Jumat, 08 April 2011

Know?

Di suatu pagi yang cerah, saat itu bagi saya sangat tepat untuk menyiapkan secangkir kopi hangat tanpa latte dan mengurangi jumlah gula dari biasanya (hidup sehat? hehe). Sambil menunggu air yang dipanaskan dalam dispenser, saya keluar rumah dan mulai merasakan sejuknya udara pagi serta berolah raga kecil. Setelah itu, kopi hangat siap menemani santai sejenak sambil menontnon 8.11 Show, acara berita yang akhir-akhir ini menjadi tontonan favorit saya yang walaupun tidak dapat setiap hari saya saksikan. Acara ini tidak saja menyuguhkan berita terkini dan gaya hidup, tapi juga kitchen session dimana chef-chef favorit saya memasak masakan yang terkadang aneh tapi juga sehat. Hal itu sering membuat saya -yang juga hobi masak- penasaran dan mencoba resep mereka, yah tapi kalau budgetnya memungkinkan dan bahan-bahannya mudah ditemukan. Karena pagi itu resep menu makanannya tidak menarik perhatian, saya mengganti channel dengan maksud hanya untuk menunggu acara memasak mereka selesai. Beberapa menit berlalu, saya kembali ke 8.11 Show, ternyata sedang ada dialog dengan seorang psikolog terkait masalah pengembangan diri melalui sikap yang kita ambil. Wah, pembahasan ini sangat membosankan bagi saya, tapi tidak ada salahnya lah melihatnya beberapa menit. Satu hal yang aneh adalah saat narasumber yang seorang psikolog mulai membuka pembicaraannya dengan berkata: Saya tau, masalah seperti ini terdengar membosankan, tapi mungkin sikap yang anda ambil dengan menyaksikan acara ini akan memberikan perubahan dalam diri anda. Saya terprovokasi dengan perkataannya, hehe, tidak banyak yang saya ingat, tapi beberapa materi bagian awal yang sempat menyangkut dalam kepala saya adalah tentang pengelompokan orang. Saya tidak terlalu ingat, jadi mohon maaf kalau penyampaian saya ini terdapat kesalahan (mohon koreksi para master blogger, hehe). Ini dia sedikit cuplikannya:

Dari sikap yang diambil seseorang, sebetulnya manusia dapat dgolongkan kedalam empat jenis:

1. Orang yang tidak tau, apa yang dia tidak tau. Orang ini hidup dalam kekosongan, dia tidak tau harus bagaimana, orang ini tidak tau membutuhkan apa dan juga dia tidak tau mengapa dia membutuhkan sesuatu.

2. Orang yang tidak tau, apa yang dia tau. Sebagian orang yang hanya mengikuti sesuatu tanpa tau mengapa mengikuti hal tersebut dan apa sebetulnya yang dia ikuti itu dapat digolongkan kepada orang yang kedua ini. Contoh gampangnya adalah orang-orang yang terdoktrin akan sesuatu, lalu melakukan hal yang tidak pantas.

3. Orang yang tau, apa yang dia tidak tau. Orang-orang seperti ini selalu mencari tau dan melakukan pembelajaran, dia tau apa yang dia butuhkan, tapi dia belum terlalu mengenal tentang sesuatu tersebut. Biasanya orang seperti ini adalah orang yang akan memasuki tahap selanjutnya, yaitu:

4. Orang yang tau, apa yang dia tau. Orang seperti ini sudah dapat mengambil sikap sesuai pembelajarannya, memikirkan resikonya serta memiliki visi kedepan. Contoh orang seperti ini adalah orang yang mengetahui apa yang disembahnya, dan mengapa dia menyembah itu. Orang-orang seperti ini adalah orang beriman serta memiliki daya fikir logis yang terus terasah karena sikap yang diambilnya.

Yah, hanya itu yang cukup saya ingat (padahal dialognya panjang, hehe). Saat itu dengan bangganya saya langsung merasa berada di posisi ke-4, tapi, sejenak saya terdiam lalu berfikir: benarkah?. Penasaran, saya mulai koreksi diri saya, mengaitkan masalah-masalah saya, meninjau ulang sikap yang saya ambil dan bertukar fikiran dengan mereka memahami masalah ini. Hasilnya, tidak ada dari mereka (yang bertukar fikiran dengan saya) memposisikan saya di posisi ke-4, bahkan beberapa menempatkan saya pada posisi ke-2, dan saya tau mereka semua sangat objektif. Dari hasil koreksi saya dan sebagian besar pendapat mereka saya harus puas berada di posisi ke-3 (salut buat mereka yang ada di posisi ke-4).



mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.." [Quran, 2:32]

18 komentar:

  1. mudah2an aku masuk kedalam golongan ke 4 yachh.....

    BalasHapus
  2. @Nia : Ane juga berharap demikian

    Salam dari Fahri's Articles

    BalasHapus
  3. kalau menurut saya...

    Sikap itu mengalir sesuai situasi dan kondisi

    Kita ini sedang belajar meraba2 kehidupan, kita diperhadapkan terhadap masalah-masalah yang bisa membuat kita terbiasa untuk bisa mengambil sikap. jadi hal yang wajar jika terkadang kita berada di posisi 1, kadang 2 , 3 ataukah 4.

    inimah sotoy saja...

    BalasHapus
  4. >mbak nia: mudah-mudahan juga saya bisa menyusul mbak nya di posisi ke 4 yah..

    >mas fahri: saya ikutan, hehe

    >mbak cyaam: tapi menurut saya mbak, gak pantaslah apabila kita berada pada posisi ke-4 misalnya, lalu kita jatuh ke posisi dibawahnya, karena orang yang belajar selamanya akan belajar, bukan menjadi orang yang diam saja, kalaupun orang pada posisi ke-4 tersebut jatuh atau gagal, sebetulnya itu bukan sebab dia menjadi posisi dibawahnya, melainkan itu resiko yang sudah dia pahami (telah saya jelaskan diatas), telah belajar dan mengetahui apa yang dipelajarinya bukan berarti dia akan berhasil selamanya, karena ketentuan berada ditanganNya, apabila terus belajar dia akan tetap berada di posisinya, sikap untuk tidak mau belajar itulah yang membuat seorang menjatuhkan posisinya dari tempat ke-4 itu..

    menuurut saya sih..
    (ternyata mbak cyaam tidak bisa diremehkan, saya harus lebih berhati-hati)

    >:)

    BalasHapus
  5. Kunjungan blogging tuk baca artikel Mas yudi,..
    Salam persahabatan

    BalasHapus
  6. penggolongan itu tentunya dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi manusianya sendiri saat itu ya?...kadang kita seperti nomor dua...tapi tiba2 setelah membaca postingan ini jadi interospeksi..lalu menjadi manusia no4...atau menjadi manusia yang lebih baik dari itu..
    nice info.... :)
    salaammmm metal,....

    BalasHapus
  7. mmmm...gw orang yang tipe apa ya?
    *garuk2kepala*
    duh yang mana ya?
    biar org lain deh yg nilai gw

    BalasHapus
  8. keknya ane nomor 3 aja lah . . :D

    BalasHapus
  9. hanya satu yang ku tahu, aq tak tahu apa-apa ^_^

    BalasHapus
  10. Baiklah kalau begitu... nice share yud :)

    BalasHapus
  11. ini kayak jendela Jauhari, ada 4 sisi manusia. persis banget yang kamu katakan. Kualitas paling buruk adalah dirinya tidak tahu apa yang dia tidak tahu.

    hemm semoga bukan termasuk yang seperti itu yak

    BalasHapus
  12. >Boku no Blog: wah, terimakasih sudi berkunjung ke rumah saya yang tak seberapa ini..

    >mas nufri: seperti pertanyaan mbak cyaam yang saya jawab, turunnya posisi tersebut karena tidak mau belajar, kegagalan bukan berarti penurunan posisi tersebut..

    >mas exort: yup, tapi improv terus supaya lebih baik..

    >mas puluth: wew, kita sama mas, kalo gitu mari berjuang ke posisi 4

    >mas hafid: sbenarnya kita mengetahui sesuatu, tapi itu sangat sedikit.. lihat Quran, 2:32..

    >mbak cyaam: sedikitpun tidak ada maksud menggurui lho mbak :)

    >mas gaphe: wah, mas gaphe satu-satunya yang koreksi artikel saya, ternyata gak ada yang salah.. makasih kunjungannya mas..!

    BalasHapus
  13. kayaknya tipe ke-4 tipe yang paling aman ya. hehe.

    BalasHapus
  14. Sumpah saya bingung atas penggolongan yang kamu bikin. Tapi, yang saya tahu manusia itu macam-macam orangnya. Jadi, tidak sesederhana yang kamu bilang.

    Maaf, dari dulu saya berpendapat, nggak semestinya manusia itu sok-sok diklasifikasikan begitu. Toh Tuhan menciptakan manusia unik. Jadi, jangan sotoy hahahahhaa

    BalasHapus
  15. @ Yudi: halahhhh... apa coba, hahaha

    BalasHapus
  16. >mbak sri: aman? emangnya mau dijambret mbak? hehe

    >mbak freya & mbak cyaam: kenapa kalian harus bersekongkol begituuuuuuuuu...?!? kali ini saya betul2 mencium aroma konspirasi.. (tunggu pembalasan saya..!)

    >:(

    BalasHapus
  17. saya termasuk mana ya? hmmm wallahualam bishawab

    BalasHapus
  18. >mbak ninda: (gak berani menggolong-golongin orang lagi, ntar dibilang sotoy lagi, merajuk lagi, hiks..)

    BalasHapus