Sabtu, 30 April 2011

Belajar dari Bagong

Pernah suatu ketika saya merasa bersalah padahal baru melihat suatu kebaikan. Kebaikan yang dilakukan seseorang teman saya yang saya sendiri tidak pernah mengerti jalan fikirannya, yang menginspirasi saya untuk meneladani perbuatannya. Dia merupakan teman yang selalu ingin bekerja "di belakang layar", anti kepopuleran , tak terkontaminasi dan selalu mengaku tak mengetahui apa-apa. Sebut saja namanya Bagong, agar lebih mudah memanggilnya daripada terus menggunakan kata ganti dia.

Apa yang saya katakan sebelumnya, bahwa saya merasa bersalah telah melihat suatu kebaikan, ya, itu karena Bagong. Kejadian bermula saat kami berempat pulang dari sebuah keperluan di sebuah pusat perbelanjaan di kota saya. Dari awal kami memang tidak menaiki kendaraan pribadi: saya karena ingin sekali-sekali menaiki angkutan umum, dua orang lainnya tidak memiliki kendaraan dan satu lagi karena merasa aneh kalau bawa kendaraan sendiri. Keluar dari pusat perbelnjaan itu, kami berjalan sekitar satu kilometer menuju sebuah persimpangan tempat menunggu angkot.

Saat kami berjalan berempat, kami melihat seorang lelaki yang sudah cukup tua dengan keadaan yang menyedihkan. Lelaki tua itu mempunyai cacat di tangan kirinya yang membuat tangan kirinya itu sangat kecil dan berukuran hanya setengah dari tangan kanannya dan hanya tergantung di badannya karena mungkin tidak bisa digunakan. Belum lagi kondisi kakinya yang sepertinya terkena kusta, yang mungkin sebagian dari kita akan merasa jijik karena lalat berhinggapan. Saat melewati jalan itu dan melintasi lelaki tua itu, kami tampak kasihan dan saling bertatapan satu sama lain, tapi ya hanya itu saja, hanya rasa kasihan dalam hati itu saja tapi tak memberikan apa-apa. Saat itu Bagong malah tidak melihat sedikitpun dan membuang tatapannya, seperti orang tidak peduli.

Kami terus berjalan sampai sekitar 50 meter dari lelaki tua yang menyedihkan itu, tiba-tiba Bagong berkata: waduh, ada yang ketinggalan nih aku, kalian duluan saja ya, nanti aku menyusul. Kami bertanya heran, apa sih yang ketinggalan, bukannya kita baru dari tempat perbelanjaan. Bagong tampak salah tingkah dengan menjawab: hmm, anu.. hmm.. itu, pokoknya aku kesana dulu, kalian duluan saja. Setelah itu Bagong berlari kecil dan kami melanjutkan perjalanan. Saat Bagong mulai menjauh, saya kehausan dan kami berhenti sejenak lalu saya mencari kedai tempat menjual air mineral ke arah belakang yang sudah kami lalui. Saya menemukan kedai dan langsung membeli air mineral gelas dan terduduk di bangku kecil kedai itu. Sambil menatap sekitar, tiba-tiba pandangan saya tertuju kearah lelaki tua tadi, dan yang sangat mengejutkan, Bagong sedang berjongkok disitu dan terlihat mengeluarkan sesuatu dari saku belakangnya. Saya terus perhatikan, Bagong terlihat seperti orang ketakutan, dia melihat ke kanan, ke kiri dan sekitarnya, sepertinya dia takut terlihat seseoang. Lalu saya lihat dia mengambil dengan cepat isi dompetnya, tak begitu jelas berapa banyaknya, tapi saya rasa itu banyak karena terlihat segenggam dan diselipkannya ke kantong baju lusuh itu. Dari jauh, lelaki tua itu tampak heran, lalu dia mengangkat kedua tangannya, mungkin dia berdoa lalu Bagong terlihat seperti orang ketakutan lagi sambil melihat sekitarnya dan seperti orang yang terburu-buru dia meninggalkan lelaki tua yang terus saja berdoa walau Bagong tak memperdulikannya yang sudah agak jauh.

Bagong berlari kecil, mungkin bermaksud menyusul kami, saya yang sedang duduk heran langsung berdiri dan menghampiri teman lain dan mengajak mereka pergi. Saya pura-pura tidak tahu, lalu dari jauh terdengar suara Bagong memanggil kami sambil berlari. Kami bertanya apa yang ketinggalan itu, lalu sedikit cengengesan dia menjawab: hehe, lupa, ternyata gak ada yang ketingalan. Saya menatapnya dengan penuh keheranan tapi dia masih saja cengengesan.

Pray..
Ya Allah, ampunilah hamba, karena hamba dengan tidak sengaja telah merusak niat baiknya agar tak terlihat siapapun dalam beramal. Di satu sisi, hamba berterima kasih padaMu karena hamba diperlihatkan kebesaranMu melalui teladan yang baik. Ya Allah, jauhkan lah hamba dari sifat riya dalam hal apapun, serta jauhkan juga hamba dari orang-orang yang riya dalam amal ibadah. Perbanyaklah teman hamba yang seperti Bagong dan mudahkanlah hamba dalam belajar dan meneladani kebaikan.

37 komentar:

  1. waaawww...beneran terharu ni bacanya...ada ya manusia seperti bagong...jaman sekarang...kalau bisa tidak memberi saja tetap berpura2 memberi untuk mencari nama...tapi bagong beda...sungguh pelajaran yang berharga yang sudah kamu berikan melalui postingan ini kepada saya...keren yud....terima kasih...bikin terus yang kayak gini...

    salam :)

    BalasHapus
  2. lama tak main kesini dan... keren yuddd, tulisanmu sangat menyentuh. saya percaya kalau kebaikan itu akan selalu ada dimuka bumi, walau tidak dominan.

    Salam,
    Cyaam^^

    BalasHapus
  3. salam kenal,,, kunjungan balik nih....
    udah kufollow....

    BalasHapus
  4. salam kenal gan


    di tunggu follow baliknya

    BalasHapus
  5. wah temanmu dermawan sekali dan dia menolong orang tanpa ingin diketahui orang lain ya

    BalasHapus
  6. Wow, saya benar2 tersentuh. Saya takjub ada orang seperti itu di jaman sekarang.

    Salam kenal :)

    BalasHapus
  7. subhanallah...
    Di negri sangat membutuhkan orang2 seperti mas bagong itu.
    berbuat baik bahkan tak mau kelihatan orang lain.
    semoga bisa menjadi tauladan nh mas...
    makasih mas.

    BalasHapus
  8. keren.
    hopefully, there'll be more Bagong in this world.
    mampir ke blogku yaaa.
    :)

    BalasHapus
  9. Nice....... post..... double thumbs.....:) memang sulit sekali jaman sekarang menari orang yang benar2 ikhlas dalam membantu.....:) Ikhlas adalah hal tersulit namun mesti terus kita belajhar meningkatkan kadar keikhlasan kita...:)

    BalasHapus
  10. subhanallah, ternyata sudah banyak yang datang di rumah.. (maaf ya, yang punya rumah suka telat), kalau begitu selamat menikmati rumah saya yang tak seberapa ini.. :)

    >mas nufri: iya mas, entah kapan kita bisa menghilangkan sifat riya yang ada dan sudah tumbuh bertahun-tahun di dalam diri kita, paling tidak Bagong telah mengubah sudut pandang saya setidaknya jadi benci liat orang yang kalo ibadah suka crita2, ibadah suka diingat2.. innalillah, kita semua berlindung pada Allah dari sifat riya.. amin..

    >mbak cyaam: betul sekali my cool sister, kebaikan itu dari perbuatan, bukan perkataan, saya juga kagum dengan anti kepopuleran dan tak ingin terlihat dominan (ntar kesannya dipaksakan, hehe), salut buat Nabi Muhammad SAW yang berada dibelakang-belakang dibalik kerumunan sampai tak terlihat saat merayakan kemenangan perang, dan berada di depan saat berperang..

    >mas ical: wokeh mas, silahkan masuk..!

    >mbak suri: wah, baiklah mbak..!

    >mas warsito: wah, emangnya saya juragan ya? hmm, saya lebih senang dipanggil nama saja mas.. baiklah, saya langsung kerumahnya mas dan follow nih, hehe..

    >mbak fanny: dan saya betul-betul gak sengaja udah merusak niat baiknya itu mbak, tapi ya mau gimana lagi, Allah lah yang maha menilai..

    >mas john: (berharap yang dibilang keren oleh mas john itu saya, bukan Bagong, hehehe)

    >mas renaldy: iya mas, zaman memang terus berganti, tapi saya yakin Allah maha adil, dan dia selalu punya orang-orang seperti Bagong..

    >mas ardian: iya mas, bukan orang yang baru buat dikit, udah ngomong banyak, seperti partai-partai yang mendadak baik jelang pemilu..

    >mbak sri: tapi saya rasa sih, buat apa kita menunggu Bagong-Bagong baru dilahirkan, kenapa kita tidak meneladaninya saja mbak, hmm, semoga berkenan.. (langsung pergi mampir ke blognya mbak)

    >mas arief: (mas arief, masternya artikel menyentuh sudi mampir ke blog saya) iya mas, mungkin dari pelajaran sifat riya yang harus dihindari, ada pelajaran ikhlas yang tak kalah penting, dimana ikhlas juga berarti hanya urusan pribadi kita dengan Allah..

    BalasHapus
  11. Keikhlasan dalam beramal, itulah yang kerap luput dari kehidupan kita dewasa ini. Andai semua bisa berakhlak macam Bagong, tentu semua akan terasa indah nan damai.Salam buat bagong ya mas :))
    Sudah saya folback, thanks ya :)
    Met sore, sahabat.

    BalasHapus
  12. makasih ya ... renungan yg bagus banget .... emang kita HARUS mencontoh apa yg telah dilakukan oleh Bagong.

    BalasHapus
  13. ehem... ada yang makin eksis nih yee
    ntar kalu mulai sibuk namu
    jangan absen yah datang ke rumah saya

    nanti saya hukum loh
    hahahay :p

    BalasHapus
  14. assalamu'alaikum Kang,
    subhanalloh, indah sekali sodaqoh yang siri insya Alloh hanya Kang Bagong dan Alloh yang mengetahuinya. sulit menjalankan al seperti itu, kecuali orang-orang yang sudah berada pada keikhlasan beribadah yang sangat baik.
    semoga menjadi inspirasi bagi semua orang untuk melakukannya

    BalasHapus
  15. jika kita memberi dengan tangan kanan maka tangan kiri gak perlu tau, salut buat temannya mas...:)

    BalasHapus
  16. Huuuuuaahh temen mu hebat sekali, sumpah saya salut.
    Dan saya juga jadi terinspirasi :)
    Memberi tanpa harus ada yang tau kebaikannya :')

    BalasHapus
  17. waaaah.. baek banget si Bagong ini. mau berbuat baik ga mau org lain tau, udah jarang nih org kyk gini.. heheee

    BalasHapus
  18. seandainya kita semua bisa seperti itu ya...

    BalasHapus
  19. kamu suatu saat nanti pasti bisa kayak bagong itu.. :)

    BalasHapus
  20. kita pasti bisa asal mencoba (insya Allah)

    luar biasa hikmahnya :D

    BalasHapus
  21. >mas insan: iya mas, seperti yang mas arief juga bilang, ada juga pelajaran ikhlas, karena ikhlas maka kita hanya melakukan sesuatu karena Allah, bukan seperti orang yang beribadah supaya dilihat orang..

    >mbak sukma: iya mbak, emang dasr tuh si bagong, saya aja gak pernah ngerti jalan fikirannya..

    >mbak cyaam: oalah, my cool sister, siapa yang makin eksis sih..? saya cuma menemukan "sesuatu" dalam menulis, karena rasanya slama ini saya gak pernah nulis dan gak ngerti, rupanya asik banget mbak..! udah gitu inspirasi nulis salah satunya dari mbak lho, kan udah bilang kemarin, rumah matahari termasuk dalam tinjauan umum.. hehe

    >mas pakies: walaikumsalam mas, (baru ini ada yang ngucap salam ke rumah saya, hehe, apa karena yang punya rumah juga gak pernah bilang salam ya..) iya mas, kita juga pasti bisa, malu lah apabila amal ibadah diketahui orang lain, apalagi sengaja menunjukannya..

    >mbak lily: nah, ini dia sebetulnya peribahasa yang mau saya buat jadi "closing statement" di akhir tulisan.. bener banget mbak..!

    >mas iam: iya mas, saya juga gak kalah salut sama dia, tapi saya rasa memang harus begitulah hakikatnya dalam beramal, kita saja yang mengaburkan maknanya..

    >mbak mila: iya mbak, kalau udah jarang, mari kita perbanyak dengan meneladaninya.. :)

    >mas joe: iya mas, tapi saya rasa kita bisa lebih dari berandai, karena bagong juga makan nasi seperti kita, berarti kita bisa seperti dia..

    >mas tukang colong: amiiin..! (nah, gitu kan keren doanya, hehe)

    >mas wahjoedi: pasti bisa, karena seperti yang saya bilang tadi, bagong juga makan nasi seperti kita, hanya masalah kemauan mengatasi sifat riya itu..

    BalasHapus
  22. Kesannya simple ya, semua orang bisa lakuin.
    TErnyata itu Hampir gak pernah dilakuin sama orang2 zaman sekarang.

    Salut deh buat bang BAgong.
    THanK s bang Yudie udah share.

    Inspiring...!

    (Ya Allah ampuni aku juga....)
    Amin.

    P.S.
    Aul follow back nih bang...
    salam pertetanggaan :))

    BalasHapus
  23. Subhanallah,jadi terharu baca.kayak mau nangis.kamu beruntung memiliki seorang teman seperti dia.

    BalasHapus
  24. Iya mas, bener, yang namanya beramal seperti itu. Istilahnya mah, kalo beramal/mengasihi, jangan sampe tangan kiri tau :)

    BalasHapus
  25. Jadi inget sama Bapak saya mas, Bagong adalah panggilan kecil saya ....

    BalasHapus
  26. bener tuh. kalo makin low profile dan ikhlas. maka makin di mudha kan segala urusan. keren

    BalasHapus
  27. itu baru beramal yang ikhlas tanpa ria

    BalasHapus
  28. >mas aul: iya, betul banget, simpel tapi pernahkah kita seperti itu..? semoga kita semua mendapat ampunanNya dari dosa riya yang yang sudah banyak kita lakukan..

    >mas fadly: saya memang beruntung, padahal awalnya saya rasa Bagong adalah teman yang biasa saja, tetapi ada saja cara Allah mengajari saya..

    >mas iam: iya, seperti yang mbak lily bilang itu mas, pas banget..

    >mas rubiyanto: dan saya yakin mas nya juga sebaik bagong teman saya, atau mungkin lebih baik, wallahua'lam.. :)

    >mas bayu: iyaaap.. betul banget mas, Muhammad aja yang merupakan contoh manusia paling sempurna dengan semua kelebihannya adalah sosok palin low profile yang pernah hidup di muka bumi ini..

    >mbak celotehan: betul sekali, semoga kita juga bisa..

    BalasHapus
  29. hebat ya Bagong, punya rasa peduli yang tinggi sama kakek tua yang sedang membutuhkan.. namanya kebaikan memang tidak untuk disiar-siarkan, cukup dirinya dan Tuhan saja yang tahu..
    cckckck.. salut deh buat bagong

    BalasHapus
  30. ya ampun .. hebat orang kayak gitu bang. Indonesia butuh lebih banyak "bagong" . dan orang seperti bagong itu contoh yang baik buat generasi kita :)
    salut :)

    BalasHapus
  31. nice post mas,
    andai saja bnyk yg seperti itu,,,,psti adem

    BalasHapus
  32. makasih ya kunjungannyaa... aku udah follow blog nya lhoo...:D

    BalasHapus
  33. Sobat, aku cuma mau kabarin kalau blogku yang dulu terhapus jadi sekarng blogku yang ini yah http://langitsahabat.blogspot.com

    BalasHapus
  34. >mbak yen: iya mbak, dia gak sakit, hehe.. (bcandaaa)

    >mas yoga: bener tuh mas, emang nya liga champion disiarin, hehe.. intinya kepedulian, bukan prestise.. nice work bagong..

    >mas furqon: iya, orang2 seperti itu, tetapi baiknya juga kita seperti itu juga.. :)

    >mas rezky: pasti adem sekali, dan pasti beda sama ademya kulkas dan ac.. hehe

    >mas rizki: wah, terima kasih juga kunjungannya ke rumah saya yang tak seberapa ini..

    >mas fadly: (terkejut..!) loh, kok bisa sih mas, sayang banget ya, padahal saya pembaca setia rumah sahabat yang kemarin, tapi gak apa2, saya pasti rajin berkunjung ke rumah yang baru.. smangat..!

    BalasHapus