Jumat, 29 Juli 2011

Untitled

Waktu menunjukkan pukul 19.15, kali ini aku memenuhi undangannya lagi, aku datang lebih awal, sangat tepat waktu bahkan sebelum dia mempersiapkan kopi Sidikalang panasnya di depan teras yang langsung menghadap ke perbukitan itu. Kutunggu dia beberapa menit, hingga akhirnya tampak sesosok lelaki tua dengan pakaian kaos putih polos dan menggunakan sarung, sangat terlihat malas, seperti biasa, seolah dia yang beberapa kali kutemui belakangan ini bukanlah seorang yang dulunya sangat hebat. Saat datang ke rumah yang terbuat dari kayu dengan model rumah panggung zaman penjajahan itu, aku sudah menunggunya beberapa menit, duduk di lantai kayu, melihat ke perbukitan yang sunyi. Dia menghampiri kursi kebesarannya itu, tak menghiraukan keberadaanku dan mulai mengeluarkan sebatang Dji Sam Soe dari kaleng bulat kecil dan memantiknya, terlihat betapa dia menikmati hisapan pertama di tengah malam yang dingin itu.

Aku terdiam lagi, tapi kali ini aku berjanji untuk memulai pembicaraan: datang menghampirinya dan mengambil sebuah kursi yang berdekatan dengannya. Kuberikan senyum seadanya, begitu juga dengan senyum seadanya miliknya. Aku kalah lagi, dia memulai pembicaraan dengan bertanya: mengapa kau pulang?. Kujawab dengan hormat, kali ini aku pulang untuk berziarah ke makam ayahku. Apakah kau sudah melakukannya? tanyanya lagi. Sudah, kemarin aku sudah berziarah, dan akan kuulangi besok sebelum kembali ke kota tempatku menuntut ilmu. Suasana menjadi hening lagi, apakah ini akan lama? tanyaku dalam hati. Seperempat jam kemudian kuberanikan diri untuk memulai pembicaraan lagi, kukatakan bahwa kali ini semuanya berjalan lancar. Sekali lagi, kulihat senyum seadanya yang kurasa di dunia ini hanya lelaki tua dengan setelan malas ini pemiliknya. Kali ini aku berhasil menahan semua air mataku, dengan pasti, walau awalnya sulit, aku takkan mengeluarkannya walau sedikit.

Aku pamit pulang, karena sudah kusampaikan semua padanya dan telah habis secangkir kopi panas itu. Saat melangkah di anak tangga pertama dia berkata pelan: aku tak pernah begitu mempercayaimu, lakukan dengan baik dan satu hal lagi, aku juga mengenal dia (ayahmu). Aku tak menoleh lagi, kebahagiaan ini sangat aneh bahkan membuat aku ingin menangis, tetapi dengan kekuatan baru ini, aku dapat melangkah dengan senyuman. Terima kasih pak tua.

"Mengapa pada dirimu saja hal ini bisa jadi sangat keren..?"

Minggu, 10 Juli 2011

Dear Mogerz..!

Ombat, Tengkorak

FISABILILLAH..! Teringat growl khusus para dedengkot grindcore. Hmm, sudah lama sekali saya tidak blogging nih, maklum trio Kribo sudah menyelesaikan tugasnya mengisi liburan saya yang sangat "gila". Nanti kalau ada kesempatan saya mau posting liburan gila-gilan kami, hehe. Pada kesempatan kali ini saya cuma mau cerita tentang kekaguman saya pada beberapa pandangan. Beberapa pandangan yang bagi sebagian orang dinilai gila, radikal, aneh mungkin juga positif atau negatif.

Pict. Source
Beberapa waktu yang lalu, udah agak lama sih, waktu ngaskus, saya cek thread baru di forum Metal. Sempat ngiri juga liat thread tentang Java Rockin'land, kenapa sih gak mampir ke Medan, hehe. Kebetulan saat itu liat judul thread yang judulnya Disela-sela Konser Musik Metal Merekapun Sholat Berjamah. Memang thread yang itu bukan bagian dari sederetan acara Java Rockin'land, melainkan konser metal dengan band-band underground. Beberapa yang nampil yaitu Purgatory, The Roots of Madinah, Qishas, Gunxrose dan lain-lain. Tidak terlalu aneh menurut saya yang mereka lakukan, walaupun beberapa teman saya terkejut membacanya karena mereka merasa aneh melihat anak-anak metal yang penampilannya mengerikan dengan musik yang cadas ternyata shalat jika telah tiba waktunya.

Yah, mungkin teman-teman saya itu menganggap metal itu sesat, musiknya kaum marjinal, identik dengan kemarahan dan lainnya. Hmm, sebaiknya mereka dengarkan dulu apa yang disampaikan mereka, baru menilai. Misalnya saja Tengkorak, band ini paling semangat menurut saya dalam menyampaikan semangat Islam dan Purgatory yang sering mengatakan: terserah mau dianggap dakwah atau apa, yang penting kami hanya ingin maksud dari musik kami tersampaikan. Terbukti dengan lirik-lirik mereka yang sering diambil dari ayat Quran dan pengajian rutin yang mereka lakukan.

Pict. Source
Kemarin juga waktu nge-blog, saya mampir ke blognya mas Brigadir Kopi, yang ternyata juga seorang Moggers (menurut saya sih, hehe). Beliau suka nulis tentang Islam, pandangan saya banyak terbuka setelah baca artikel-artikelnya yang sangat objektif. Saya sangat menyukai pandangan yang sangat objektif, oleh karena itu saya sangat melihat perbedann antara orang yang hanya terdoktrin dan orang yang belajar memahami. Karena pada fitrahnya, kita sebagai manusia adalah mahluk yang harus terus belajar dengan kritis. Di salah satu tulisan mas Brigadir Kopi saya melihat gambar jari telunjuk megacung, yang melambangkan satu, ketauhidan yang satu, pada Allah. Beliau mengingatkan jangan meniru-niru salam tiga jari ala metal yang sesat itu, karena pada dasarnya itu melambangkan pemujaan setan (wah-wah, jadi ngeri nih, sekedar pose gaya aja bisa gitu artinya). Salam tauhid satu jari ini sering lho ditunjukin sama Purgatory, Tengkorak dan yang lainnya, kemarin gak sengaja nonton video mereka, gak seperti musisi metal lain yang bangga ngacungin tiga jarinya.

Yah, mungkin beberapa dari kita juga merasakan kebosanan seperti saya yang suka dengar musik, tema-nya pasti cinta melulu, padahal-kan cinta sesama manusia itu hanya sedikit sekali dari seluruh bagian hidup yang diberikan Tuhan. Jadi gak pantes dong kita mendengarkan sesuatu yang indah yang isinya hanya tentang manusia dengan manusia dalam kehidupan yang sebenarnya adalah fana. Kalau kata teman saya sih, jikalau kita rasa akhirat itu memang ada seperti halnya disaat siang kita merasa sebentar lagi akan malam, pasti kita gak sempat-sempatnya deh melakukan hal lain selain ibadah. Kata-kata itu selalu membuat saya bercermin, melihat diri saya yang hobi buang-buang waktu, seolah-olah hidup masih panjang. Wallahua'lam, semoga kita terus belajar untuk mencari kebenaran bukan melakukan pembenaran terhadap diri sendiri. "Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.." [Quran, 2:32].

"Metal itu identik dengan kemarahan, tapi itu adalah ekspresi jiwa yang tidak dibuat-buat.." -Thufail Al-Ghifari, TROM

Jumat, 01 Juli 2011

Kribo Invasion

Jangan muntah dulu setelah lihat gambar mereka, kali ini saya hanya ingin menceritakan tentang liburan teman-teman saya yang sepertinya akan mengganggu liburan saya sendiri. Siapakah mereka (yang berpose seperti pemuda dalam film India) itu. Ya, mereka bisa disebut kawanan pengacau yang dipimpin oleh Baban alias Yakuza alias Rudi (yang ditengah). Pada musim liburan kali ini, sebetulnya saya akan menggunakan waktu yang luang untuk finishing Master Piece saya yang membuat saya tidak pulang kampung ke Rantauprapat. Melihat keadaan itu, Baban yang juga sedang liburan memutuskan untuk mengajak gengnya datang ke tempat saya di Medan untuk seperti biasa, mengajak saya melakukan hal-hal gila. Entah rencana busuk macam apa yang sudah mereka persiapkan setelah sampai di rumah saya (yang rapi ini) hari Senin nanti. Sebetulnya, kedua orang prajurit Baban tersebut termasuk teman akrab saya waktu SMA, hanya saja mereka sangat aneh tidak seperti saya yang baik hati ini (amin), hehe. Kalau begitu, saya perkenalkan saja mereka satu persatu.

Untung

Nama yang sangat menyedihkan, memang sekilas nama ini mewakilkan sifat-sifat surgawi yang menyenangkan, tetapi sebetulnya Untung sendiri adalah yang paling sering kena sial kalau kita lagi kumpul bareng. Ini adalah kali pertamanya ke Medan, untuk itu dia sudah mengumpulkan referensi baik dari dunia maya maupun dunia gaib (karena tampangnya sedikit gaib) tentang tempat yang akan didatanginya nanti apabila telah sampai. Berbadan paling gempal diantara semuanya yang ceking-ceking. Sangat tergila-gila dengan Bollywood dan musik dangdut. Konon hanya simpanse sekelas Babon yang mampu menyamai selera makannya.

Baban

Mungkin bagi beberapa pembaca blog saya sudah tidak aneh lagi melihat sosok yang urakan ini. Ya, Baban memang beberapa kali muncul di postingan saya terutama postingan-postingan tentang petualangan dan pengalaman backapacker saya bersamanya. Kemampuan survivalnya dalam hal backpackeran sudah tidak diragukan lagi. Kaki-kaki kecilnya pernah dipakai untuk berjalan sepanjang 15 Km dengan hanya minum 1 liter air mineral. Beberapa orang gila yang sering berlewatan di kota Rantauprapat sering menjadi objek foto Baban, sampai suatu hari dia bercerita kepada saya betapa terinspirasinya dia melihat objek fotonya tersebut. Satu ungkapan yang sangat saya sukai dan sering saya kutip dari Baban: "kalau mau gratis, pura-pura jadi orang gila lah..!".

Sugiharto Tri Prasetyo

Dia selalu minta kalau menulis namanya harus lengkap, entah apa alasannya, padahal wajahnya saja serasa kurang lengkap komponennya, hehe. Orang ini sangat ahli dalam negosiasi dan moneterisasi, terbukti dengan seringnya saya melihat dia bertegang urat dengan Baban dan Untung yang sering meminjam uangnya. Kemarin Sugi memberikan konfirmasi ulang kepada geng Kribo tentang keikut sertaannya, karena kemungkinan dia tidak jadi ikut karena sudah diterima sebagai salah satu karyawan di perkebunan, huh, contoh sarjana yang tidak sempat menganggur nih.

Itulah mereka dengan hal-hal durjana yang menyertainya. Terakhir mereka mengirim saya pesan hanya berisi: we will rock your day. Pasti akan ada kegilaan pada liburan kali ini dan semoga mereka tidak turut serta memporak-porandakan kontrakan saya dan bersikap manis layaknya pegawai di hari gajian. :)