Selasa, 21 Mei 2013

Faham atau hanya keras hati..

Mereka yang keras untuk bertahan pada akhirnya hanya berakhir pada alasan tentang eksistensi dengan melupakan esensi. Diperparah dengan ironisnya kenyataan bahwa mereka adalah kaum muda dengan dasar intelektual yang tinggi, bersusah payah menjadi ujung tombak dengan segala bentuk kegiatan sosial di mata masyarakat, tanpa tahu bahwa semua ini sebetulnya hanya untuk tujuan politik.

Oh kalian generasi yang menyedihkan, mengapa harus berfikir dengan cara lama, cara orang-orang tua. Kita muda, kita membuat jalan baru, arah baru. Tidakkah kalian meragukan betapa semua ini hanya bentuk permainan politik, sejak kapan agama mengenal partai politik, tapi kalau bicara berteriak-teriak di depan masyarakat umum yang terlanjur mengenal kalian sebagai pendkwah-pendakwah muda seolah kalianlah yang paling menngerti soal agama, atau aku mulai ragu itu hanya doktrin yang keras hatimu kau sebut instrumen agama.

Kuberitahu bahwa di daerahku, untuk menjadi anggota legislatif partai agama kalian itu, dia hanya cukup memiliki dana dua milyar dan mengganti agamanya dari Nasrani ke Islam. Rasanya tidak perlu kuungkit bahwa salah satu petinggi mereka juga gemar melihat film biru, dan mungkin akan menyakitkan hati kalian juga kalau kuingatkan salah satu petinggi yang lainnya pada faktanya memiliki banyak wanita simpanan dan foto-foto syur dengan bukan istrinya. Ah, tapi seperti kebiasaan dan keras hati kalian, lagi-lagi yang pasti keluar dari mulut kalian itu adalah kalau itu hanya ulah orang-orang yang membenci partai kami.

Tak ada gunanya bicara pada orang-orang yang selalu memiliki pembenaran dari dirinya tanpa ada niat darinya sendiri untuk melihat sekali lagi. Percayalah, apa yang didirikan manusia pasti punya celah kesalahan, kalian mengaku sebagai orang-orang yang sering bermajelis untuk semua hal yang berkaitan dengan agama, maka kalian juga setuju tiada guna Iman tanpa Ilmu, tanpa mau mempelajari.

Andai kalian tahu segala bentuk usaha kalian pada akhirnya hanya untuk menaikkan petinggi-petinggi yang memiliki loby-loby strategis. Bukankan kita juga tau dengan pasti dua fakta, agama tidak menghalalkan segala cara, politik menghalalkan segala cara, jadi bagaimanapun kalian berkonklusi hasilnya adalah agama tidak menghalalkan segala cara, jadi agama tidak berpolitik.

Dulunya juga Islam ini terlihat asing, dan pada ahirnya agama Allah ini akan tetap asing. Sang pendiri pun tak pernah dan tak sedkitipun mengadopsi sistem yang sudah ada dengan alasan mempermudah jalannya, dia hanya bermodal jiwa muda yang revolusioner. Kejayaan hanya akan dibawa pada mereka yang tidak bermuka dua.

2 komentar:

  1. Paham sekali Mas Yudi sedang membicarakan apa #mengangguk takdzim :)

    BalasHapus
  2. hanya bisa bilang, all the other kids with the pumped kicks...you better run..better run faster than my bullet...

    kata mereka, Islam punya caranya sendiri utk berpolitik...
    kalau pun mereka benar soal itu, sepertinya, politik Islam tidak seperti yang terlihat sekarang ini.

    BalasHapus