

Danau Singkarak
Tak ada habisnya bagi kami berdua keindahan alam Sumatera Barat ini. Keindahan yang begitu alami, bukan buatan manusia, subhanallah. Hari ke-7 di rantau orang, membuat kami makin terbiasa, makin mengerti karakteristik orang-orangnya, gejala-gejala alamnya serta jalur-jalur liar pengembara yang jarang dilalui orang. Keuangan terus saja menipis seiring gilanya naluri bertualang yang tak ada habis-habisnya (padahal dari awal memang tipis, hehe). Tempat-tempat indah di tanah ini seolah-olah memanggil-manggila kami: hey, kenapa kalian tidak kesini? tidak punya nyali ya?. Mendengar itu, kami berdua yang mempunyai prinsip "dimana ada nyali, disitu ada jalan..!" langsung menjawab panggilan itu, tak peduli keuangan hampir habis atau tidak, karena hal itulah yang membuat kami menambah pengalaman dengan membantu seorang petani di Batusangkar dengan mencangkul disawahnya, mengembalakan kerbaunya dan mengangkut padi yang sudah diambil ke penjemuran. Hasilnya lumayan untuk memperluas daerah jelajahan, sekaligus pelajaran tentang sulitnya mencari uang walau hanya sepeser.
Modal yang tak seberapa ditambah nyali yang jauh lebih besar dari modal tadi membuat kami pergi meninggalkan Batusangkar, kota yang penuh cerita historis dan sangat eksotis. Tujuan kami adalah Danau Singkarak. Dari informasi yang kami dapatkan, jarak antara Batusangkar ke danau Singkarak sekitar 1 jam, dengan menumpang bus yang murah.

Danau ini sangat indah, airnya tenang, dingin dan berwarna biru. Airnya jernih, sehingga walaupun kita sudah memandang agak jauh, kita masih dapat melihat ikan-ikan berenang. Tak sabar kami ingin melompat kedalamnya. Masyrakat sekitar menjual ikan khas tangkapan yang hanya ada di danau Singkarak dan danau Maninjau, ikannya kecil-kecil, rasanya gurih, seperti ikan air laut tapi ukurannya lebih kecil.
Karena danau ini cukup besar, jadi ada beberapa aliran keluar yang menjadi sungai. Sungai-sungai itu juga sangat jernih, tipikal sungai-sungai di daerah Sumatera Barat yang kami perhatikan adalah berbatu-batu besar dan berarus deras. Melihat sungai-sungai yang indah itu, saya sempat teringat dengan sungai yang ada kampung halaman ayah saya, Tantaman, sekitar 2 jam dari Bukittinggi, sungainya sangat indah, dulu saya kesana sewaktu berumur sekitar 12 tahun. Pagi itu, ayah mengajak saya keluar dari rumah tempat keluarga kami menginap. Saya dibawa berkeliling desa dengan berjalan kaki, melihat sawah-sawah yang masih berembun, melewati pinggirannya hingga sampai di pengairan yang berasal dari sebuah sungai jernih berbatu. Kami duduk di sebuah batu besar dipinggir sungai, dia mulai bercerita: Adek, gak boleh jahat sama mama ya, mama itu capek lho, lihat, dia nyiapin makan kita, ngurusin rumah dan banyak lagi yang dikerjakannya, harus nurut sama apa yang dibilangnya, gak boleh melawan dan jangan buat dia sedih. Saya hanya diam. Melihat ekspresi saya, ayah hanya tersenyum kecil dan meletakkan tangannya dibahu saya dan menepuk-nepuknya, itu memang kebiasaannya, hanya begitu tapi bagi saya penuh arti. Dia melanjutkan ceritanya: waktu kecil, papa sama kawan-kawan mainnya disini, dulu gak ada uang jajan, pulang sekolah bawa kerbau makan dan memandikannya disini, sambil menunggu kerbaunya berendam kami bermain suling. Dalam hati saya hanya berfikir, pantas saja orang yang menjadi ayahku ini memiliki cita rasa seni yang mengagumkan. Di tempat yang indah seperti ini, walau hanya duduk mengamati aliran sungai yang jernih dengan bebatuan besar dan udara yang sejuk, pastilah akan terlahir inspirasi bermusik. Sayangnya bakat seni miliknya itu tak turun kepada saya, yang dari kecil hidup di kepadatan kota yang membosankan.
Begitulah cerita tentang danau Singkarak dan sungainya. Puas merasakan sejuknya air yang tenang, kami menginginkan sesuatu yang lebih ribut, brguncang dan menguji nyali. Tujuan selanjutnya adalah Lembah Anai. Lembah Anai adalah air terjun yang terletak sekitar 1 jam dari Bukittinggi dan 1,5 jam dari Batusangkar. Saat itu perjalan kami mulai dari Bukittinggi, informasi yang kami dapatkan: pengangkutan mulai jarang ke daerah itu disebabkan pegunungan yang longsor, jadi beberapa perusahaan pengangkutan mengubah jalurnya. Beberapa hari terakhir memang sering hujan, jadi semakin sulit saja mencari angkutan yang melewati lembah Anai, padahal jalur tersebut adalah jalan lintas yang menghubungkan Bukittinggi dangan Padang. Kami terus saja mencari inforamasi di terminal bus Bukittinggi hinga mendapatkan satu angkutan yang kesana. Jalan menuju lembah Anai sangat berkelok, naik turun dan dipenuhi jurang. Nyali kami betul-betul diuji.
Lembah Anai
Udara disini sangat dingin, kami putuskan untuk tidak mandi dan hanya mencuci muka saja. Saat asik bermain air, tiba-tiba seorang warga asing (turis) menyapa kami: hai, asli minangkabau? (dengan bahasa Indonesia yang sangat buruk dan kami yakin dia tidak tahu apa yang dikatakannya). Rudi yang aneh dan berfikiran jahil menjawab: ngomong opo koe?, saya melirik Rudi, dalam hati: sial, kenapa anak kribo ini malah menjawab dengan bahasa Jawa?. Si bule tampak makin heran, lalu cepat-cepat Rudi berkata: anda dari mana? si bule: sorry? Rudi: where do you come from? si bule: oh, America, sorry i can't speak Indonesian, just a little bit. Yah, saat itu pun terjadilah perkenalan, namanya Dean, dari Amerika, seorang Backpacker juga, tapi ya jauh lebih ekstrim dari kami. Saya meninggalkan Rudi dan Dean bercakap-cakap, saya mencari makanan ringan lagian saya memang tidak mahir berbahasa Inggris, beda dengan Rudi, di Bukittinggi saja dia juga berteman dengan seorang Swedia. Asik sekali melihat mereka berbicara tapi karena sudah agak sore saya mengajak Rudi pulang. Cerita apa saja tadi Ban (panggilan Rudi). Banyak, malah kita udah tukeran myspace, hehe. Dia mau ke merapi, tracking, trus aku bilang di Sumatera Utara juga ada yang bagus, Sibayak, eh malah katanya dia udah pernah.

Perjalanan mendatangi air yang tenang dan yang menggelegar sudah terlasksanakan. Cukup puas, tapi perjalanan belum berakhir. Selanjutnya, menutup perjalanan yang panjang, kami mendatangi kota Padang, dulu saya pernah berjanji akan kembali ke kota ini. Next post..! Salam Jepret..!