Rabu, 25 Juli 2012

Kisah Bocah Misterius

Ini artikel copy-paste pertama saya. Cukup membuat saya berfikir benarkah selama hidup ini kita menjalani beberapa kali Ramadhan, atau hanya ritual ikut-ikutan saja?. Silahkan dibaca.

Bocah itu menjadi pembicaraan dikampung Ketapang. Sudah tiga hari ini ia mondar-mandir keliling kampung. Ia menggoda anak-anak sebayanya, menggoda anak-anak remaja diatasnya, dan bahkan orang-orang tua. Hal ini bagi orang kampung sungguh menyebalkan.

Yah, bagaimana tidak menyebalkan, anak itu menggoda dengan berjalan kesana kemari sambil tangan kanannya memegang roti isi daging yang tampak coklat menyala. Sementara tangan kirinya memegang es kelapa, lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat diplastik es tersebut.

Pemandangan tersebut menjadi hal biasa bila orang-orang kampung melihatnya bukan pada bulan puasa! Tapi ini justru terjadi ditengah hari pada bulan puasa! Bulan ketika banyak orang sedang menahan lapar dan haus. Es kelapa dan roti isi daging tentu saja menggoda orang yang melihatnya. Pemandangan itu semakin bertambah tidak biasa, karena kebetulan selama tiga hari semenjak bocah itu ada, matahari dikampung itu lebih terik dari biasanya.

Luqman mendapat laporan dari orang-orang kampong mengenai bocah itu. Mereka tidak berani melarang bocah kecil itu menyodor-nyodorkan dan memperagakan bagaimana dengan nikmatnya ia mencicipi es kelapa dan roti isi daging tersebut. Pernah ada yang melarangnya, tapi orang itu kemudian dibuat mundur ketakutan sekaligus keheranan. Setiap dilarang, bocah itu akan mendengus dan matanya akan memberikan kilatan yang menyeramkan.

Membuat mundur semua orang yang akan melarangnya. Luqman memutuskan akan menunggu kehadiran bocah itu. Kata orang kampung, belakangan ini, setiap bakda zuhur, anak itu akan muncul secara misterius. Bocah itu akan muncul dengan pakaian lusuh yang sama dengan hari-hari kemarin dan akan muncul pula dengan es kelapa dan roti isi daging yang sama juga! Tidak lama Luqman menunggu, bocah itu datang lagi. Benar, ia menari-nari dengan menyeruput es kelapa itu.

Tingkah bocah itu jelas membuat orang lain menelan ludah, tanda ingin meminum es itu juga. Luqman pun lalu menegurnya.. Cuma,ya itu tadi,bukannya takut, bocah itu malah mendelik hebat dan melotot, seakan-akan matanya akan keluar. “Bismillah.. .” ucap Luqman dengan kembali mencengkeram lengan bocah itu. Ia kuatkan mentalnya. Ia berpikir,kalau memang bocah itu bocah jadi-jadian, ia akan korek keterangan apa maksud semua ini.

Kalau memang bocah itu “bocah beneran” pun, ia juga akan cari keterangan, siapa dan dari mana sesungguhnya bocah itu. Mendengar ucapan bismillah itu, bocah tadi mendadak menuruti tarikan tangan Luqman. Luqman pun menyentak tanggannya, menyeret dengan halus bocah itu, dan membawanya ke rumah. Gerakan Luqman diikuti dengan tatapan penuh tanda tanya dari orang-orang yang melihatnya. “Ada apa Tuan melarang saya meminum es kelapa dan menyantap roti isi daging ini? Bukankah ini kepunyaan saya?” tanya bocah itu sesampainya di rumah Luqman, seakan-akan tahu bahwa Luqman akan bertanya tentang kelakuannya.

Matanya masih lekat menatap tajam pada Luqman. “Maaf ya, itu karena kamu melakukannya dibulan puasa,” jawab Luqman dengan halus,”apalagi kamu tahu, bukankah seharusnya kamu juga berpuasa? Kamu bukannya ikut menahan lapar dan haus, tapi malah menggoda orang dengan tingkahmu itu..” Sebenarnya Luqman masih akan mengeluarkan uneg-unegnya, mengomeli anak itu. Tapi mendadak bocah itu berdiri sebelum Luqman selesai. Ia menatap Luqman lebih tajam lagi.

“Itu kan yang kalian lakukan juga kepada kami semua! Bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal ini ketimbang saya..?! Kalian selalu mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup dibawah garis kemiskinan pada sebelas bulan diluar bulan puasa? Bukankah kalian yang lebih sering melupakan kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan kami? Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan melupakan kami yang sedang menangis? Bukankah kalian yang selalu berobat mahal bila sedikit saja sakit menyerang, sementara kalian mendiamkan kami yang mengeluh kesakitan hingga kematian menjemput ajal..?! Bukankah juga di bulan puasa ini hanya pergeseran waktu saja bagi kalian untuk menahan lapar dan haus? Ketika bedug maghrib bertalu, ketika azan maghrib terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian…!?” Bocah itu terus saja berbicara tanpa memberi kesempatan pada Luqman untuk menyela.

Tiba-tiba suara bocah itu berubah. Kalau tadinya ia berkata begitu tegas dan terdengar “sangat” menusuk, kini ia bersuara lirih, mengiba. “Ketahuilah Tuan.., kami ini berpuasa tanpa ujung, kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya bulan puasa, lantaran memang tak ada makanan yang bisa kami makan. Sementara Tuan hanya berpuasa sepanjang siang saja.

Dan ketahuilah juga, justru Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan lah yang menyakiti perasaan kami dengan berpakaian yang luar biasa mewahnya, lalu kalian sebut itu menyambut Ramadhan dan ‘Idul Fithri? Bukankah kalian juga yang selalu berlebihan dalam mempersiapkan makanan yang luar biasa bervariasi banyaknya, segala rupa ada, lantas kalian menyebutnya dengan istilah menyambut Ramadhan dan ‘Idul Fithri? Tuan.., sebelas bulan kalian semua tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada kepedulian yang seadanya pula. Tuan.., kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan ramadhan ini. Apa yang telah saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang kecil seperti kami…! Tuan.., sadarkah Tuan akan ketidak abadian harta?

Lalu kenapakah kalian masih saja mendekap harta secara berlebih? Tuan.., sadarkah apa yang terjadi bila Tuan dan orang-orang sekeliling Tuan tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat? Bahkan, berlebihannya Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan bukan hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa dan maksiat.. Tahukah Tuan akan adanya azab Tuhan yang akan menimpa? Tuan.., jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi.

Tuan…, jangan merasa perut kan tetap kenyang lantaran masih tersimpan pangan ‘tuk setahun, jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah menyatu dengan bumi kelak….” Wuahh…, entahlah apa yang ada di kepala dan hati Luqman. Kalimat demi kalimat meluncur deras dari mulut bocah kecil itu tanpa bisa dihentikan. Dan hebatnya, semua yang disampaikan bocah tersebut adalah benar adanya! Hal ini menambah keyakinan Luqman, bahwa bocah ini bukanlah bocah sembarangan. Setelah berkata pedas dan tajam seperti itu, bocah itu pergi begitu saja meninggalkan Luqman yang dibuatnya terbengong-bengong.

Di kejauhan, Luqman melihat bocah itu menghilang bak ditelan bumi. Begitu sadar, Luqman berlari mengejar ke luar rumah hingga ke tepian jalan raya kampung Ketapang. Ia edarkan pandangan ke seluruh sudut yang bisa dilihatnya, tapi ia tidak menemukan bocah itu. Di tengah deru nafasnya yang memburu, ia tanya semua orang di ujung jalan, tapi semuanya menggeleng bingung. Bahkan, orang-orang yang menunggu penasaran didepan rumahnya pun mengaku tidak melihat bocah itu keluar dari rumah Luqman! Bocah itu benar-benar misterius! Dan sekarang ia malah menghilang! Luqman tidak mau main-main. Segera ia putar langkah, balik ke rumah. Ia ambil sajadah, sujud dan bersyukur.

Meski peristiwa tadi irrasional, tidak masuk akal, tapi ia mau meyakini bagian yang masuk akal saja. Bahwa memang betul adanya apa yang dikatakan bocah misterius tadi. Bocah tadi memberikan pelajaran yang berharga, betapa kita sering melupakan orang yang seharusnya kita ingat..

Yaitu mereka yang tidak berpakaian, mereka yang kelaparan, dan mereka yang tidak memiliki penghidupan yang layak. Bocah tadi juga memberikan Luqman pelajaran bahwa seharusnya mereka yang sedang berada diatas, yang sedang mendapatkan karunia Allah, jangan sekali-kali menggoda orang kecil, orang bawah, dengan berjalan membusungkan dada dan mempertontonkan kemewahan yang berlebihan. Marilah berpikir tentang dampak sosial yang akan terjadi bila kita terus menjejali tontonan kemewahan, sementara yang melihatnya sedang membungkuk menahan lapar.

Luqman berterima kasih kepada Allah yang telah memberikannya hikmah yang luar biasa. Luqman tidak mau menjadi bagian yang Allah sebut mati mata hatinya. Sekarang yang ada dipikirannya sekarang , entah mau dipercaya orang atau tidak, ia akan mengabarkan kejadian yang dialaminya bersama bocah itu sekaligus menjelaskan hikmah kehadiran bocah tadi kepada semua orang yang dikenalnya, kepada sebanyak-banyaknya orang.

Kejadian bersama bocah tadi begitu berharga bagi siapa saja yang menghendaki bercahayanya hati. Pertemuan itu menjadi pertemuan yang terakhir. Sejak itu Luqman tidak pernah lagi melihatnya, selama-lamanya. Luqman rindu kalimat-kalimat pedas dan tudingan-tudingan yang memang betul adanya. Luqman rindu akan kehadiran anak itu agar ada seseorang yang berani menunjuk hidungnya ketika ia salah.

Minggu, 22 Juli 2012

gak sabar..

 

Sedikit kaget sih waktu tau si Takeru (pemeran Masked Rider Den-O) yang memerankan Kenshin. Tapi kalau dilihat karater wajah dan badannya sih mirip. Aah, entah kapan diputar di Indonesia, padahal udah gak sabar mau nonton, hehe.

Jumat, 20 Juli 2012

Clue #3: The Hard Way to be a Gurobha

I pray to Allah,
To make me into a different,
To make me be a tiny fraction of the many,
To eliminate the fear that surrounded..

I will try..
May be I'll fall,
May be bloody,
But I'm sure will dominate..!

Kamis, 12 Juli 2012

Goodbye..


Rasanya ingin kuucapkan sekarang saja, karena sekarang kurasa lebih mudah daripada Senin depan. Tak bisa kupungkiri ini adalah hal terhebat yang telah mengajari aku banyak hal, teman-teman terbaik, etos terbaik, konflik terbaik, bahkan candaan terbaik. Aku juga tak menyangkal rezeki yang bagiku terlalu besar untuk ukuranku saat ini, aku hampir tak punya alasan yang dapat diterima orang-orang sekelilingku. Tapi bagaimanapun, aku masih terlalu penasaran dengan dunia, aku seperti selalu dihantui oleh pemikiranku, aku masih terlalu yakin bahwa aku butuh ribuan percobaan lagi dalam hidup, aku masih belum menginginkan kenyamanan. Maaf karena aku tak peduli dengan tanggapan orang-orang yang mengatakan aku bodoh karena "melepaskan", tapi aku semakin yakin aku memang benar-benar bodoh, jadi aku memutuskan untuk belajar hal-hal lebih banyak lagi, "mencoba diriku" lagi. Terima kasih..

Selasa, 10 Juli 2012

akhirnya approve juga, selanjutnya pasti lebih baik..!

Beberapa hari lagi untuk meninggalkan kesan terbaik, karena masih ada kewajiban juga sih, hehe.. :)

Young Rangers, kalian rekan-rekan profesional terbaik, jaga terus tradisi kita..!

#gaknangiskok

Jumat, 06 Juli 2012

Mengapa Harus Repot-Repot?

Kali ini saya cuma mau cerita gak jelas, yah cuma seputar pembicaraan saya dan beberapa teman kantor tadi pas makan siang. Awal cerita, tadi kita lagi bahas-bahas acara ngumpul gitu sih buat besok, ada rencana mau ngeramein warung bakso dan mie ayam adik teman saya yang baru buka. Kami semua diundang oleh dia dan dijanjiin gratis, hehe. Kebiasaan buruk apalagi sama kakak-kakak bagian teller kalau udah ngegosip, riuh banget, seolah-olah rumah makannya punya mereka. Kami yang laki-laki biasanya cuma nunduk-nunduk aja liat tingkah mereka, ketawa sesuka hati, gosipin orang, dan sebagainya. Entah kenapa niat gangguin saya tiba-tiba muncul di pembicaraan mereka dan langsung nanya ke saya: besol pergi sama siapa Yud?. Saya terdiam sebentar, lalu saya jawab, ya sama yang lain lah rame-rame, tu sama bang Erwin yang rakus, hehe. Maksudnya bukan yang itu, tapi yang "ituuu" loooh, masa udah lama gini gak pernah dikenalin ke kita?. Hah, siapa? emakku? jawab saya. Aah, pura-pura bego, gak mungkin belum ada, kalo gitu kakak ndaftar ya, haha, katanya. Buset..! ingat umur kak, haha..! iya bener, gak ada, jawab saya. Hmm, gak percaya, atau kamu gak suka sama cewe ya? tanyanya mengganggu. Suembarangan..! enak aja ngomong, bikin malu aku aja nih kakak, rame nih..! balas saya. Trus kenapa gak dicari, tanya lagi. Karena gak mau, jawab saya. Tuuuh kaaan, beneeer, balasnya menggoda. Bukan ituuu, huuuh..!

Gosipin orang memang udah jadi makanan sehari-hari mereka, walaupun kadang saya juga ikutan nimbrung, tapi kalau udah ngarah ke mojok-mojokin saya biasanya saya diam aja lah, mereka gak ada ampun kalau udah urusan gangguin orang. Akhir-akhir ini mereka memang selalu penasaran dan ingin tau, tapi saya nanggepinnya cuek aja. Saya memang tidak memikirkan tentang ini, karena menurut saya masih sangat banyak urusan yang lebih penting daripada hal-hal begitu. Saya tidak mau munafik dengan ngomong tentang hukum-hukum atau apalah, soalnya masa lalu saya juga tidak terlalu bersih. Saya hanya berusaha sebisa mungkin tidak melakukan sesuatu karena yang pada awalnya saya tidak tau menjadi tau. Lagian, kalau difikir-fikir lebih jauh lagi sih, kan itu semua memang merepotkan, bayangkan kita tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri tetapi juga memikirkan kepentingan orang itu, belum tentu kita betul-betul dengan baik memberikan yang terbaik untuk diri kita, ini malah harus membaginya dengan orang lain. Bagaimanapun mungkin ini juga menyangkut masalah prioritas, tentang siapa yang diutamakan, diri kita sendiri atau orang lain. Kalau saya sih lebih berfikir, saya harus memberikan yang terbaik untuk diri saya dengan cara meraih cita-cita dan berusaha sebaik mungkin, untuk itu hal-hal seperti itu bisa menghambat apa yang kita tuju. Bukankah dengan membagi-bagi atensi dapat membuyarkan fokus kita terhadap satu hal?. Lebih jauh lagi, tidak hanya tentang hal-hal serius, tapi dengan banyak hal, misalnya bagi yang seneng liburan, kalau kita sendirikan tentu kita tidak direpotkan dengan hal-hal yang harus disesuaikan dengan orang lain, misalnya contohnya ke saya nih, kalau liburan ke suatu tempat itu sengengnya ngasal aja, gak mikirin penampilan, jalan kaki jauh-jauh kesana-kemari, jaga image dan segala macam bahkan tidurnya pernah cuma di SPBU, haha. Bayangkan hal-hal bebas semacam itu tidak ada, tentu tidak seru lagi.

Balik lagi ke masalah prioritas, setelah mengutamakan diri saya, saya juga lebih memilih keluarga sebagai teman dan sahabat terdekat. Kalau ditinjau logisnya sih, ngapain coba harus dengan orang lain yang jelas kita baru bertemu dengannya di usia tertentu, sementara itu masih ada ibu di rumah yang sering melamun gak ada kerjaan, saat itu kita mungkin sedang asyik bakar-bakar ayam  di rumah temen, main kartu, ke mall, karaokean, main Chicken Trial Game (hiks, sorry Mom, suka lupa waktu), macam-macam lah. Padahal sebelum kita punya teman atau sahabat yang kita anggap terbaik itu, masih ada dia, sahabat pertama kita, sahabat yang berani berkorban nyawa untuk kita yang tidak pandai berterima kasih ini, bayangkan kemana semua perginya nutrisi makanan yang dimakannya selama mengandung, betapa susahnya hari-hari harus membawa beban berat di perut, berapa banyak darah dan kesakitan yang hampir merebut nyawanya saat melahirkan kita. Bukankah dia adalah sahabat pertama kita? mengapa harus jadi orang yang "punya teman baru, teman yang lama ditinggalkan"?. Saya juga melihat banyak hal ironis, orang-orang yang rela melawan orang tuanya demi yang katanya kekasihnya itu, lebih terbuka dan dekat daripada dengan keluarganya sendiri, padahal kalau ada apa-apa baliknya ke keluarga lagi, ini juga pelajaran buat saya. Mungkin yang lain merasa agak aneh, tapi memang benar menurut saya yang paling cantik di dunia ini cuma ibu saya, hehe, dia sangat cantik karena sabarnya menghadapi anak bebal seperti saya, dia sangat cantik saat menghadapi masalah-masalah saya yang saya hadapi dan ceritakan kepadanya ataupun masalah-masalah di keluarga, dia cantik karena telah memberikan hidupnya untuk saya.

Yah, begitulah, pasti sangat beramacam-macam pandangan tentang ini, bagaimanapun orang menilai saya toh saya tidak pernah peduli, karena saya juga berusaha tidak mencampuri urusan orang lain. Intinya, jalani saja hidup ini dengan usaha terbaik yang bisa kita lakukan, ingat keluarga dan orang-orang terdekat yang ada bersama kita dari lahir sampai sekarang, susah atau senang bersama, insyaAllah, hidup akan lebih indah.

Rabu, 04 Juli 2012

Kyo Daily Notes 06

Tanggal 19 bulan ini, Kyo akan genap 7 bulan bekerja di tempatnya sekarang. Sangat banyak pelajaran dan pengalaman hidup yang didapatkannya selama ini. Bukan hanya itu saja, Kyo juga memiliki rekan-rekan kerja yang kooperatif dan profesional tapi tetap hangat disaat-saat berkumpul bersama. Sisi finansialnya juga sangat berbeda dari sebelumnya saat kuliah dulu, walaupun tahun-tahun terakhir kuliahnya Kyo meminta untuk tidak dikirimi lagi uang bulanan, karena saat itu dia mulai bekerja apa saja yang kecil-kecilan hingga kerja paruh waktu. Saat itu memang terasa sangat pas-pasan untuk Kyo karena penghasilannya yang tak bisa ditentukan sewaktu bekerja paruh waktu dulu harus bisa memenuhi biaya hidupnya sehari-hari serta banyaknya pengeluaran mahasiswa semester akhir. Sekarang, tidak hanya dirinya sendiri, tapi dia juga berusaha membahagiakan ibunya.

Bulan-bulan pertama bekerja bagi Kyo terasa sangat berat, dia yang tidak terbiasa dengan segala urusan pekerjaan di industri perbankan harus belajar lebih giat karena di satu sisi basic pendidikannya bukanlah dari  ekonomi, manajemen, atau akuntansi. Hal itu tidak membuat Kyo patah semangat, karena di kantornya dia memiliki teman-teman yang sangat ramah dan terbuka, sangat jauh berbeda dari pandangan Kyo sebelum masuk bekerja, fikirnya dahulu lingkungan tempatnya bekerja adalah kumpulan orang-orang serius yang penuh dengan obsesi dan persaingan. Semua itu tidak dirasakan Kyo sama sekali, mereka sangat senang menjawab pertanyaan-pertanyaan Kyo, karena saat itu dia belum menjalani pendidikan selama sebulan di ibu kota. Candaan mereka hangat, kepedulian mereka juga tidak dibuat-buat. Satu hal lagi yang menakjubkan dari mereka semua adalah karena mereka juga tidak jauh berbeda dengan Kyo secara latar belakang pendidikan, hampir semuanya dari jalur ilmu pasti, bahkan Bang Ahmad, unit manajer Kyo adalah seorang lulusan teknik mesin. Keakuratan menganalisa, penghitungan dan penyesuaian aset serta mempertimbangkan resiko-resiko kredit dan mengelola portofolio adalah makanan sehari-hari Kyo, walaupun akhir-akhir ini dia mulai membandel dan mengkuti "kebiasaan lama".

Waktu berganti waktu, seiring harinya Kyo mulai menyadari dia adalah sosok yang sangat tidak pernah puas. Walaupun hari-harinya bekerja tidak selalu bisa dibilang dalam keadaan nyaman, tak jarang masalah-masalah diantara mereka timbul, tapi selalu ada penyelesaiannya. Kyo selalu merasa dia sedang terjebak dan memikirkan apakah lebih banyak tantangannya kalau bekerja pada bidang lain. Ditambah lagi karena dia masih berfikir dan hari-harinya selalu terganggu karena pemikiran dan prinsipnya yang tidak sesuai dengan pekerjaan ini. Kyo selalu kagum melihat orang-orang lain yang sukses dengan caranya sendiri berusaha, dengan membuka usaha sendiri lebih tepatnya. Ya, Kyo selalu memendam cita-cita itu, tidak menjadi karyawan siapa-siapa tetapi membuat strategi bisnis sendiri. Seringnya dia membaca majalah SWA tentang young enterpreneur selalu mebuatnya iri, jika mereka yang berhasil itu bisa pasti dia juga bisa, begitu fikirnya. Karena banyak juga dari mereka itu yang memiliki kendala klasik yaitu pemodalan, tetapi itulah perbedaannya antara bisnis konvensional dan kesuksesan mereka sekarang, dimana dulu modal adalah motor pengendali mutlak, sedangkan sekarang bisnis lebih mengutamakan ide atau inovasi dan pentingnya strategi pemasaran. Jadi, dia mulai berfikir, memulai bisnis itu tidak selalu tentang uang yang dimiliki, tetapi apa yang bisa dijual dan orang-orang merasa harus membeli, yang terpenting adalah ide dan inovasi serta tak-tik marketing yang bagus. Kesemua hal itu, mulai dari ketidak cocokan pemikirannya dengan bidang pekerjaannya, kebosanannya yang menjadi-jadi, keinginannya bekerja di tempat lain serta inginnya dia memulai usaha kecil-kecilan, mendorongnya untuk keluar dan meyakinkan dirinya pasti mendapatkan sesuatu yang lebih baik.

Adalah hal yang tidak pernah diceritakan Kyo kepada orang lain selain keluarga dan temannya yang dapat dipercayanya, bahwa dia telah mengajukan surat pengajuan berhenti pertengahan Juni kemarin. Sampai sekarang tidak ada tanggapan sama sekali, baik dari pusat maupun cabang. Di unit Kyo, bang Ahmad yang cukup akrab dengan Kyo mempertanyakan keinginannya, dia juga bertanya apakah kamu sudah punya "cadangan"?. Kyo menjawab, ini semua bukan tentang cadangan bang, ini murni keinginan saya, kehidupan sudah diatur, kalau ingin kebaikan harus dengan usaha mati-matian, jawabnya. Yah, karena respon dari atas juga belum ada, Kyo masih harus bekerja seperti biasa, hal itu mungkin karena belum adanya pengganti untuk posisinya dan diperlukan waktu lagi untuk asesmen atau bahkan rekrut karyawan baru. Sejauh ini, Kyo masih berusaha melakukan kewajibannya dengan baik, tapi hal itu memiliki batas waktu juga tentunya. Jika masih begini untuk waktu yang lebih lama, dia akan straight force saja, karena seperti kata kakaknya Syam, mereka tidak berhak menahan lajunya. InsyaAllah, Ramadhan sudah dengan sesuatu yang lebih baik.

"apapun kerjaannya, hajar terus kuncinya.." -Kyo